Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 30

Yura pagi-pagi sekali sudah sibuk dengan urusan dapur, dari masak, mengurus Tian, apalagi anak itu sudah mulai masuk sekolah.

“Pagi, Mimi,” sapa Tian yang baru bangun tidur. Ah, leganya bocah ini bangun sendiri, sebelum ia beranjak membantunkan.

“Pagi juga, sayang. Buruan gih mandi, nanti sekolahnya telat,” suruh Yura sambil menata meja makan, pagi ini dia hanya memasak ala kadarnya saja untuk sarapan.

“Boleh nggak Tian makan dulu, Tian lapar loh.“ Bocah ini tampak sedih, mungkin karena tidak tinggal bersama Alfira, sejahat apapun, tetap aja kan Alfira ibunya.

“Tapi kan kamu belum gosok gigi, masak mulutnya masih bau, mau makan aja sih.“ Yura duduk samping Tian, dia memeluk erat anak ini, melihat bocah kesayangan sedih, dia pun ikut sedih.

Tian tertunduk sedih.

“Mukanya kok cemberut gitu sih,” ucap Yura mencebik, biar kecutnya sama-sama.

“Mimi juga cemberut tuh.“ Tian mencubit pipi Yura.

“Idih, cubit-cubit, Mimi bales ya kamu.“ Tangan Yura hendak mencubit, eh, taunya malah memeluk, lalu mencium Tian.

“Kamu sedih ya, karena mami Alfira nggak tinggal di sini.“ Tian menatap Yura, kemudian mengangguk pelan, ia membalas peluk Yura begitu erat.

“Kenapa sih mami pergi nggak bilang Tian?“ meski tahu maminya itu bukan wanita yang baik, tetap saja Tian menyayanginya.

“Cup … cup … cup, jangan nangis dong, masa anak laki-laki cengeng sih.“ Yura mengusap air mata yang menghinggap di pipinya.

“Mami pergi kok nggak bawa aku, hiks.“ Tian hanya merasa heran kok Alfira pergi begitu saja.

“Loh, kok makin kencang nangis. Mimi jadi ikutan sedih, nih,” ujar Yura, dia terus membujuk anak kecil ini, apa perlu dia bikin kue kesukaan Tian.

“Sayang, dengar ya, mungkin aja mami Alfira buru-buru, dan dia lupa bilang sama Tian, kan papi bilang, mulai sekarang tinggal di sini,” kata Yura hendak membuat Tian mengerti, dia mengajak Tian bersiap untuk sekolah. “Tian, nggak suka tinggal dengan Mimi ya?“ Yura berpura-pura memasang muka sedih, kali aja bocah ini Iba.

“Mimi, jangan sedih lagi, sekarang Tian senyum.“ Tian mengulas senyum lebar, lalu ia menarik tangan Yura masuk ke kamarnya.

“Gitu dong, sekarang kamu mandi, Mimi siapkan baju kamu dulu,” ujar wanita ini yang tampak cekatan mengurus anak kecil.

Setelah selesai mengurus Tian, ia pergi ke kamarnya. Dia yakin Raga baru selesai mandi saat ini. Dia buru-buru ke kamar, sebelum pria itu berteriak menanyakan pakaiannya.

“Raga ….“ Astaga, Raga malah masih enak-enakan tidur, ini sih judulnya Tian bisa telat sekolah. “Ga, bangun! Raga!“ Yura mengguncang tubuh Raga.

“Apa sih, sayang. Aku masih ngantuk.“ Pria ini malah mengurungnya dalam lingkaran tubuhnya, masih pejam aja udah mesum. Dasar Raga!

“Raga, lepas ah!“ Yura berusaha memberontak, tapi pria ini justru memenjarakannya lebih kencang.

“Cium dulu.“

“Raga!“ pekik Yura membuat Raga membuka lebar matanya.

“Cium aku dulu, baru deh kamu bisa lepas.“ Sarapan ciuman itu lebih enak, daripada nasi, bisa menambah imun di pagi hari.

“Idih, lama ah.“ Yura pun mencium bibir Raga sekilas, suami tak berakhlak banget sih, masih pagi udah minta charger. “Udah kan. Sekarang juga bangun, mandi, jangan lama-lama, kasian Tian bisa telat, karena Papinya yang masih malas-malasan ini,” ujarnya lagi.

“Ya ampun, aku lupa. Kenapa kamu nggak bangunkan aku dari tadi?“ Raga bergegas turun dari ranjangnya, apalagi dia ada rapat bersama kliennya dari Jerman.

“Aku udah dari tadi bangunkan kamu, kamunya aja tidur udah kayak kebo.“ Yura menggelengkan kepala melihat Raga yang buru-buru masuk ke kamar mandi.

*

Yura sudah menyelesaikan semua tugasnya pagi hari, sekarang dia duduk di ruang makan karena sedikit lelah. Ternyata pekerjaan ibu rumah tangga tidak semudah yang dia bayangkan, pantas saja hampir tiap hari adiknya, Aira sering kali mengomel.

“Loh Raga dan Tian belum siap juga?“ Yura menengadahkan kepalanya, ia melihat Yuli yang menghampirinya.

“Belum, Ma. Tadi Raga baru mandi,” jawab Yura benar-benar tampak lelah.

“Kamu kelihatan capek banget, Ra.“ Yura mengangguk, gara-gara suaminya minta jatah dua ronde, eh, sekarang dia capek.

“Iya, Ma. Aku semalam tidurnya larut banget, Raga ngajak ngobrol.“ Yuli malah tersenyum, dia bisa merasa Raga benar-benar mencintai menantunya ini. Emang yak nggak ada yang pernah tahu rencana Tuhan.

“Pantesan kamu kelihatan lelah, lebih baik Mama aja ikut antar Tian, kamu istirahat di rumah.“ Yura kan tapi udah janji sama Tian, anak itu pasti kecewa kalau ia nggak jadi ikut.

“Aku aja, Ma. Enggak pa-pa kok, sekalian aku mau singgah ke rumah ayahku.“ Udah lama banget juga Yura tak mengunjungi Hendra.

“Really? Kamu kelihatan pucat banget loh.“ Yuli menyentuh dahi Yura sedikit hangat, dia khawatir menantunya sakit. “Mendingan kamu istirahat, biar Mama yang mengurus ini,” tambahnya.

“Mimi … Tian udah siap lho, Mimi janjikan antar Tian sekolah.“ Yura melihat Tian begitu antusias berharap dia mengantar anak itu sekolah.

“Sayang, Mimi lagi sa—-”

“Ma, nggak pa-pa kok.“ Yura tak ingin Tian kecewa, apalagi tadi Tian merasa sedih karena Tian pergi, kalau sampai Yura nggak jadi mengantarnya sekolah, pasti bocah itu sedih lagi.

“Yura, tapi kan kamu itu—-”

“Aku enggak pa-pa kok.“

Yuli menghela napas panjang, ternyata menantunya ini keras kepala juga. Namun dia tersenyum melihat Yura tulus menyayangi Tian, padahal kan bukan anak kandungnya.

“Pagi-pagi udah bikin drama apaan nih.“ Raga datang-datang malah celetuk tak jelas,  udah gitu mukanya cengegesan lagi.

“Kamu itu yang bikin drama, istri kamu ini sakit, tapi mau tetap antar Tian,” ucap Yuli pelan agar Tian tak mendengar, dia kan sudah tuwir jadi paham menjaga perasaan anak sekecil ini.

“Kamu sakit?“ Raga saja nggak tahu Yura sakit, perasaan wanita ini sejak tadi nggak kenapa-napa.

“Enggak kok, cuma hangat doang, ntar aku minum obat deh,” ujar Yura. Dia kan tahu sekali Raga ini suka berlebihan, nanti malah bawa rumah sakit lagi.

“Gini aja, kita antar Tian sekolah, habis itu kita ke rumah sakit.“ Tuh kan Raga mulai lebay lagi, padahal minum obat juga sembuh, tapi jika dia menolak, pria ini pasti tidak akan membiarkannya mengantar Tian.

“Ya udah, terserah kamu aja. Sarapan dulu kamu.“ Yura mengisi nasi goreng di piring  Raga. Dia cuma memasak nasi goreng seafood untuk sarapan mereka, karena beberapa bahan makanan habis, jadinya dia masak seadanya.

“Kamu juga harus sarapan sebelum pergi,” ujar Raga. Pria ini melirik Tian yang lahap makan nasi goreng buatan Yura, kemarin kan anak ini ngambek dengannya, lantaran Alfira pergi, tapi syukur deh, mungkin Yura sudah membujuknya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro