Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 51 Restu

Bab 51 Restu

Gea seketika berlari menghampiri Ayahnya yang tampak terbaring di ranjang. Senyuman kecil tampak tergurat di wajahnya yang pucat.

“Ge… kamu di sini?” Suara lemah Ayah terdengar begitu lirih. “Kamu sehat, Nak?”

Gea terisak sambil menggenggam tangan Ayah yang terasa begitu dingin. Ia sampai bertekuk lutut di sisi ranjang dan tak hentinya memanggil Ayahnya.

“Bapak… maafin Gea….”

Gea sudah mendapatkan cerita lengkap penyebab kecelakaan yang menimpa Ayahnya dari Dion di jalan tadi. Tentu siapapun tak akan menduga jika sebuah kecelakaan akan menimpa Ayahnya ketika ia sedang bekerja. Meski kecelakaan di jalan raya bukanlah hal aneh, tetap saja Gea tak bisa menganggap hal ini sepele. Ia sangat takut terjadi sesuatu yang buruk pada Ayahnya.

“Maaf. Kami akan memindahkan pasien ke lantai atas sekarang,” kata seorang dokter yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka.

Dengan cekatan, ia dan seorang perawat mendorong ranjang tempat Bapak terbaring. Gara yang muncul setelahnya langsung menghampiri Gea dan keluarganya.

“Bapak akan segera dipindahkan untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut, Ge. Agar pemulihannya lebih optimal.”

Ibu Riawati, Dion, dan Gea saling berpandangan bingung mendengarkan perkataan Gara. Tetap menyimak meskipun tak mengerti.

“Ayo kita ikuti Bapak sekarang.”

Ketiganya menurut saja, mengekori langkah Gara. Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah ruangan di mana hanya ada Bapak di sana tengah berada dalam perawatan seorang dokter. Kedatangan mereka disambut hangat olehnya.

“Beruntungnya tidak ada hal serius. Setelah menjalani perawatan di sini beberapa hari, pasien diperbolehkan pulang. Selama itu pula kami akan terus memantau keadaan pasien.”

“Bapak saya beneran gak apa-apa kan, Dok? Luka di kakinya gimana?”

“Kami akan terus mengawasinya sampai bisa dipastikan kakinya bisa digunakan kembali seperti sedia kala.”

“Aaarrrggghhh!!! Terima kasih, Dokter!” seru Ibu Riawati berteriak histeris.

“Kalau begitu, saya permisi. Mari, semua!”

Setelah dokter itu pergi, mendadak suasana di ruangan itu begitu hening. Tangis ibu juga sudah mereda.

“Saya juga izin pamit.” Gara tergagap memecah kecanggungan. “Ge, aku pulang yah. Ayah kamu akan baik-baik aja. Aku jamin,” katanya langsung ditujukan pada Gea yang tampak enggan menjauh dari Ayahnya. “Permisi!”

Gara pergi diekori oleh Dion. Adik Gea itu mencegat langkah Gara tak jauh dari pintu lift.

“Elo, kan?”

Wajah Gara tampak bingung. “Apaan?”

“Itu!” Dion tampak enggan berbicara. “Bokap gue.”

“Apaan maksudnya? Gue gak ngerti maksud lo.”

“Gue gak tahu pastinya, tapi ini semua pasti karena lo!”

“Lo nuduh gue bikin bokap lo celaka? Gitu maksud lo?” Gara terkejut juga bisa menerka seperti ini. Semoga saja tebakannya ini tak benar.

“Bukan… maksud gue….” Dion masih tergagap.

Di sisi lain, Gara merasa lega.

“Tadinya kan bokap gue lagi nunggu dokter yang katanya cuti buat diperiksa kondisinya. Kok mendadak ada tindakan gitu tadi, mana mau dipantau terus katanya sampe bokap bener-bener pulih. Ulah lo yah?”

Gara hanya tersenyum lalu menepuk pundak Dion. “Gak usah bilang-bilang ke kakak lo sama nyokap lo. Gue cabut yah! Bokap lo bakalan baik-baik aja. Gak usah khawatir. Gue cabut. Bye!”

Gara segera beranjak dari tempat itu. Tepat ketika ia hendak memasuki lift, terdengar suara Dion berteriak.

“Thank’s, Bro! Gue restuin lo jadi kakak ipar gue!”

Dion kembali ke ruangan Ayahnya dengan senyum mengembang. Namun, senyuman itu mendadak redup saat ia mendapati Ibu tengah memukuli Gea yang tersungkur di lantai dalam ruang inap Ayahnya.

“Ini semua karena kamu! Dasar anak durhaka! Mati saja kamu sana daripada bikin malu keluarga! Anak nakal!”

Gea sendiri hanya bergeming di tempatnya dengan air mata mengucur di pipi. Dion berusaha menjauhkan Ibu dari kakaknya, menariknya menjauh, meski tak menghentikan umpatan-umpatan yang terus Ibu keluarkan.

“Udah, Bu! Udah!” lerai Dion.

“Kakak kamu ini harus dikasih pelajaran Dion!”

“Udah, Bu! Jangan ribut di sini. Kasihan Ayah! Dia lagi sakit!”

Bu Riawati akhirnya tersungkur ke sofa, menangis tergugu di sana menahan amarah yang sangat ingin ia lampiaskan pada Gea saat itu. Sementara itu, Gea perlahan beringsut mendekatinya, bertekuk lutut tak jauh darinya.

“Bu… Gea bukan selingkuhan Gara. Ini jebakan yang dibuat Vania karena gak terima pertunangannya sama Gara batal. Percaya sama Gea, Bu! Kali ini aja. Percaya sama Gea.”

“Tahu dari mana kalau kamu itu dijebak? Huh! Lalu, untuk apa kamu sekarang dekat-dekat sama tuh cowok?”

“Vania yang bilang sendiri ke Gea. Itu dia lakuin karena gak terima pertunangannya batal gitu aja. Gara juga udah jelasin ke Gea kalau pertunangannya sama Vania karena urusan bisnis, bukan karena murni saling suka. Sementara Gea dan Gara pacaran murni karena saling suka setelah pertunangan itu putus!”

“Denger kan, Bu? Gea gak salah. Percaya sama Gea. Selama ini dia gak pernah bohongin kita semua! Kita aja yang gak ngasih Gea kesempatan buat jelasin semuanya.” Dion ikut angkat bicara, membela kakak satu-satunya. “Dan asal ibu tahu saja. Kenapa Ayah akhirnya bisa langsung diberikan tindakan oleh dokter, itu karena bantuan Gara. Dia cowok yang baik, Bu.”

Bu Ria memerhatikan suaminya yang terbaring di ranjang dengan mata sayu. Lalu melirik Dion dengan sengit, kemudian beralih pada Gea dengan cara yang sama.

“Lalu setelah ini apa? Kalau kamu emang dijebak, lalu apa yang bisa berubah sekarang? Nyatanya kamu tetaplah orang yang merusak pertunangan orang, Ge. Mau itu pertunangan karena cinta atau bukan, jelas-jelas pertunangan itu tetap batal karena kamu. Gara gak mungkin memutuskan pertunangannya ini kalau bukan karena kamu!”

“Bu, udahlah….” Dion merengek jengkel. “Semua udah berlalu. Buat apa sih diungkit lagi? Ibu jangan bikin Gea kabur lagi. Dion susah payah bawa Gea ke sini! Bapak juga kecelakaan karena berhari-hari kurang istirahat mikirin Gea!”

“Terus apa? Kamu mau Ibu merestui hubungan kakak kamu ini? Begitu?”

“Apa susahnya? Gara udah bantu kita juga.”

“Kalau orang tua Gara merestui hubungan mereka, Ibu baru akan merestui hubungan ini!”

“Bu!”

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro