Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 55 Gue Takut di Bully Lagi!

Menikah?

Menikah dengan Gara?

Haruskah?

Maksudnya, emang harus Gea nikah sama Gara sekarang?

Ini hubungan percintaan Gea yang pertama kali terjadi seumur hidupnya.

Iya!

Gara ini pacar pertama Gea karena sebelumnya ia belum pernah menjalin percintaan dengan siapapun!

Rasa rendah diri, merasa penampilan kurang menarik, sampai gak percaya diri dekat-dekat dengan lawan jenis. Semasa kuliah dikenal sebagai mahasiswa kupu-kupu saking takutnya Gea bergaul dengan orang lain!

Gea takut dibully!

Apa ini gak terlalu terburu-buru? Kok Gea merasa langkah yang Gara ambil terlalu tergesa-gesa.

Semudah inikah sepasang kekasih merencanakan pernikahan?

Semudah inikah Gea mendapatkan restu untuk hubungannya dengan Gara yang awalnya begitu kontroversial?

"Kamu beneran gak mau aku temenin?" Gara merengut saat Gea hendak membuka pintu mobil. Keduanya melirik kafe Mati Rasa milik Pramu yang tepat ada di depan.

"Aku mau ketemu temen-temenku, Ga. Udah lama aku gak ngobrol dan ketemu sama mereka semenjak masalah kemarin. Oke?"

"Awas aja kalau si Pramu berani macem-macem sama kamu!"

"Tenang aja. Aku juga gak mau diapa-apain kecuali sama kamu doang."

Setelah itu Gara langsung tersenyum lebar. Lebar sekali. Ia juga tak lagi merengut karena kepergian Gea yang tanpa dirinya.

Sampai di dalam Kafe, Gea disambut keramaian. Tampak Pramu berada di meja Bar, sementara ada dua pegawai perempuan dengan apron cokelat berseliweran ke sana kemari sambil menenteng nampan

Sesaat Pramu menangkap kehadirannya. Gea tersenyum kikuk. Mencoba bersikap biasa saja tentunya. Menghampiri Pramu dengan senyum di wajah.

"Yang lain belum dateng?" tanya Gea. "Kita udah janjian mau ketemu di sini."

"Mereka di atap, Ge. Kalian bisa pake ruangan yang di atas. Soalnya Kafe lagi sibuk. Aku gak mau acara ketemu kalian terganggu."

"Thank's, Pram."

"Aku tadi udah jenguk Ayah di rumah. Kamu gimana kabarnya? Kerjaan udah dapet? Kamu beneran tinggal di apartemen yang dikasih Gara?"

Pramu langsung mempretelinya banyak tanya. Gea sampai bingung harus menjawab pertanyaan yang mana dulu.

Gea mengangguk malu. "Aku balik ke Molapar, Pram. Gara gak ngasih apartemen, tapi aku bayar nyicil ke dia."

Ada hening menjeda. Terlebih Pramu menatapnya begitu lekat. Membuat Gea kikuk tentu saja.

"Aku ke atas dulu deh. Bye!"

Pertemuannya dengan Tania dan Zara tentu saja berlangsung sangat lama. Bahkan sampai Kafe tutup, ketiganya masih asyik bercengkrama.

Banyak hal! Segala apapun dibicarakan. Dari hal sepele sampai rumit. Seperti tentang keadaan Gea sekarang.

"Jadi, lo beneran jadian sama si Gara itu sekarang?" Tania masih belum percaya hal ini tentu saja. Berita yang ia baca di media terlalu berlebihan sampai menyebut Gara dan Gea berselingkuh.

"Begitulah."

"Nah, ini akibat dari terlalu benci sama orang. Ujung-ujungnya malah jatuh cinta juga." Zahra tersenyum menertawakan.

"Maksudnya gue?" Gea mendelik sinis. "Yah gimana gak benci, Zah. Dia suka bully gue!"

"Dua-duanya, Gea. Lo sama si Gara. Dulunya kayak tom and jerry, sekarang malah jadi romeo juliet."

"Sorry. Gue gak mau mati kayak si Juliet."

"Terus? Terus? Rencana nikahnya gimana? Lo udah ngasih jawaban?"

"Enggak tahu. Gue belum siap."

"Lebih siap dipacari daripada dihalalkan. Aneh emang cewek zaman sekarang. Sukanya zina ketimbang menghalalkan diri. Sukanya pegangan tangan sampai ciuman pas pacaran. Eh... giliran disuruh nikah biar tuh aktivitas kek begitu lebih halal, malah ogah."

Deg! Jantung Gea rasanya berhenti berdetak detik itu juga. Malu bukan main tiba-tiba kena cibiran Zahra. Mendadak teringat kelakuannya dan Gara tadi di kantor yang kepergok ciuman sama karyawan.

"Ini gak sesederhana itu, Zah."

"Gara udah bener ngajakin kamu nikah, Gea. Kenapa kamu harus ragu? Pacaran gak ragu, kok diajak serius justru ragu? Aneh! Shalat istikharah sana! Lama-lama pacaran juga dosa, Ge."

Kerongkongan Gea makin kering rasanya.

"Mampus lo kena ceramah Bu Guru!"

"Ini terlalu mendadak buat gue. Lo bayangin aja? Awal-awal hubungan kita ditentang. Dikatain perselingkuhan lah, hubungan hasil merusak pertunangan lah, apa lah, terus tiba-tiba orang-orang pada setuju aja gitu gue sama Gara lanjutin hubungan ini ke arah serius. Aneh, kan?"

"Ya, gak aneh. Harusnya lo bersyukur dong. Karena akhirnya lo sama Gara dapet restu. Itu artinya kalian berhasil meyakinkan semua orang kalau hubungan kalian ini diperoleh dari cara yang benar dan sehat. Daripada lo sama Gara dipepet suruh nikah gara-gara hamil duluan?"

"Heh! Jangan asal ngomong dong! Kok elo bikin gue takut sih?"

"Makannya, sana buruan terima lamaran dia. Nikah. Halalin. Udah nikah mah bebas. Kalian mau ngapain juga gak ada masalah! Ketimbang pacaran lama-lama?"

Sumpah! Gea makin pusing sama keadaan sekitar yang mendadak berubah drastis. Seolah begitu mendukung keputusan Gara untuk menikahinya setelah rumor mereka selingkuh.

Ini bukan pertanda Gea akan segera mati, kan? Karena Tuhan mendadak baik banget. Sampai Gea merasa seperti tengah bermimpi indah di siang bolong. Jangan-jangan setelah ini bakalan ada malapetaka besar yang membahayakannya. Duh! Apa lagi sih?

"Kalian tahu kenapa aku kerja lagi di Molapar? Padahal sebelumnya Gara udah bantuin aku biar bisa kerja di Mall milik kakaknya, tapi belum sehari aku udah minta out."

"Emang kenapa? Pasti gajinya kecil. Posisinya kan cuma SPG."

"Karena karyawan di sana bully gue, guys. Bukan sembunyi-sembunyi, tapi terang-terangan. Gue dilabrak, diserang, sampe gue gak bisa bela diri saking banyaknya orang yang nyerang gue dan minta gue segera angkat kaki dari tempat itu. Dukungan dari orang-orang terdekat buat hubungan gue sama Gara kayaknya gak cukup bikin gue yakin kalau keputusan untuk menikah itu tepat. Hubungan gue sama Gara diketahui publik!"

"Terus lo mau ngikutin omongan orang luar yang gak tahu lo luar dalamnya? Lo penilaian orang luar lebih baik ketimbang penilaian orang terdekat lo yang jelas tahu lo luar dalamnya kek gimana?"

"Bener kata Zahra, Ge. Ngapain sih peduliin omongan orang? Lagian lo juga bukan artis ini kok. Gak akan berpengaruh juga gimana lo jalanin hidup lo ke kehidupan mereka."

"Mereka cuma lagi menyibukkan diri buat urusin hidup lo karena mungkin hidup mereka terlalu boring. Anggap aja mereka batu."

Dari percakapan dengan dua sahabatnya, perlahan kebingungan Gea berkurang.

Mungkin ajakan Gara tak salahnya dia pertimbangkan terlebih dahulu. Banyak hal baik dari hubungannya yang harus Gea ulik ketimbang hal buruknya.

"Gue mau jadi bride lo kalau dresscodenya warna ungu yah, Ge." Tania bercanda saat ketiganya menuruni tangga Kafe.

"Eh, Ge? Itu mobil Gara, kan?" tunjuk Zahra ke arah depan Kafe. "Dia nungguin lo?"

Gea mengarahkan matanya ke arah jalan. Memang benar itu mobil Gara. Tapi seingat Gea, Gara benar-benar pergi kok saat dirinya masuk ke dalam Kafe.

Cepat-cepat Gea menghampiri mobil merah terang itu. Tersisa jarak semeter, Gara muncul dari dalam mobil.

"Udah beres?" tanya laki-laki itu. "Yuk masuk! Aku anterin kamu pulang. Mau ke rumah atau apartemen? Tapi kalau bisa ke rumah dulu deh. Aku beliin sesuatu buat keluarga kamu. Tadi habis nanya Dion katanya perlu barang-barang ini. Gimana?"

Gea hanya bisa mematung memperhatikan gelagat Gara dan ocehannya. Ini benar-benar terasa seperti mimpi.

Ada seseorang yang menunggunya, bahkan mau mengantarnya pulang. Seolah Gea tengah dijaga oleh seorang bodyguard gratis yang bisa menjaganya 24 jam nonstop.

Tentu saja ini kali pertama terjadi di hidup Gea. Apalagi ini dilakukan oleh Gara yang awalnya ia anggap sebagai musuhnya.

"Kok malah bengong? Ayo buruan!"

Seketika Gea berlari, tapi bukan menuju pintu mobil. Melainkan ke arah Gara dan langsung berhambur memeluknya erat.

"Gara...."

Gara hanya bisa terdiam cukup lama menyaksikan gelagat aneh Gea. Karena biasanya gadis ini menolak dekat-dekat dengannya. Bahkan terkesan ogah didekati meski sudah resmi berpacaran. Tapi, tiba-tiba saja Gea memeluknya sekarang! Ada apa ini?

"Jangan minta putus lagi!" ancam Gara. Takut jika Gea tiba-tiba minta putus lagi seperti kemarin. "Karena aku maunya nikah sama kamu!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro