Bab 52 Gea Gak Salah, Tapi Gara yang Brengsek!
“Mau apa kamu ke sini?” ketus Bu Riawati pada Gara yang tengah berdiri di depan ruang rawat pagi itu.
Sudah sejak 30 menit yang lalu laki-laki itu ada di sana. Namun, Gara tak berani melangkah masuk sedikitpun sampai Bu Riawati sendiri keluar dari balik pintu ruangan itu dan memergoki keberadaannya.
“A… anu, Bu. Sa… saya cu–”
“Kalau kamu menganggap tindakan kamu akan membuat saya merestui hubungan kalian, jangan harap!”
Gara mengeratkan kepalan tangannya pada keranjang berisi buah yang tengah ditentengnya. Tepat saat itu Gea muncul dari arah belakang Gara, cepat-cepat berdiri di antara keduanya.
“Ibu ngomelin Gara?” tuduh Gea. “Cukup Gea aja, Bu. Omelin Gea sampai Ibu ngerasa puas! Mau Ibu hina sekalipun, Gea terima!”
“Kamu udah berani belain dia di depan Ibu?”
“Aku bukan belain Gara, tapi aku lagi belain Ibu di depan Gara. Aku malu karena Ibu ngomelin orang yang gak harusnya Ibu omelin!”
“Apa?!”
“Mending kamu pulang aja, Ga.” Gea segera mendorong tubuh Gara tanpa memedulikan keterkejutan Ibunya akan sikapnya barusan. “Cepetan! Kamu mau Ibuku ngomelin kamu lagi?” bisiknya mengancam.
“Gea!” Gara menghentikan langkahnya, menahan tangan Gea yang tadi mendorongnya. “Aku gak kena omel Ibu kamu,” katanya sambil melirik Bu Ria yang tampak masuk ke dalam ruangan lagi.
“Gak usah bohong! Raut wajah Ibu udah nunjukkin semuanya dengan jelas!”
“Serius, Ge. Ibu kamu cuma nyapa doang. Aku sampai lupa mau ngasih ini ke kalian,” katanya beralasan sambil mengacungkan keranjang buah yang memang nyaris ia lupakan. “Buat kalian. Gimana kabar Bapak kamu sekarang?”
“Tadi udah sempat bangun, tapi sekarang tidur lagi.”
“Syukurlah. Kabari aku kalau ada apa-apa. Oke?” katanya sambil menjejalkan keranjang itu ke arah Gea.
Gea menerima keranjang itu dari tangan Gara. “Makasih yah. Dion cerita semuanya. Kalau bukan karena kamu, aku gak tahu gimana nasib Bapak, Ga.”
“Udah. Udah. Gak usah muji berlebihan. Itu emang udah keharusan aku kan bantu pacarku sendiri?”
“Maaf yah soal Ibu aku.”
“Maaf soal apa? Ibu kamu gak punya salah apa-apa kok. Sana masuk! Temenin Ayah kamu. Pacar kamu ini harus segera kerja buat nyari duit biar kita bisa cepetan nikah.”
Mata Gea membulat seketika. “Gara!”
Gara hanya tersenyum dengan sikap salah tingkahnya Gea yang menurutnya begitu lucu. Tapi, senyuman itu langsung lenyap ketika ia tiba di Molapar.
Masalah pekerjaan yang belum juga selesai, ditambah perkataan Bu Ria tadi yang begitu terngiang di pikiran Gara. Sebut saja, ini kali pertama Gara mendapatkan penolakan atas sebuah hubungan percintaan. Padahal Gara yakin, Bu Ria tahu siapa dirinya. Tapi, hal itu tampaknya tak cukup bagi Gara untuk mendapatkan restu atas hubungannya dengan Gea saat ini.
“Kenapa yang tampaknya begitu sulit malah begitu mudah dijalani. Tapi, hal yang tampak mudah malah begitu sulit dijalani?” Gara membanting punggungnya ke badan kursi dengan embusan napas kasar. “Padahal Ibu begitu menyukai Gea. Tapi, kenapa Ibu Gea tak menyukai hubungan kami? Ah, benar! Pasti karena alasan itu!”
Gara tak mengira masalah pertunangannya yang putus dengan Vania akan menyulitkannya sampai detik ini. Molapar yang nyaris diambang kehancuran, Gea yang kesulitan mendapatkan pekerjaan, sampai hubungannya dan Gea yang tak berjalan mulus. Semua jadi begitu rumit!
“Apa yang harus aku lakukan?” Gara tampak berpikir keras. “Tunggu!”
***
“Kak!”
Nyaris saja jantung Gea copot mendengar teriakan Dion dari ujung lorong sana.
“Berisik! Ini area operasi, Dion!” omel Gea dengan nada suara yang sama.
“Kamu juga sama aja!” Bu Ria ikut berkomentar dengan nada serupa.
Dion dan Gea langsung menutup mulut mereka.
“Sini lo! Lo harus lihat ini!” Dion menunjukkan ponselnya ke arah Gea. Kakaknya itu memerhatikan layar ponselnya dengan malas pada awalnya. Namun, sesuatu menarik perhatian Gea sampai matanya nyaris keluar dari tempatnya.
“Gara!”
“Video ini bener-bener lagi viral banget, Ge! Semua orang kesel banget sama pacar lo! Berarti yang lo omongin kemarin itu fakta?”
Gea hanya mengangguk dengan raut wajah mengerut.
“Apaan sih kalian? Sibuk berdua doang.”
“Nih, Bu! Ini tuh bukti kalau omongan Gea kemarin itu nyata!” adu Dion sambil menyerahkan ponselnya pada Bu Ria. “Udah Dion bilang, kan? Gea gak salah!”
“Tapi, Gara yang salah! Laki-laki itu sudah dipastikan brengsek!” Bu Ria langsung angkat suara sedetik setelahnya sambil menyerahkan ponsel Dion pada pemiliknya lagi. “Laki-laki baik gak mungkin mempermainkan perasaan perempuan, Gea. Kalau suka, bilang suka. Kalau enggak, gak usah pura-pura suka. Pertunangan macam apaan yang dilandasi bisnis? Gak ada! Itu cuma akal-akalannya cowok buat nyakitin cewek!”
“Ya ampun, Bu! Orang kaya sama orang miskin itu urusannya jauh beda. Gara ini anak orang kaya, Bu. Hal begini pasti udah lumrah. Bukan lagi mikirin perasaan di hidupnya kalau taruhannya itu yah duitnya.” Dion tersenyum sinis. “Ibu tuh kan sering nih nonton sinetron Indonesia yang isinya cinta-cintaan mulu. Nah! Kehidupan si Gara itu gak jauh beda sama sinetron. Nikah kontrak, pertunangan karena bisnis, dijodohkan demi warisan, itu tuh ada di kehidupan nyata!”
“Terus maksud kamu, sekarang si Gara itu akhirnya menemukan cinta sejatinya yaitu si Gea?”
“Nah! Ibu ngerti kan jalan ceritanya?”
“Ngawur! Ngapain orang kaya malah jatuh cinta sama anak orang miskin kayak dia? Pasti ada maunya! Ibu gak akan terkecoh. Sinetron-sinetron juga banyak yang nayangin kalau orang-orang kaya itu pinter manfaatin orang miskin kayak kita. Jangan tertipu, Ge!”
“Ibu tahu gak kalau si Gea sekarang dibeliin apartemen sama si Gara?” tanya Dion.
“Bohong kamu!”
“Yon! Udah!” Gea nyaris tak bisa membela diri. Perkataan Ibu mendadak mengusik pikirannya.
“Eh, seriusan! Sekarang ini, Gea emang gak tinggal serumah lagi sama si Gara. Tapi, Gara beliin nih anak apartemen! Mewah loh, Bu! Mana dicariin kerjaan lagi!”
“Lo nguntit gue?”
“Gue bukan nguntit lo. Tapi, mengawasi lo dari jarak jauh takutnya terjadi apa-apa.”
“Sama aja!”
“Yang bener kamu?”
“Beneran, Bu! Dion saksinya! Tuh cowok cinta mati sama si Gea. Dia berdua ini meskipun udah pacaran, gaya pacarannya gak aneh-aneh. Dion saksinya!”
“Lo beneran nguntit gue yah!”
“Ibu juga tahu kan kalau yang bikin Bapak akhirnya cepet-cepet ditanganin karena siapa? Gara, Bu! Tuh cowok udah cinta banget sama si Gea!”
“Dion!”
“Gue cuma mau bantu lo bego! Gue gak mau lo menderita lagi! Harusnya lo juga berjuang buat ngeyakinin Ibu kalau elo sama Gara itu beneran saling suka! Capek gue lihat kalian berdua. Gak ada nyalinya banget buat ngeyakinin orang sekitar kalau hubungan kalian ini tuh murni karena saling suka. Ini malah ngumpet-ngumpet kayak orang berdosa!”
“Yang dikatakan Dion, semuanya benar.” Gara tiba-tiba muncul di tengah ketiganya. Di sampingnya ada Ibunya yang langsung melemparkan senyum ke arah mereka. “Saya benar-benar menyukai Gea. Dan kami akan segera menikah.”
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro