Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7

Mirai kaget. Perasaan beberapa menit sebelumnya ia berada di ruang istirahat karyawan bersama servant-servant nya dan sedang melakukan hal unfaedah.

Tapi sekarang ia di sini.

Saat membuka mata, tahu-tahu dia sudah terduduk di atas rumput yang basah. Dan yang ia cemaskan pertama kali adalah, "Gawat. Baju maid yang dikasih shishou jadi kotor."

"Mana gelap pula. As—"

Oke, stop. Sampai situ saja monolognya.

Di sekelilingnya hanya ada semak-semak belukar dan pohon-pohon yang menjulang tinggi. Ditambah, di tempat Mirai bangun itu, terdapat pohon besar yang rantingnya sudah tua, menambah kesan angker.

Tidak ada suara selain hembusan napasnya. Mirai memeluk tubuhnya yang gemetar, merasakan hawa sekitar mulai dingin.

"Mendadak kangen Mama," gumamnya tanpa sadar.

Ia mulai gelisah. Ingin sekali ia beranjak dari tempatnya sekarang, tapi ia lebih takut terhadap apa yang akan ia temui nanti jika ia melangkah.

"Selamat datang di Desa A, wahai warga sekalian," sebuah suara tanpa wujud tiba-tiba terdengar.

Menurut suara gemanya, suara itu berasal dari atas. Mirai mendongak, meski ia tahu ia tidak akan menemukan siapa-siapa di langit yang tertutupi tingginya pohon.

Mirai merinding ketika ia merasa mengenali suara tersebut.

"Aku detektif kesayangan kalian, Sherlock Holmes. Akan menjadi narator pada permainan kali ini."

Ah, benar, kan.

Mirai menghembuskan napas lega, ia melemaskan bahunya pelan-pelan.

Tapi itu tidak berlangsung lama begitu mengingat Holmes tadi menyebut kata 'permainan.'

"No shit, Sherlock," Mirai menepuk kedua pipinya kaget.

"Jadi, mari kita mulai saja," Holmes berdeham.

"Kalian sedang berada di kota dimana dua dari kalian adalah mafia. Tugas masing-masing mafia tersebut adalah membunuh satu warga saat mereka tertidur, yaitu malam hari," Holmes memberi penekanan pada kata satu.

"Dan di paginya, kalian akan mendiskusikan siapa mafia yang sebenarnya."

Mirai menyimak dengan khidmat di tempatnya. Ia berasumsi, jika 'kalian' yang dimaksud Holmes adalah semua yang sebelumnya berada di ruang istirahat karyawan, itu berarti Mirai dan servant-nya harus membunuh satu sama lain.

"Untuk para warga, jangan takut terbunuh. Ada polisi yang tugasnya menangkap para mafia. Dan jika beruntung, dokter akan menyelamatkan kalian."

Mirai menaikkan sebelah alis. Jika beruntung?

"Tugas dokter adalah, mendatangi rumah salah satu warga yang menurutnya mudah diincar para mafia dan perlu diselamatkan. Ah, perlu diketahui jika dokter juga bisa memilih untuk menyelamatkan dirinya sendiri."

Detik ini Mirai bisa tahu, Holmes sedang tersenyum sekarang. Bukan mitos lagi kalau Holmes akan menjadi dua kali lebih menyeramkan (dan menyebalkan) saat bosan.

"Pasti dia balas dendam karena profilnya belum dibacakan di chapter kemarin," gumam Mirai seraya menendang batu di depannya.

"Aku tidak tahu apa yang kamu gumamkan, tapi itu pasti hal yang menyebalkan. Benar kan, Mirai?"

"Ah, jangan kaget begitu dong. Tentu saja aku bisa melihatmu. Bahkan dengan baju maid-mu yang compang-camping. Sayang sekali kamu tidak bisa meninjuku dari sana," Holmes tertawa mengejek.

Hampir saja Mirai mengucapkan kata 'B' terlarang.

Jengkel. Marah. Malu. Yang pasti Mirai merasakan itu semua. Ia hanya bisa merapatkan giginya dan mengepalkan tangannya.

"Ekhem. Jadi, kalian pasti sudah tahu peran kalian masing-masing."

Mirai hendak menggeleng, tapi suara itu menginterupsi, "Coba cek di saku kanan kalian."

Gadis itu mendecih. Dengan kesal ia merogoh sakunya.

Ditemukannya kertas berukuran sebesar telapak tangan yang terlipat menjadi empat bagian.

Mirai membuka lipatan kertas tersebut, di kertas putih polos itu tertulis satu kata yang membuat darahnya membeku seketika:

Mafia.

"Mari kita mulai permainannya," di atas, terdengar suara Holmes yang menyeringai.

A/N
Tenang, ini masih ada kaitannya ama kafe kok.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro