^20
"Permisi, Bu. Ada Pak Fhatian ingin bertemu dengan Ibu." Sekretaris Belvina memberitahu yang langsung diberi anggukan kepala oleh Belvina sebagai isyarat mengizinkan Fhatian masuk.
"Ada apa?" tanyanya to the point, tepat ketika pintu baru saja kembali Fhatian tutup. Bahkan, Belvina bertanya tanpa menatap Fhatian yang sudah berdiri di depan meja kerjanya.
"Sangat tidak sopan, jika berbicara tanpa menatap lawan bicara." Fhatian menyahut sembari bersedekap dada. Bersandar pada kursi, ditatapnya lekat Belvina.
Menghela napas pelan, Belvina mengangkat kepala. Mengesampingkan sejenak pekerjaannya, demi memberi fokus penuh kepada orang 'penting' di depannya. "Iya, ada apa, Bapak Fhatian Pranaja yang terhormat?"
"Aku ingin bahas soal Saarah–"
"Maaf, An. Tapi, sekali aja … bisa nggak kamu tidak menganggap aku sahabat kalau itu menyangkut Saarah?" Tatapan Belvina menyorotkan sebuah keseriusan. Bukan candaan. Dan perempuan itu juga pada dasarnya memang tidak sering bercanda.
"Apa maksud kamu?" tanya Fhatian belum mengerti, ke arah mana topik ini dialihkan Belvina.
Belvina mengembuskan napasnya pelan. Lagi-lagi, ia lepas kendali atas emosinya setiap kali membahas tentang Saarah. Perempuan yang dulu sempat membuat ia menaruh rasa simpati, namun sekarang malah membuatnya seolah muak hanya dengan mendengar namanya.
"Kamu bisa lihat sendiri 'kan, kalau pekerjaan aku banyak?" Belvina kembali melanjutkan pekerjaannya. Masa bodoh jika Fhatian tidak suka.
"Okay. Maaf karena sudah mengganggu waktumu. Aku cuma mau bilang, kalau sikapmu terhadap Saarah terlalu keras. Karena bagaimanapun juga, dia sudah menjadi bagian dari keluarga kita." Usai mengatakan itu, Fhatian beranjak dari kursinya.
"Keluarga? Bahkan aku sama sekali tidak memberikan izin, ketika kamu akan menikahinya." Belvina mengangkat pandangannya. Menatap Fhatian yang kembali berbalik. Lantas mengoreksi kalimat yang baru saja Fhatian lontarkan yang menurutnya keliru. "Aku rasa kamu cukup mengenal siapa aku, Tian."
Untuk beberapa saat, Fhatian terdiam di tempatnya. Memperhatikan Belvina yang sudah kembali fokus pada pekerjaannya. Sebelum memutuskan untuk keluar, sorot Fhatian melembut ke arah Belvina.
°°°°°BERSAMBUNG°°°°°
Hai...
Jangan lupa cuci kaki dan tangan, gosok gigi, dan matikan lampu sebelum todur demi menghemat pengeluarkan listrik.
Salam Kasih,
RosIta.
Kalimantan Barat, 30 Desember 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro