^4
Brak!
"Shit!" Refleks, Fhatian mengumpat ketika mobilnya secara tidak sengaja menabrak sebuah sepeda yang entah milik siapa. "Siapa sih, yang parkir sepeda sembarangan kayak begini?" gerutu laki-laki itu setelah keluar dari mobil dan melihat keadaan fisik depan mobilnya.
"Astaga ... sepedaku!" Pekikan seseorang dari arah belakang, mengundang perhatian Fhatian. "Hiks. Padahal baru dibeli kemarin, udah cacat aja." Seorang perempuan berseragam office girl datang kemudian menangis meratapi kondisi sepeda yang tadi Fhatian tabrak.
"Ini sepeda kamu?" tanya Fhatian sembari menenggelamkan tangan kanannya ke dalam saku celana. Menatap perempuan yang tengah berjongkok di depannya.
"Saya tau, Mas orang kaya. Tapi, setidaknya jangan membuat hidup orang miskin seperti saya semakin melarat," ujar perempuan yang diketahui bernama Saarah Balerina dari name tag yang terkalung di lehernya. Name tag khusus karyawan yang bekerja di perusahaan milik Belvina.
Sepulang dari meeting di luar tadi, Fhatian menghubungi Belvina. Mengabarkan akan menjemput perempuan itu, berhubung jam kantor juga sudah selesai. Sekadar memastikan, jika Belvina tidak memulai aksi gila kerjanya, mengingat kejadian tempo lalu di Bandung. Dari dulu, perempuan itu selalu berhasil membuat Fhatian disergap cemas oleh segala tingkah nekadnya.
Mengeluarkan dompet, Fhatian menyerahkan lima lembar uang berwarna merah kepada Saarah. "Lain kali, parkir dengan benar. Bisa baca, 'kan? Ini parkir area khusus tamu, bukan staff." Setelah mengatakan itu, Fhatian melenggang dari hadapan Saarah. Meninggalkan Saarah yang berdecak kesal dalam diam di tempatnya.
"Dasar sombong!" gumam Saarah seraya terus memperhatikan punggung Fhatian yang perlahan menghilang. Seketika, sebuah ide gila melintas di kepalanya yang memiliki ruang memori terbatas.
°°°°°
"Si Saarah setau gue memang OG baru. Gantiin siapa itu yang resign karena mau menikah," kata Belvina setelah kuda besi milik Fhatian kembali membelah padatnya jalanan. Memberitahu tentang salah satu karyawan baru di cabang butik yang tadi Fhatian temui. Keduanya baru saja selesai dinner di salah satu restoran favorit keluarga Pranaja. Restoran yang sering disewa sekadar untuk merayakan suatu acara keluarga. "Orangnya gimana?" tanya Belvina kemudian.
Melirik Belvina sekilas, kening Fhatian mengernyit. "Pertanyaan kamu udah mirip pertanyaan yang ditujukan untuk orang yang baru selesai blind date aja."
"Bukan gitu, Tian ...."
"Iya-iya, I see. Serius terus, deh." Fhatian terkekeh kecil sambil sebelah tangannya terangkat mengusap kepala Belvina. "B aja, sih. Nothing special. Kenapa nanya?"
Kepala Belvina digelengkan setelah sebelumnya mengangguk-angguk. "Sekadar mau tau aja. 'Kan, bagaimanapun gue harus tetap memastikan kalau karyawan gue tuh punya etika yang wajib mendapat acungan jempol dari pelanggan." Begitulah prinsip kerja Belvina. Mengutamakan kenyamanan pelanggan. Perempuan itu juga tidak akan segan-segan memecat karyawan yang menurutnya telah kehilangan etika baik.
"Emang boss idaman ya?" Melirik Belvina sekilas, Fhatian mengukir senyum. Ada rasa bangga di hati, karena memiliki sahabat yang seperti Belvina.
"Baru tau lo-"
"Bel" panggil Fhatian menyela ucapan Belvina. "Bisa nggak, mulai sekarang hilangin panggilan 'Lo-Gue' di antara kita?"
Mendapat pertanyaan tiba-tiba yang sangat tidak ditebak seperti demikian, lidah Belvina kelu mendadak. Tatapannya terkunci pada satu titik. Sosok di sampingnya yang tengah fokus menyetir. Fhatian Pranaja.
°°°°°BERSAMBUNG°°°°°
Haaiiiii
Double up, nih.
Masih ada yg melek nggak jam segini?
Salam Kasih,
RosIta.
Kalimantan Barat, 20 Desember 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro