Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 27

"Kamu udah mengajarkan Tian bersikap jahat! Kamu mau didik dia biar udah besar pintar manipulatif, seperti kamu gitu," teriak Raga beringas, pria ini memang sengaja  bicara di ruang kerjanya, agar tak ada yang dapat mendengarkan mereka. Lagi pula dia sudah meminta Yura mengajaknya ke taman, sekalian bersama Yuli, jadi hanya mereka yang ada di rumah itu.

"Maksud kamu apa? Aku nggak ngerti," komentar Alfira tampak takut, semarah-marahnya Raga, dia tak pernah sampai emosi seperti sekarang.

"Jangan pura-pura nggak tahu!" bentak Raga membanting barang di nakasnya, dia tak peduli apapun itu, karena dia sudah sangat emosi.

"Ga, kita bisa bicarakan baik-baik." Alfira memundurkan langkahnya takut, tubuhnya sampai gemetaran, apalagi mata Raga tampak tajam, pria ini seperti ingin membunuhnya.

"Sekarang jawab aku dengan jujur, untuk apa kamu meminta Tian menyembunyikan note yang membuat aku dan Yura bertengkar." Seperti yang Yura katakan jangan emosi, harus tetap tenang, gimana nggak emosi coba? Perempuan ini udah kayak ular siap mengeluarkan bisanya.

Alfira tertegun.

Bagaimana Raga bisa mengetahui semua itu? Semua rencananya benar-benar berantakan, nggak ada satu pun yang hasil bisa dia nikmati.

"Jawab aku! Kamu nggak tuli, kan." Lagi-lagi Raga menjerit, berang mewakili amarahnya. Siapa pun pasti akan marah berhadapan dengan wanita seperti, untung mereka udah cerai.

"Ga, aa--aku," wanita ini sampai terbata-bata, sepertinya hidup dia penuh masalah hari ini.

"Kamu apa? Hhah!" murka Raga, dia sampai memukul dinding di samping Alfira berdiri, sontak Alfira terjenggit. "Kamu ingin menghancurkan hubungan aku dengan Yura! Kamu itu nggak punya otak! Ibu seperti apa kamu itu, kamu nggak pantas disebut seorang ibu." Sial sungguh sial, Alfira tersentil, dia lho yang melahirkan Tian.

"Ga, aku lho yang melahirkan Tian, kamu sendiri yang menemani aku saat itu." Alfira tak terima dengan tuduhan Raga yanh menyayat hatinya.

"Ya, kamu memang melahirkannya, tapi kamu nggak pantas disebut ibu, mana ada sih, seorang ibu yang mengajari anak sekecil berbuat jahat, hanya kamu," ujar Raga sinis, ibu berhati iblis, sepertinya julukan itu lebih pantas untuknya.

"Ga, maafin aku. Aku khilaf, aku cinta sama kamu, hiks." Alfira tidak ada harga dirinya, dia sudah merusak rumah tangga orang sekarang malah minta maaf, untung saja Yura baik, nggak kayak dia, iblis bertanduk.

"Cinta?" Raga tertawa renyah.
Dari awal mereka nikah juga nggak ada tuh kata-kata cinta, dia setuju nikah karena anak yang Alfira kandung. Lagian dia tak punya pilihan lain kan saat itu, selain menikah dengan Alfira, demi nama baik keluarga.

"Aku nggak akan pernah cinta sama kamu, dari dulu sampai sekarang hanya ada Yura di hati aku," ucap Raga tegas. Perlu dia ingatkan lagi alasan mereka nikah, bahkan setelah menikah berhubungan badan. Karena waktu itu dia sudah sangat menyesal dan drama wanita lain lagi, paling tidak, setelah kembali kepada Yura, pria ini tak lagi suka jajan sana-sini. 

"Terus Tian itu apa?" bukannya anak itu bukti cinta, lalu selama itu mereka menikah, tidak mungkin pria ini tak tergoda, padahal Alfira selalu menggunakan pakaian seksi saat di dalam rumah, tapi ada daya Raga tak tergiur.

"Tian ada itu karena kegoblokan kamu nggak minum pil yang aku kasih." Raga selalu memberikan pil dengan siapa pun bermain.

"Raga!"

"Jangan pernah membentakku, lupa di mana kamu berada, ini rumahku." Berani sekali mengeluarkan suara tinggi di rumahnya sendiri, memang siapa wanita ini, istrinya juga bukan.

"Sekarang kamu angkat kaki dari rumahku, dan Tian akan tinggal bersamaku!" Raga mengusir Alfira, masalah ibunya, dia bisa mengatakan yang sebenarnya, lagi pula Yuli pasti mau mengerti.

"Ga, kamu nggak bisa pisahkan aku dan Tian. Tian itu kan---"

"Kenapa? Tian itu anakku, kalau kamu keberatan aku bisa ajukan hak asuk Tian." Raga yakin dia menang, enggak mungkin hak asuh jatuh kepada ibu yang kejam seperti Alfira.

Hampir saja, Alfira keceplosan. Tian adalah senjata paling ampuh merusak hubungan mereka, mana mungkin bisa dia bilang jika anak itu bukan anak kandung Raga, bisa-bisa pria ini membunuhnya.

"Baik, aku akan meninggalkan rumah ini. Puas kamu!"

Tentu saja puas, karena benalu sudah tidak ada di rumahnya. Akhirnya hidupnya bisa damai, dan dia bisa fokus dengan Yura dan Tian saja.

*

Yura yang berada di taman merasa gelisah dan khawatir, sejuta pikiran, melayang di otaknya. Apa mungkin aman meninggal mereka berdua saja? Bagaimana jika Raga marah besar dan wanita licik itu menggodanya.

"Yura, ada yang kamu pikirkan?" tanya Yuli, sejak pulang dari rumah sakit mereka bertiga jadi aneh gini, terutama Raga terlihat marah, daripada kepo sendiri, lebih ia tanyakan sendiri.

"Enggak ada, Ma." Yura berbohong, dia tak mau menambah masalah, lagi pula ia yakin Raga bisa selesaikan sendiri.

"Kamu mencoba sembunyikan suatu dari Mama." Yuli bisa lihat kok, menantunya ini tampak gelisah, lagian ngapain juga membiarkan Raga dan Alfira tinggal berdua. Seharusnya melarang dong, ya, minimal wanita nimbrung. Lha, kalau masalah Tian kan bisa dia yang menjaga anak ini. Lihat Tian cuma main bola sendiri.

"Bukan gitu, Ma. Aku rasa biar Raga menjelaskan semuanya," ujar Yura. Takutnya dia salah bicara, habis riwayatnya.

"Mama tahu kok Alfira dan Raga udah ceraikan," tutur wanita tua itu membuah Yara terperangah tak percaya, dia pikir Yuli tak mengetahui apapun tentang sandiwara mereka. Eh, ternyata mertuanya cabe rawit juga, ya.

"Mama tahu dari Alfira?" tebak Yura. Dia berpikir, mungkin saja saat mereka jalan bareng, sih wanita licik itu memberitahu mertuanya.

"Mama sudah tahu sejak lama, tapi Mama nggak pernah tahu tentang pernikahan kamu dan Raga, lebih baik sekarang kamu jujur deh, bagaimana ceritanya kamu bisa menikah dengan Raga.

"Gini loh, Ma, Yura ini pacar aku yang dulu, aku sering banget cerita sama Mama," sambar Raga tiba-tiba datang menyusul mereka, setelah Alfira sudah pergi dari rumah, pria ini bosan di rumah hanya sendiri.

Waduh, Raga cerita apa tentang dia, jangan-jangan yang buruk lagi. Sumpah Raga bikin kesal aja.

"Kamu cerita apa aja tentang aku?" tanya Yura mendelik sinis, awas saja sampai jelek-jelek.

"Ciye, kepo banget sih istri aku." Malah godain lagi, dia kan semakin malu, lihat tuh pipi udah kayak kepiting rebus, merah merona.

"Bukan saatnya! Seriusan kamu cerita apa aja?" Yura benar-benar penasaran.

"Tanya aja sama Mama, aku mau main sama Tian dulu." Raga malah kabur membuatnya kesal, masa dia harus tanya sama Yuli, bisa gemetaran, malu, campur aduk deh.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro