Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 29

Kehangatan pria memeluk tubuh Yura dari belakang. Hembusan napas terasa menggelitik daun telinganya, bulu kuduknya sampai berdiri.

"Ga, kamu ngapain sih?" ucap Yura menyadari Raga mencium-ciumi tengkuk lehernya, perasaan baru satu jam yang lalu dia beradu di ranjang, sekarang pria malah menggodanya lagi, tubuhnya saja masih tertutup selimut tanpa helai apapun.

“Sekali lagi yuk,” ajak pria ini sontak membuat Yura memutar tubuhnya, tega amat minta lagi, dia kan harus bangun pagi-pagi sekali, menyiapkann keperluan pria ini, dia kan istri yang baik, lebih tepatnya sih karena ada mertuanya.

“Capek ah, Ga,” keluh Yura merasa malas, kini wanita ini meletakkan kepalanya di dada polos Raga, aroma tubuh Raga ini dari dulu masih saja sama, ah, selalu bisa membuat rindu, tapi apa mungkin rasa benci kembali menjadi cinta, hidup memang gak pernah bisa ketebak sih, maunya begini, tapi yang terjadi begitu

“Ngakunya capek, tapi kamu malah godain aku.“ Tanpa sadar Yura membelai-belai dada Raga, dia kan bisa bergairah lagi, menahan itu sakit loh, lebih tersaluran jangan ditahan.

Apalagi malam itu hujan deras, udara semakin mencekam membuat keduanya saling menempel, dan Yura pasrah ketika Raga telah berhasil menyegel bibirnya.

Yura membalas ciuman Raga yang awalnya lembut, kini menjadi lebih kasar membuatnya sangat bergairah, tidak sampai di situ. Raga menelusuri busung dada wanita ini yang tertutup selimut.

Perlahan Raga melepaskan ciumannya, lalu beranjak menuju leher mulus Yura meninggalkan jejak merah, lalu pria ini menindih tubuh istrinya.

Jantung berdetak begitu hebat, ia yakin Raga dapat mendengarnya. Kelopak matanya tak dapat berhenti menatap mata Raga.

“Sekarang, ya.“ Raga memasuki  perlahan sih junior yang sudah menegang siap menjelajah lembah milik Yura.

Yura sih pasrah aja, sudah bergairah gini, meski sudah sering dijelajahi, miliknya masih keset membuat Raga memasuki secara paksa. “Auch … pelan-pelan, sakit.“

“Maaf, ya.“ Raga memberikan satu kecupan hangat, lalu mengguncang pelan.

Desahan Yura terdengar pelan, tapi sangan menggoda,  Raga sampai mempercepat gerakkannya. Jemari Raga bahkan bermain pelan di bibir bawah sih Yura. Raga berhasil membuat sensasi bercinta semakin bergairah.

Argh, cairan benih berhasil Raga di rahim Yura, pria ini pun ambruk memeluk istrinya.

“Ish, lepas dong, aku mau bersih-bersih ih, badan aku rasanya leket.“ Badan mereka berdua sudah sama-sama bercucuran keringat, wajar saja Yura sudah tak betah.

“Bentaran, nanti nggak masuk semua, makin lama deh dedek Tian meluncur.“ Yura menggeleng tak percaya, niat banget Raga pengen punya anak lagi.

“Aku itu nggak masa subur, jadi percuma, kemungkinan hamilnya kecil.“ Raga mengerutkan dahi, pria ini tampak bingung. Sepertinya dia memamg tak mengerti maksudnya Yura.

“Maksudnya?“ Raga pun akhirnya melepaskan miliknya, dia menutupi tubuhnya dengan selimut, sedangkan Yura hendak turun dari ranjang malah ditarik pria ini lagi. Dasar Raga menyebalkan.

“Ih Raga, lepas! Aku mau mandi.“ Yura berdecak, ia sungguh gerah.

“Jawab dulu maksud kamu tadi.“ Perasaan yang udah nikah dua kali ini kan Raga, tapi kok malah menanyakannya, ntar Raga kepo lagi tahu dari mana, masa iya, Yura mau jawab dari adiknya sih.

“Kamu cari tahu sendiri aja, sekarang zaman itu udah canggih Raga.“ Yura enggak Raga sama menertawakannya, ah ini semua gara-gara Aira yang setiap ketemu mengajarinya, maksudnya memang baik agar Yura cepat hamil. Ia pun langsung beranjak mandi.

*

Setelah selesai mandi, Yura melihat Raga sibuk dengan ponsel, ia mengintip suaminya yang ternyata mencari tahu soal sel telur bertemu sih benih miliknya.
“Hahaha.“ Yura tertawa geli. “Kamu benaran cari informasi begituan, Ga.“ Padahal dia tadi kan cuma celetuk dong, enggak sangka Raga menganggapnya serius.

“Habis kamu nggak mau jelaskan ke aku.“  Raga masih fokus dengan layar ponselnya, dia membaca artikel, bahkan tentang begitu-begituannya.

“Kamu itu benaran pengen punya anak lagi? Emangnya Tian nggak cukup gitu.“ Tian kan juga udah besar, sudah bisa punya adik, bahkan dari sebelum dia bercerai dengan Alfira, anak itu pernah minta adik, ya karena Raga nggak cinta, dia nggak bisa berhubungan dengan Alfira di ranjang.

Raga meletakkan ponsel di nakas.

“Aku tuh dulu nikah dengan Alfira terpaksa, nggak cinta, hampir 8 tahun, tapi dia nggak bisa gantikan posisi kamu di hati aku,” ucap Raga jujur, kali ini dia sama sekali nggak gombal. “Terus kamu bisa bayangkan sendiri, aku menjalani pernikahan yang hampa selama 8 tahun.“ Benar-benar hampa baginya.

“Terus pernikahan kita ini nggak hampa.“ Yura sendiri bingung harus seperti mendeskripsikannya bagaimana, tetapi yang jelas sekarang dia mulai buka hati.

“Enggak! Karena aku cinta sama kamu.“

Yura tertegun, pipinya mengeluarkan rona merah, ah tidak, masa dia harus bilang hal sama. “Udah malam, aku ngantuk mau tidur.“ Dia pintar sekali mengalihkan pembicaraan.

“Ra, tunggu dulu.“ Yura sudah rebahan dengan membelakangi Raga, daripada ketahuan grogi.

“Aku ngantuk, Ga.“ Raga mengguncang tubuh Yura, dia kan belum selesai bicara.

“Lima menit doang.“ Yura menghembuskan napas panjang, susah sih kalau berurusan dengan Raga, kurang lebih keras kepala.

“Lima menit ya, nggak lebih.“ Yura kembali membalikkan tubuhnya.

“Kamu benaran belum cinta sama aku.“ Yaelah, sih Raga pakai tanya itu lagi, gak lihat apa muka dia usah merah gini, tatapan Raga dalam banget lagi bikin jantung Yura berdegup kencang.

“Masih ada dua minggu, ngapain tanya gituan?“ Yura nggak pernah tahu jika pria ini takut sekali kehilangannya lagi.

“Aku cuma pengen tahu perasaan kamu.“ Enggak ada salahnya kan kepo.

“Tunggu dua minggu lagi.“ Raga  meletakkan telinganya di dada Yura. “Kamu degdegan?“ terdengar suara jantung Yura yang udah sama persis boom, tinggal tunggu meledak aja tuh.

“Hah? Egh—- itu,” ucap Yura yang terbata-bata, dia udah gugup banget, sampai nggak berani menatap Raga. “Aku tuh capek gara-gara kamu ngajak dua kali, makanya jantung aku berdebar-debar gini.“ Ah, pintar banget Yura cari alasannya. Tinggal bilang cinta kek, susah amat kayaknya.

“Aku pikir, karena dekat aku.“ Raga udah ge'er aja.

“Pede banget! Udah lima menit nih, aku ngantuk,” gumam Yura. Menghindar lebih baik, pertanyaan Raga pasti bisa bejibun kalau dibiarkan, semakin gemetaran Yura jawabnya.

“Ih kamu buru-buru amat, istri itu harus menunggu suaminya tidur lebih dulu, kalau aku nggak ridho, malaikat murka loh sama kamu.“ Sungguh Raga menyebalkan.

“Apa lagi sih, Raga. Aku kan nggak enak sama mama kamu, kalau sampai kesiangan.“ Yura menatap Raga malas sembari duduk bersender di ranjangnya.

“Udah deh, tidur sana. Selamat malam, sayang.“ Raga mengelus kepala Yura, lalu mencium keningnya. Sebenarnya masih banyak yang ingin dia ceritakan, tapi melihat Yura kelelahan, dirinya menjadi tak tega.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro