^18
"Mama barusan nelepon, minta kita ke rumah besok malam." Menghampiri Fhatian yang tengah duduk di meja makan dengan Saarah yang melayaninya, Belvina menyampaikan pesan dari sang ibu sebelum memutar langkah.
"Mau ke mana? Sarapan dulu, sini." Sayangnya, langkah Belvina terpaksa berhenti karena suara Fhatian yang menginterupsi.
"Aku lagi buru-buru. Next time, deh. Selamat menikmati hari." Setelah mengucapkan dua kata terakhir, Belvina berlalu tanpa kata. Membuat Fhatian tanpa sadar mengembuskan napas pelan. Belvina berubah, itu yang ia rasakan belakangan ini. Entah apa yang terjadi pada perempuan itu.
Belvina berbohong. Ia berbohong kepada suaminya. Sejujurnya, Belvina sama sekali tidak sedang terburu-buru. Bahkan, untuk hari ini seingatnya tidak ada aktivitas berarti yang mengharuskannya datang ke perusahaan selain datang ke salah satu cabang untuk melakukan pemeriksaan dadakan. Hal yang sering ia lakukan guna mengetahui siapa yang memang bekerja secara sungguh-sungguh dengan yang hanya sekadar mencoba-coba atau bermain-main.
Selera makannya langsung lenyap seketika, saat melihat kemesraan yang ditunjukkan Fhatian dan Saarah di ruang makan tadi. Padahal, waktu masih sangat pagi. Namun, Belvina sudah merasa kesal bukan main.
Tepat ketika kakinya menapak lantai teras, seorang asisten rumah tangga datang dengan tergopoh. Menghampiri dirinya. "Ini. Tadi, saya siapin khusus buat Nyonya." Bi Sarmila menyerahkan tempat bekal ke arah Belvina dengan sopan.
Tersenyum kecil, Belvina meraihnya. "Terima kasih banyak, Bi."
Bi Sarmila. Seorang perempuan paruh baya yang penuh dengan kelembutan dan kasih sayang khas seorang ibu. Sejak awal, Belvina memang sudah merasa nyaman dengan sosok Bi Sarmila. Perempuan tangguh berhati selembut sutera. Sosok yang kata dunia kecil, namun begitu menginspirasi di mata Belvina.
Benar apa yang dikatakan Fhatian. Mulai dari saat ia keluar halaman rumah, wartawan menyerbu tiada henti. Dan itu berhasil membuat Belvina merasa sedikit tidak nyaman.
Jika saja pernikahan kedua Fhatian tidak bocor ke publik, hal semacam ini tidak mungkin terjadi.
Lepas selepas-lepasnya tanpa takut akan dikejar-kejar wartawan hanya karena mereka yang haus akan informasi yang terkadng menurut Belvina merupakan suatu hal pribadi, yang tidak layak menjadi konsumsi publik.
Sayangnya, mereka lebih memilih uang dan ketenaran, dibanding menyimpan rapat rahasia keluarga.
°°°°°BERSAMBUNG°°°°°
Haiii....
Masih ada yg segar nggak, nih matanya???
Salam Kasih,
RosIta.
Kalimantan Barat, 29 Desember 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro