Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CATATAN KENMA III

Hari ini Kenma aneh. Kuroo akan mengatakan hal yang serupa.

Rambut hitam terikat berantakan, sebuah mantel panjang berwarna coklat, kacamata hitam, dan sepatu hitam yang mengkilap. Terlihat normal-normal saja untuk hari formal, yang menjadi poin penting adalah Kenma mengendarai mobil merah, Kuroo saja tidak tahu Kenma punya mobil dengan warna mencolok itu.

Saat duduk di kursi penumpang, Kuroo dibuat heran dengan aroma parfum sangking jarangnya Kenma pakai parfum. Kenma merasa ditatap, kemudian menoleh ke arah sohibnya. Ia mengangkat alis, "Apa?" tanya Kenma.

"Tampil nyentrik, heh?" Kuroo mengejek.

"Biasa saja." Kenma langsung tancap gas, tak berniat melanjutkan obrolan.

Keluar dari basement apartemen Kuroo, keduanya menjumpai jalanan besar. Ditemani dengan suara radio yang menyiarkan laporan cuaca mengetahui pergantian musim sudah di depan mata.

"Aku merasa seperti orang kaya, biasanya naik kereta sekarang naik mobil baru." sindir Kuroo.

"Lebay. Bukan mobil baru." jawab Kenma.

"Benarkah? Aku tak pernah lihat, tuh!"

"Iya, baru sampai kemarin lusa. Tidak baru sekali."

"Terserah."

Sampai di perempatan jalan, Kenma berhenti di lampu merah. Suara radio berganti ke siaran lain. Siaran informasi yang menurut Kenma tidak pentin-

"Rasanya tidak afdol jika berkunjung menemui orang yang terkasih bila tak membawa sesuatu. Bunga menjadi opsi terbaik selain makanan- Wah manis sekali, ya!"

Kenma dengan cepat menoleh. Kuroo yang penasaran pun tak luput mencari perebut atensi sahabatnya- radio. "Ken-" Bertepatan dengan lampu hijau, Kenma memutar tajam berbelok ke arah kiri.

"Kita harusnya pergi ke kanan!" Kenma tak menjawab.

Kenma mantap tancap gas pergi ke mana Kuroo tidak tahu. Akan sangat memalukan datang dengan tangan kosong, bagaimana ia tak menyadari Kuroo sudah membawa seikat besar bunga yang diletakan di kursi belakang?! Dan Kenma tak membawa apapun! Memalukan.

Kuroo tak henti-hentinya melemparkan pertanyaan yang sama. Namun Kenma hanya menjawab dengan "Percayakan kepadaku." Tapi ini arah yang salah! Kuroo baru mengerti ketika mobil merah ini memasuki area pertokoan. Kenma bertangan kosong.

"Pfft! Kau lupa? Ku kira kau akan bawa cincin!" ejek Kuroo.

"Berisik!" Kuroo tau Kenma malu.

Kenma keluar dari mobil. Kuroo sendirian di dalam mobil menunggu Kenma selesai dengan urusannya. Menggonta-ganti frekuensi siaran radio sampai menemukan lagu kesukaannya. Tak lama, Kenma kembali dengan sebuket bunga merah muda di pelukannya.

"Bunga apa itu?" tanya Kuroo. Kenma memperlihatkan.

"Tulipa dan.. err.. dianthus caryophyl..lus?" Kuro menebak.

"Tulip dan anyelir merah muda. Tidak ada yang mengerti bahasamu."

Tak ingin buang waktu lebih, Kenma segera menuju ke tempat tujuan asli mereka berdua. Galeri Misako.

Perlu diketahui, Kuroo sempat menertawakan pilihan Kenma yang memilih untuk datang padahal sudah menolak untuk bertemu. Tak ingin Misako dinikahi orang lain, katanya.

Lalu sekarang? Kenma menjadi pribadi yang lain hanya karena akan segera bertemu Misako? Kuroo mulai meragu.

***

Gedung itu unik. Arsitekturnya mirip seperti sebuah bentuk tiga dimensi yang sekalipun tak pernah dilihat oleh Kuroo. Bentuknya unik, bahkan tak ada kata yang mampu mendeskripsikan bentuk gedung itu. Kenapa hari ini semuanya terlihat unik, ya?

Tamu hari ini relatif banyak. Kolega-kolega Misako datang dengan pakaian yang formal. Rata-rata membawa buket bunga super besar. Misako aktif menyalami semua tamu yang masuk, ia ada di depan pintu.

Kenma mulai merasa tak yakin. Hatinya gundah, matanya gusar. Haruskah? Batinnya terus bertarung.

Mata Misako terhenti pada mereka berdua. Melambaikan tangan, sumringah. Cerah sekali. Seperti tertular virus berbahaya, senyum Kenma terbit.

Kuroo menggeret sahabatnya, ia tau kaki Kenma melemas.

"Halo! Lama tidak berjua, Tuan Kodzume, Tuan Kuroo." Misako memberi sapaan hangat.

Kuroo terseyum kemudian menjabat tangan Misako, kemudian Kenma ... dengan gerakan ragu-ragu Kenma akhirnya melakukan hal yang sama.

Kenma terlalu sibuk memperhatikan rupa sang puan di hadapannya. Seperti masterpis yang keluar dari kanvas seorang pelukis. Rambut biru tua diikat setengah, berhias manik-manik mutiara sana sini, gaun putih biru melekat sempurna mempercantik eksistensi wanita ini.

Kenma jatuh cinta sekali lagi. Lampu sorot direbut serakah olehnya, bising suara percakapan Kuroo dan Misako dan situasi sekitar rasanya diredam sunyi. Tak ada jejeran kalimat yang dapat menceritakan perasaannya. Kenma jatuh cinta sekali lagi.

"Uh ... Kenma—"

Kenma tersadar, "Oh maaf."

Kenma menyerahkan bunga, "Untukmu. Selamat, ya, Misako."

Misako tersenyum, menerima, "Terimakasih, Kodzume. Bagaimana kabarmu?"

Kenma tergugup, "B- baik. Kau?"

"Luar biasa."

Tak banyak momen interaksi antara Kenma dan Misako. Mereka hanya mengalir begitu saja tanpa mau melakukan sesuatu. Acara berjalan. Pembukaan galeri berjalan dengan lancar. Kenma bertemu dengan Bokuto dan teman-temannya yang lain, mereka bertukar sapa, saling mengejek Kenma dan lain hal.

Saat sesi foto grup, nyali Kenma tersisa satu tetes. Kenma hampir mengurungkan niat, namun Bokuto meraih kerah tengkuknya dan menggeret Kenma.

Di akhir acara, entah bagaimana caranya Kenma berhasil punya momen dengan Misako. Mereka duduk berhadapan di dekat lukisan landscape gunung fantasi.

"Aku sempat mengira kau tidak akan datang." Misako membuka percakapan.

"Menit terakhir, begitulah." tanggapan Kenma. Situasi berubah canggung.

"Kau berubah banyak, ya! Kau terlihat keren dengan rambut hitam. Sekarang masih kuliah atau sudah kerja, Kodzume?"

"Misako ...." Kenma tak memperdulikan pertanyaan Misako.

"Ya?"

Mata kucing Kenma menatap lurus pada iris hiam Misako. Layaknya serigala yang menunjukan dominasi dan teritori, Kenma menatap sedalam jiwa Misako.

"Kau benar-benar akan dijodohkan?"

Misako diam. Ia mengambil jeda cukup lama. Pandangannya meredup, sedetik kemudian membalas tatapan teduh lawan bicaranya.

"Kau ... membaca suratku? Yah ... begitulah. Kau tau keluargaku kolot. Mereka tak pernah benar-benar setuju soal galeri dan karir seniku, lihat tak ada satupun anggota keluargaku menampakkan batang hidung." Misako menjeda.

"Stereotip mereka memuakkan. Mereka hanya ingin aku menikah, menikah dan menikah. Opsi lainnya adalah menjadi dokter atau pengacara seperti kakak-kakakku." Lanjutnya.

Kenma menyentuh tangan Misako. Masih sama seperti ingatannya, lembut. Ibu jari Kenma, mengusap jari manis tanpa cincin Misako.

"Misako ...." Kenma melirih.

"Buang saja margamu." lanjut Kenma.

Misako tidak mengerti, "Maksudm-"

"Kozume ... sandang margaku, Murakami Misako!" Misako terkejut, "Tak perlu terburu-buru, aku akan selalu menghargai keputusanmu. Ini adalah permintaan paling tidak masuk akal selama aku hidup. Misako, aku tau aku bukanlah sosok yang baik di masa lalu, namun izinkan aku menjadi sosok yang layak bagimu untuk hari-hari selanjutnya.".

"Misako, dalam dasar palung hatiku, aku meminta maaf atas apa yang telah terjadi di masa lalu. Aku mengakui kesalahanku." Kenma mengeluarkan kotak cincin, membukanya, terlihat sebuah cincin perak dengan berlian mewah.

"Kozume ... Anda tau sekarang waktu yang kurang tepat, sangat terburu-buru." Misako seperti kehilangan kata-kata.

"Aku mengerti, kok. Hanya saja aku tak punya keberanian untuk mengajakmu di kesempatan lain. Aku minta maaf." jawab Kenma. Tangan Kenma berusaha menutup kotak cincin selaligus menutup pintu cintanya, sebelum jemari lentik Misako menahan.

"Kenma, kita bisa berjalan pelan-pelan." pungkas Misako mengawali segalanya.

Dengan itu, Kenma kembali mencicipi hidup penuh rasa. Kenma berhasil jatuh cinta setiap hari. Kenma akan mencintai Misako sebanyak hitungan bintang di malam hari. Kenma selalu membuktikan bentuk cintanya, menjadi senderan sempurna bagi Misako dan dunianya.

Kenma benar-benar berubah.

Misako tak lagi merasa kesepian. Misako merasakan bahagianya apresiasi dan afeksi kasih sayang, Misako merasa dirinya patut untuk bahagia. Kenma selamanya menjadi obat luka menganga yang selalu menjadi lebih baik setiap harinya. Misako tak akan menyesal memberikan kesempatan bagi Kenma untuk membahagiakan dirinya sekali lagi.

Misako bahagia.

Misako dan Kenma bertemu lagi setelah garis jalan mereka kembali berpotongan. Saat ini, tak akan ada lagi persimpangan di garis jalan selanjutnya. Mereka hanya akan menari dibawah hujan dan api, bunga dan genangan, manis dan asam, juga hitam dan putih.

TAMAT

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro