Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1 - About Lena

[Lena P.O.V]

Nama lengkapku Annisa Milena, panggil saja aku Lena. Aku berasal dari keluarga yang bersahaja, tidak kaya maupun tidak mampu. Aku disini sebagai anak pertama, dan aku mempunyai seorang adik laki-laki yang masih duduk di Sekolah Dasar. Apa lagi yang ingin aku ceritakan tentang diriku ya?

...

Aku lahir dari kedua orang tuaku yang berbeda suku, tapi aku tidak lahir di salah satu diantara kedua kota asal ayah maupun bundaku.  Apa lagi ya? ... Oh iya. Aku dulu bersekolah di sekolah yang dekat dengan rumahku, barulah sejak SMP aku bersekolah di sekolah favorit, hingga SMA sekarang. Sekarang aku kelas 10. Sudah tidak terasa bukan?

Aku sekarang bersekolah di SMA favorit di kotaku, SMA Tunas Bangsa. Wah, hebat, kan? Bisa bersekolah di sekolah favorit saja aku sudah bahagia karena aku akan menunjukkan bahwa aku pantas dan layak untuk mewujudkan cita-citaku. Tetapi, aku juga harus memerhatikan syariat Islam yang ada.

Kebetulan juga, keluargaku patuh akan peraturan dan hukum-hukum Islam yang bersumber dari Al-Qur’an. Mereka juga menjunjung tinggi sunnah-sunnah Nabi, seperti puasa sunah dan lain sebagainya. Maka secara tidak langsung, aku pun mengikuti saja apa yang dilakukan kedua orang tuaku. Dan itulah latar belakang aku memasuki satu diantara ekskul yang dapat membantuku untuk memperbaiki diri. Ekskul apakah itu?

(Tetap ikuti kelanjutan cerita Fer-na ya...) – Author.

———————————————————

SMA Tunas Bangsa, dimana pertama kali aku menginjakkan kakiku pada hari pertama saat kelas 10, tempatnya banyak siswa yang bersekolah dari latar yang berbeda-beda tentunya.

Suatu hari, ini adalah hari pertamaku bersekolah yang sesungguhnya. Mengapa? Karena pada hari-hari sebelumnya aku tidak menganggap bahwa itu hari-hariku di sekolah yang sesungguhnya. Pada hari-hari sebelumnya itulah terjadi Pengenalan Lingkungan Sekolah, lalu Tes Penjurusan IPA atau IPS, dan akhirnya menjadi satu diantara siswa baru di sekolah.

Aku berada di kelas X IPA 9, itu berarti aku berada di kelas Sains yang kesembilan. Aku berada di kelas IPA yang paling terakhir di kelas X, membuktikan bahwa di sekolah ini pada tiap jenjang terdapat 9 kelas IPA. Wah, hebat juga ya.

Di kelas, aku sudah mengenal beberapa orang, karena mereka yang aku kenal sebelumnya adalah teman-temanku pada saat aku masih duduk di bangku SMP. Jadi aku hanya tinggal mengenal orang-orang yang belum aku kenal sama sekali. Oh iya, aku duduk sama Mutia, satu diantara temanku yang aku kenal sebelumnya.

“Hai, Lena,” sapa Mutia.

Aku pun membalas sapaannya Mutia, “Hai juga, Mutia. Apa kabar?”

“Baik kok. Kalau Lena?”

“Alhamdulillah baik, Mut. Oh iya, dimana kembaranmu?” tanyaku to the point.

[Perlu diketahui, Mutia di sini punya kembaran dari dirinya.] - Author.

“Oh Muti ya? Muti di kelas sebelah, jadi kami pisah kelas, Len.”

“Oh gitu,” ujarku singkat.

Tiba-tiba ada 2 orang gadis menginterupsi pembicaraan kami.

“Hai, kalian!”

Aku dan Muti pun terheran-heran, apakah mereka sedang memanggil kami atau siapa?

“Ma-Maaf, maksud kalian, kalian memanggil siapa, ya?” tanyaku saking herannya.

“Iya kalian lah, aduh.... Aku memanggil kalian kok, karena di barisan belakang ini hanya kalian berdua yang cewek,” ujar gadis itu.

“Lagipula kami belum berani untuk manggil yang cowok hehe,” sambung gadis yang satu lagi.

“Jadi, nama kalian siapa?” tanya Mutia. Perkenalan pun dimulai.

“Baiklah! Jadi izinkan saya untuk memperkenalkan diri. Namaku Nugra. Eh salah, panggil saja aku Heni. Aku paling tua lho di kelas ini!” serunya membanggakan diri.

“Huuu! Dasar sombong! Baru kenalan saja, aku sudah tahu bahwa kau itu sombong!” seru gadis yang namanya bentar lagi akan diketahui oleh aku dan Mutia.

“Apa sih? Aku tidak sombong kok,” bantah Heni.

"Sudah sudah, dasar terbelit-belit. Okelah, aku panggil kau Heni ya," desahku.

"Iya deh," balas Heni kemudian.

“Sudah. Sekarang giliranku memperkenalkan diri. Namaku Fidza. Aku ini yang paling cantik, dan lihatlah, mukaku putih lho!” Giliran seorang gadis lagi yang memperkenalkan diri.

“Ish, sama saja kau, Fidza. Kau sama sombongnya dengan aku!” seru Heni.

“Sudah sudah. Kalian berdua ini, baru kenalan saja dah bikin ulah yang konyol ya.... Cuma memperkenalkan diri ja kalian sudah sombongnya minta ampun, aduh...,” ujarku.

“Iya Len, maaf maaf....” Heni dan Fidza pun meminta maaf padaku dan Muti.

“Dimaafkan.” Jawaban Mutia pasti sesingkat itu.

“Oh iya, Len. Kami mau masuk ekskul rohis. Kau mau ikut, tidak?” Heni mengajakku untuk masuk rohis.

“Ah... kalau soal itu... boleh kok, ayo kita daftar sekarang!” seruku bersemangat.

Aku sudah menantikan untuk mendaftar menjadi anggota bahkan jadi pengurus rohis.

Eits... nantilah dulu. Tunggu kakak-kakak atau abang-abang ke kelas kita, baru kita daftar. Begitu,” kata Fidza.

Aku hanya mengacungkan jempol dengan bangganya tanda setuju dengan usulan dari Fidza.

————————————————————

Pada saat istirahat, aku, Mutia, Heni, dan Fidza berencana untuk pergi ke kantin bersama-sama. Namun, sebelum kami memutuskan untuk pergi, tiba-tiba saja ada dua orang siswa laki-laki memasuki kelas kami. Kami pun kebingungan, begitu juga dengan teman-teman sekelasku yang lain.

“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh....”

“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,” jawab kami sekelas serempak.

“Izinkan kami untuk memperkenalkan diri. Nama saya Bang Anshori, dan ini teman saya, Bang Armen. Saya dan Bang Armen akan mengurusi pendaftaran bagi calon pengurus rohis di SMA yang kita cintai ini,” jelas seorang lelaki yang ternyata dia adalah abang kelas. Tentu saja kami terkejut. Mengapa tidak ada seorang kakak kelas pun yang datang ke kelas untuk mengurusi pendaftaran bagi yang perempuan? Rasanya aku jadi malu, begitu juga Fidza dan Heni.

“Ish, kami malu woi. Bagaimana ini?” tanya Heni kebingungan.

“Iya.... Kita agak canggung nih. Masa kita daftar ke abang kelas?” kata Fidza kemudian.

“Hush! Dengarkan!” seruku membuat mereka berdua diam tanpa kata.

Dan ‘orasi’-nya abang-abang kelas pun kembali dilanjutkan.

“Jadi bagi kalian yang berminat untuk daftar menjadi pengurus rohis di sekolah ini, silakan angkat tangannya,” lanjut Bang Armen.

Dari kelas X IPA 9, ternyata yang mengacungkan tangan itu adalah aku, Heni, Fidza, Hasbi, dan 2 orang cowok lainnya yang belum aku kenal.

“Baik. Dari kelas X IPA 9 ada enam orang. Yaitu tiga orang ikhwan dan tiga orang akhwat ya,” kata Bang Armen setelah mendata banyaknya orang yang tertarik untuk menjadi pengurus rohis.

“Iya bang,” jawab kami berenam serempak.

“Jadi kalian berenam silakan ambil formulir pendaftaran ini dari kami. Nanti silakan kumpulkan formulirnya secara kolektif namun terpisah. Apakah kalian tau maksud kami apa?” kata Bang Anshori.

“Tidak bang,” balas Heni dan Hasbi bersamaan.

“Untuk yang ikhwan atau laki-laki, silakan kumpulkan ke abang atau ke Bang Armen. Sedangkan untuk yang akhwat atau perempuan, silakan kumpulkan ke Kak Rizkya atau Kak Aulia. Paham?” jelas Bang Anshori itu lagi.

“Siap paham!” seru kami berenam serempak dengan sangat bahagianya.

“Baiklah, kami tutup pembicaraan kali ini. Terima kasih atas perhatian dari adik-adik. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,” tutup Bang Armen, lalu dua abang kelas itu tadi segera keluar dari kelas kami.

“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,” jawab kami semua serempak.

————————————————————

Dalam perjalanan kami ke kantin, di koridor aku bertemu dengan sosok cewek yang tampaknya dia itu lagi terburu-buru. Dan ternyata, ketika kami bertemu dengannya, aku dan dia pun jatuh tersungkur karena kami bertabrakan.

“Oh tidak... sorry ya.... Aku tidak sengaja,” kata cewek itu.

Hey, cewek. Bisakah kau berhati-hati? Kau hampir membuatnya celaka, tahu tidak?!” seru Heni.

“Sudahlah, Heni, mungkin dia terburu-buru. Dia pasti tidak sengaja menabrak Lena, bukan?” ujar Mutia.

Cewek itu pun kemudian membantuku berdiri. Dia tampaknya merasa bersalah. “Ya sudah, aku minta maaf ya, aku tidak sengaja.”

“Sudahlah, tidak masalah bagiku, kok. Oh iya, bisakah kita berkenalan?” ujarku tidak mempermasalahkan apa yang baru saja terjadi.

“Mau mau mau! Ehm... namaku Mutiara. Aku dari kelas X IPA 9. Kalau kalian?”

Ternyata nama orang itu Mutiara. Wah hebat juga, aku punya teman di sekolah nih, ada yang namanya Muti, Mutia, dan Mutiara. Hmm. Batinku.

“Oh, ternyata kita sekelas juga ya, Mutiara. Kenalkan! Namaku Lena, dan teman-temanku di sini namanya Heni, Fidza, dan Mutia. Kami dari X IPA 9 juga kok,” balasku seraya menunjuk teman-temanku satu per satu.

Yes! Aku punya teman baru!” seru Mutiara kemudian.

Kami pun tertawa serempak. Kemudian, aku mengajak Mutiara ke kantin. Jadilah kami pergi ke kantin itu berlima.

Sesampainya di kantin, aku, Mutia, Heni, Fidza, dan Mutiara mencari tempat duduk terlebih dahulu baru kemudian kami memesan makanan yang kami mau, tetapi tiba-tiba....

.

.

.

Duk.

To be Continued.

A/N:
Hai para readers. Pasti sudah lama kan menunggu update Fer-na ini. Wah, sama aku juga. Secara tidak langsung, aku sebagai author mengerti perasaan kalian. #eeaaa. Jadi, author minta maaf karena sudah lama ini, sebulan lebih ini, aku hiatus, karena kesibukanku selama ini. Pernah juga author nge-drop, eh tapi tidak usah dibahas lagi lah ya. Sekarang ini author sibuk dengan kegiatan-kegiatan di dunia nyata. Jadi, sejujurnya author kurang bisa membagi waktu setiap hari, haha.

Eh tapi sudah dulu ya curhatnya. Oh iya, btw, karena selama sebulan ini Author masuk suatu grup kepenulisan, yang mengharuskan setiap membernya untuk membuat project cerita minimal 500 kata dan diposting di Wattpad, jadi Author memutuskan untuk mengupdate cerita ini dan Detective L bergantian. Wah.

Jadi, selama sebulan ini, cerita ini akan selalu update, Insyaa Allah, bergantian dengan Detective L. So, wait and stay yes? Okay, see ya.

 

Mind to Vote and Comment?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro