Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 7

Entah bagaimana Yura harus menghadapi Raga yang biang masalah dalam hidupnya.

Sesampainya depan di sekolah pun, pria ini membuat Yura kesal.

Bagaimana nggak kesal coba? Raga bukannya langsung pergi setelah mengantarnya, malah ikut ke ruangan guru, bahkan memperkenalkan dirinya kepada para guru satu persatu. Astaga, sungguh memalukan!

"Jadi ini suami Bu Yura? tanya salah satu rekan guru. Yura hanya dapat tersimpuh malu karena perbuatan Raga ini.

"Iya, Bu."

"Wah, suami Bu Yura ganteng juga, ya. Kalah saing Pak Miko dengan suami Bu Yura." Ah, Yura kesal. Kenapa semua orang malah memuji Raga? Bisa semakin besar kepala pria satu ini.

"Istri saya kan cantik, jadi suaminya harus ganteng juga," ucap Raga bangga sambil tangan nakal melayang di pinggul wanita satu ini. Bisa aja Raga mengambil kesempatan dalam kesempitan. Dasar laki-laki licik!

"Udah ganteng humoris pula, pantas Bu Yura nggak bisa menolak, modelannyaa begini."

Yura merengkuh tangan Raga, kalau lama-lama di sini kewarasannya bisa hilang. Untung para murid sudah masuk kelas, jadi di luar sepi.

"Lebih baik kamu pergi dari sini. Kamu kan harus pergi ke kantor, karyawan-karyawan kamu pasti menunggu," titah Yura.

Namun bukannya pergi, Raga justru kembali masuk ke ruang guru itu. Dengan tampang tengilnya, dia mengobrol santai bersama guru-guru lain. Menyebalkan!

"Loh suami Bu Yura masih di sini?" tanya Bu Linda guru fisika, kebetulan paling dekat dengan Yura. Bahkan Linda tahu kisah mereka, tapi dia tak pernah tahu jika Yura menikah dengan Raga.

"Iya. Saya mau nunggu istri saya sampai pulang." Yura terjenggit. Shock dia dengarnya, pantas dia tak pulang. Sepertinya di kantor Raga kurang kerjaan, sampai-sampai harus menunggunya selesai mengajar.

Sebenarnya sih Yura cuma ada kelas satu kali, sisanya kan dia mampir pulang rumah ayahnya. Eh, tapi biang masalah malah ikut, gimana mau pergi? Pasti dia tidak akan membiarkan Yura pergi.

"Wah, Bu Yura sekarang udah ada yang nungguin," ledek Linda membuat Yura menghela napas panjang.

Semangat Yura mengajar menghilang rasanya ingin pulang saja. Sudah nasib Yura seperti ini, andai tidak ada guru-guru di sini, dia akan meneriaki Raga sampai gendang telinganya pecah.

Ketika suara bell berbunyi menanda ganti jam pelajaran, Yura mengambil beberapa buku di nakasnya. "Bu, duluan ya, saya mau mengajar dulu," pamit Yura menuju kelas sebelas.

"Selamat siang anak-anak," sapa Yura kepada para murid-murid di kelas. "Tolong kumpulkan tugas yang saya berikan," lanjut Yura.

Tanpa Yura sadari, ternyata Raga mengekorinya. Dengan muka tak berdosa pria ini malah duduk di kursi sang istri, bahkan dia meletakan kakinya di atas meja, tidak sopan! Yura kan tidak pernah seperti itu. "Raga, kamu apa-apaan sih? Keluar nggak dari sini!" Dia menarik terus menerus tangan Raga yang gagah agar keluar dari kelas itu. Pria ini benar-benar mengusik kerjaannya. Tunggu pembalasannya nanti!

"Anak-anak perkenalan saya Raga Purwatja Darwasa, pasti pernah mendengar nama saya, kan." Iyalah, dia kan pernah tampil di layar kaca, bisnis Raga selalu menjadi sorotan, apalagi diriya. Berita pernikahan mereka saja heboh kemarin, untuk asisten Raga bisa menanganinya, kalau tidak Yura pasti sudah risih ditanya-tanya dengan para media masa. Heran deh kurang kerjaan kepo banget dengan kehidupan orang lain.

"Bu Yura, ini siapa?"

"Guru baru di sini?"

Astaga, malu dong! Ternyata eh ternyata para bocah ini tidak satu pun yang mengenali Raga, kasian Raga kena mental. Habis gayanya selangit sih.

"Pak Raga ini kurang kerjaan, makanya Ibu kasih kerjaan. Beliau akan jadi asisten Ibu hari ini." Yura menahan senyumnya, dia yakin sih Raga-Raga ini, eits agar-agar kali yak. Hehe. Pria ini pasti malu sekali, lantaran tidak ada yang mengenalnya.

"Wah, Ibu hebat. Mengajar kita pakai asisten segala." Raga menurunkan kedua kakinya, dia mendengus kesal. Sayang sekali, dia tak bisa marah dengan Yura, anggap saja ini tantangan untuk membuat hati Yura leleh. Lilin kali ah meleleh.

"Iya, Bu. Asistennya ganteng pula, dapat di mana, Bu?" dikira Raga barang, pria itu memasamkan mukanya dengan kesal. Walaupun dibilang ganteng, dia tak peduli. Raga tetap jengkel, harusnya Yura menjelaskan, jika dia ini suami dari Yura, bukan asistennya. Emangnya tampang Raga seperti asisten gitu.

Yura terkekeh geli.

Akhirnya moodnya berantakan, seketika kembali. Rasanya Yura pengen kasih nilai A semua kepada muridnya hari ini. "Nanti ada season tanya, ya. Ini kan jam sekolah, kalau kepala sekolah lihat disangka Ibu makan gaji buta lagi."

Raga menghela napas sambil mengelus dadanya. Salah langkah nih Raga, harusnya dia nggak ikut Yura ke kelasnya, malu sendiri jadi. Ini muka kalau bisa diganti, ganti dulu deh sementara. Udah handsome gini, malah dianggap asisten. Untung cinta, mau nggak mau terima aja.

"Pak Raga, tolong hapus papan tulisnya, ya," titah Yura melirik papan tulis yang belum terhapus usai pelajaran sebelumnya. Dia tak segan-segan menyuruh Raga, lumayan ada asisten gratis, bestie. Hihihi.

"Baik, Bu Yura." Raga memasang senyum terpaksa. Dia bangkit dari duduknya, lalu bergegas menghapus papan tulis. "Apa ada lagi yang harus saya kerjakan, Bu?" daripada disuruh-suruh lagi, lebih baik menawarkan dirinya.

Gila! Seorang Ceo menghapus papan tulis, perusahaan Raga kan ada di mana-mana, eh sekarang kerjaannya hapus papan tulis.

Turun jabatan ceritanya, nih. Kasian Raga menawarkan diri untuk dipermalukan.

"Tolong bagikan kertas ini satu persatu." Enak juga punya asisten, setiap hari begini Yura bisa keenakan, hehe. Siapa suruh ikuti dia terus?

"Baik, Bu."

"Terima kasih, Pak Raga. Anda sekarang boleh keluar." Yura yakin Raga sudah tidak betah berada di kelas ini. Lebih bagus dia pergi, biar Yura juga tenang mengajarnya.

"Saya di sini aja, Bu. Kalau Ibu ada perlu apa-apa kan bisa bantu." Dia kan mau seharian menemani Yura, setelah bertahun-tahun membuang waktu tanpa Yura. Anggap saja yang dia lakukan untuk membuat wanita batu ini terkesan.

Yura melebarkan bola matanya, ternyata Raga keras kepala juga. Dia rela disuruh-suruh Yura seperti ini. "Kalau begitu duduk manis saja di sana."

Daripada memikirkan kegilaan Raga, dia lebih melakukan tugasnya sebagai guru. Duda satu anak ini bisa membuat semua rambutnya rontok. Dasar Raga maniak!

"Ngapain sih kamu di sini terus? Mending keluar sana!" Yura berbisik setelah memberikan tugas kepada muridnya, dia langsung memghampiri Raga.

"Aku cuma mau lihat kamu. Salah?" jawab Raga enteng membuat Yura menghela napas panjang. Dia tak bisa meneriaki Raga, karena tak enak dengan murid-muridnya, ntar malah kasih contoh nggak baik pula.

"Salah banget," ucap Yura pelan dengan menekan kalimatnya. Rasa kesalnya sudah memuncak, mungkin harus diusir dulu baru sih manusia jantan ini pergi.

"Salahnya di mana?" Dia cuma mau menemani istrinya bekerja, perasaan nggak ada yang salah deh. Yura-nya aja berlebihan.

"Kamu udah gangguin aku kerja, ya salah dong." Sepertinya otak Raga harus dicuci dengan menggunakan bayclin, biar sedikit waras.

"Mereka nggak terganggu kok."

"Raga!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro