Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

^25

Kepala Fhatian tertunduk dalam sembari menggenggam erat jemari milik perempuan yang amat ia sayangi. Sejak pertama kali Belvina masuk rumah sakit, hingga saat ini masih belum sadarkan diri, Fhatian tidak pulang-pulang ke rumahnya. Rasa takut akan kehilangan memenuhi rongga dadanya. Membuat laki-laki itu tidak jarang menitikkan air mata. Seolah baru tersadar, jika Belvina seberharga itu dalam hidupnya.

Rachel yang awalnya mengamuk terhadap Fhatian, perlahan akhirnya luluh setelah melihat sekacau apa Fhatian pasca mendengar pernyataan telak yang tempo hari dokter utarakan.

"Maafin aku," lirih Fhatian sembari mencium lembut kening Belvina sebelum dengan berat hati keluar ruangan dengan harapan besar, jika Belvina segera sadar dan lekas pulih. Sungguh, rasa bersalah teramat besar menimpa batinnya. Beratnya bahkan melebihi beban yang tengah ia pikul di pundak.

Keluar dari ruang rawat Belvina, Fhatian menemukan Rachel tengah duduk di kursi tunggu dengan kepala tersandar.

"Chel? Kapan datang?" Mengambil duduk di sebelah Rachel, Fhatian menatap sahabatnya itu dari samping seraya melontarkan pertanyaan basa-basi.

"Sejak lo nangis lagi, maybe." Rachel menolehkan kepalanya. Menatap lekat Fhatian yang tersenyum tipis mendengar jawaban darinya. "Kita sahabatan emang nggak selama lo sahabatan sama Belvi, tapi gue jelas tau siapa sahabat-sahabat gue. Dan belakangan ini, lo bukan diri lo."

Menghela napas berat, Fhatian mengalihkan pandangannya. Sudah cukup rasanya ia berdebat dengan Rachel. Lagi pula, ia juga menyayangi Rachel. Jangan sampai, kejadian serupa turut terjadi pada perempuan itu. Karena jika sampai iya, maka Fhatian benar-benar tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Seharusnya, ia menjaga mereka, bukan malah menjadi penyebab baik satu atau keduanya tersiksa. "Balik sama siapa?"

Rachel berdecih. "Jangan ngalihin pembicaraan, deh!" sungutnya menahan dongkol di hati. "Belvi bener. Lo udah dibutakan sama cinta–"

"Chel!"

"Shut up!" sentak Rachel sembari menatap Fhatian tajam. Sebisa mungkin, ia mengecilkan volume suaranya agar tidak mengganggu kenyamanan pasien lain. "Lo tau, kalau si Saarah sebenarnya punya anak sama laki-laki lain?" tanya Rachel sembari memperhatikan perubahan mimik wajah Fhatian.

Menatap Rachel, kedua alis Fhatian menukik tajam. "Jangan asal ngomong, Chel! Lo bisa kena tuntutan, kalau–"

"Kalau apa? Toh, semuanya fakta! Gue sama Belvina sendiri yang menyelidikinya!" Rachel menyela. "Lagian, bisa-bisanya lo nikahin perempuan tanpa nyelidikin status latar belakang perempuan itu lebih dulu! Dan … gue yakin, lo sendiri udah buktiin kalau Saarah bukan lagi gadis waktu lo nikahin." Mendelik kesal, Rachel beranjak dari kursi kemudian.

"Chel …."

Tangan Rachel sudah akan membuka pintu ruang rawat Belvina, ketika suara Fhatian terdengar memanggilnya. "Kalo lo mau nanya, apa yang gue bilang barusan fakta atau fitnah, jawabannya adalah fakta. Semua data yang mungkin bisa jadi bukti, bisa gue kasih liat ke lo. Itu pun, kalau lo mau." Setelahnya, Rachel menghilang di balik pintu.

Dan di tempatnya, Fhatian terdiam merenung. Baru menyadari satu hal, jika memang sejak awal ia tidak benar-benar mengenal siapa Saarah. Asal-usul perempuan itu pun, tidak. Namun, ia seolah menolak apa yang tadi dikatakan oleh Rachel. Fhatian … tidak bisa menerimanya.

Baru saja Fhatian beranjak, berniat ke kafetaria demi menenangkan pikiran sejenak, suara Rachel yang berteriak dari dalam ruangan membuat kakinya berbalik arah dengan jantung yang berdebar kencang. Dalam hati, ia berharap sesuatu yang lebih buruk tidak terjadi.

Sungguh, Fhatian akan membenci siapa pun yang menganggap remeh sebuah alergi. Siapa pun itu, mereka sangat tidak paham risiko terburuk dari sebuah alergi yang diremehkan begitu saja.

°°°°°BERSAMBUNG°°°°°

Haiii....

Gimana sama part ini?
Ada yg membuat kalian greget? Atau terkesan? Atau semacam lainnya?

Eh, mau nanya sekalian, nih.
Di antara para pembaca, ada nggak yang punya alergi terhadap sesuatu?
Makanan, misalnya?
Ayo donggg, bagi-bagi cerita ke kami semua😊

Salam Kasih,
RosIta.

Kalimantan Barat, 6 Januari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro