Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Strange Classmate

NB: halo semua! kali ini aku collab cerpen sama bil nih! @the553sky IDENYA KEREN BANGET LOH! AKU SAMPAI TERCENGANG TT

***

Di hari pertamanya menginjakkan kaki di sekolah menengah itu, Winona sudah mengambil begitu banyak atensi orang-orang. Entah itu guru atau sesama murid. Seolah dia memiliki medan magnet yang cukup kuat untuk menarik afeksi orang di sekitarnya.Rasanya, sulit untuk membenci Winona. Sekalipun dia sudah tenar di kali pertama memasuki area sekolah.

Bahkan ketika Ms. Libra menempatkannya di sebelah Ren—gadis penuh semangat—Winona langsung digencar pertanyaan oleh teman satu kelasnya. Hal itu menjadi bahan gosip hangat di jam istirahat. Jika itu adalah berita di televisi, maka tajuk yang akan tersemat adalah 'Winona dengan Aura Memikatnya Menggaet Afeksi Seisi Sekolah'.

"Sejak kamu datang, rasanya kelas ini tak suram lagi. Seolah makhluk menyebalkan itu tidak ada di sini," ujar Ren di perjalanan ke kelas.

"Makhluk memyebalkan?."

Ren mengangguk semangat, air mukanya seperti sedang membeberkan rahasia negara "Kelas kita dijuluki kelas terkutuk karena ada laki-laki itu."

Ren menunjuk seorang siswa di baris terdepan sebelah pojok kanan kelas dengan dagunya. Yang kini sedang fokus pada sebuah buku. Kepalanya tertutup oleh tudung jaket.

"Memangnya dia kenapa?" Winona bertanya setelah dia dan Ren sudah sampai di tempat duduk mereka.

Ren sendiri menggaruk pelipisnya bingung. "Bagaimana, ya? Kau tidak merasa kalau dia itu aneh? Maksudku, auranya itu menyeramkan. Lalu kudengar, siapa pun yang mencari gara-gara dengannya, orang itu akan terkena sial."

Mendengar penuturan Ren, Winona hanya mampu tertawa. "Yang benar saja."

Eh, aku serius! Kau lihat gadis yang kakinya digips itu?" Kali ini Ren menunjuk seorang gadis berikat kuda yang mencolok, karena dia menjadi satu-satunya orang yang menyimpan tongkat penyangga di sisi mejanya.

"Namanya Karen, korban Daniel, anak yang seram itu." Ren berbisik, "Karen pernah tidak kesal karena Daniel selalu tutup mulut di tugas berpasangan kelas. Apalagi itu tugas musik. Jadinya, Karen mengatakan kalau Daniel itu sedang simulasi bisu. Pokoknya dia mencaci maki Daniel. Dan kau tahu apa yang terjadi setelah itu?"

Winona sontak menggeleng.

"Karen diserempet mobil di perjalanan pulangnya ke rumah. Saat itu warga yang melihat langsung menolong."

"Lalu kenapa hal itu disangkut pautkan dengan Daniel? Bisa saja itu kebetulan.""Sayangnya tidak, Winona. Karena Daniel ada di sana." Ren mendelik sambil melempar tatapan sinis pada Daniel diam-diam.

"Daniel melihat tak jauh dari tempat Karen terluka. Berdiri tanpa menolongnya, dengan mata hitam yang menyeramkan itu. Seolah-olah dia memang dalangnya. Kau tahu? Matanya itu ... seperti ada sesuatu yang mengerikan di baliknya."

***

Winona tidak bisa tidak penasaran dengan sosok Daniel. Karena dia sama sekali tidak merasakan aura menyeramkan dari sosok itu seperti yang dikatakan Ren. Karena itu sepulang sekolah, Winona berencana mendekatinya.

Setidaknya untuk berkenalan.

Ketika bel pulang berbunyi, hal yang dilakukan Winona adalah mengawasi pergerakan Daniel. Dia pikir, anak itu akan menjadi yang terakhir kali keluar kelas, tetapi nyatanya tidak begitu. Daniel melangkah lebih cepat dari yang ia duga. Dan sialnya, ketika dia akan menyusul, Ren memintanya untuk menemani gadis itu sebentar ke ruang guru. Winona mana bisa menolak. Toh, dia bisa mendekati Daniel besok-besok.

Setelah selesai dengan urusannya, Ren berkata kalau dia biasa pulang telat karena menunggu kakaknya pulang kuliah. Karena itu Winona segera beranjak dari tempatnya. Kalau beruntung, Daniel masih bisa ditemukan di sekitar sekolah.

Namun, tiba-tiba saja seseorang menarik tangannya dengan cepat. Dan menggiring gadis itu ke lapangan belakang yang sudah mulai sepi. Winona tentu saja terkejut, apalagi ketika melihat jaket Daniel kini terpampang di depannya."Kau mencariku?"

Pertanyaan itu meluncur dan seolah mampu menyihir Winona untuk diam membeku. Tidak hanya karena suara yang tak dia sangka seberat itu, tetapi juga mata Daniel.Winona tidak tahu mana yang benar antara perkataan Ren atau pengelihatannya sendiri.Dia melihat warna mata Daniel itu biru menyala, bukan hitam jelaga.

***

NB: hai y'all! sekarang, lanjutannya akan ditulis oleh @Mryz_Nie/ aku sendri yak! happy reading!

"A-apa yang ..." mulut Winona terkatup, tidak sanggup berbicara. antara bingung dan takjub.

"tolong diam," bisiknya gelisah. "tutup matamu, kau tidak boleh melihat ini."

"melihat apa?--" Daniel melepas jaketnya dan membekap mulut Winona dengan jaketnya. "diam."

tanpa persetujuan Winona, Daniel melilit lengan jaketnya di sekeliling mata Winona, dan mendorongnya jatuh menimpa pasir sisaa renovasi sekolah di ujung lapangan. Winona memekik, berteriak-teriak meminta tolong. tetapi tidak ada jawaban. Ia tak gampang menyerah. Winona terus menendang semua barang yang ada di sekitarnya, dan berteriak seperti orang kesetanan.

ia sudah berusaha menarik jaket Daniel kuat-kuat dari matanya. tetapi, hasilnya nihil. jaketnya itu seolah-olah sudah digembok kuat di matanya. Winona berteriak memanggil nama Daniel kencang, dengan kesal.

matanya sakit dililit sekencang itu. rambutnya juga sudah dipenuhi pasir. ia merasa sangat kotor dan tidak nyaman. akhirnya, ia menghela nafas lelah, dan bersender di pasir. bodo amad dengan pasir, ia lelah.

Winona merenung, selama Daniel entah melakukan apa. apakah Daniel akan kembali untuk melepaskannya? kalau tidak, lantas bagaimana nasibnya? meninggal di pasir dengan mata penyok? tentu saja itu adalah jenis keberadaan saat meninggal yang paling ia hindari.

Winona mengerang ketika perutnya berkeroncongan. terpaksa ia menunggu.

satu jam Winona lalui dengan sabar. sampai akhirnya Winona mendengar langkah kaki seseorang.

"loh? Winona? kok tiduran di pasir?" 

Winona sontak memekik ketika mendengar suara yang familiar, "REN!"

"ya, ini aku. kenapa kau disini?" tanyanya.

"kau sendiri?" Winona balas menanya.

"tidak tahu! tiba-tiba satu sekolah kosong semua! dari tadi aku berlari seperti orang gila kesetanan--mencari seseorang,  tetapi bahkan aku tidak melihat batang hidung orang disini! aku sudah keluar dari sekolah, bahkan tidak ada anak murid di jalanan!"

bulu kuduk Winona meremang. apa yang Daniel lakukan?

"kalau kau? kenapa disini?" tanyanya heran.

Winona mendesah. "Daniel."

Ren memekik pelan. "apa yang ia lakukan kepadamu?! kenapa kau bisa berurusan dengan anak terkutuk itu?!"

Winona meneguk saliva, tiba-tiba saja teringat perkataan Ren tentang mata Daniel, yang padahal tidak seperti kenyataan.

"aku membuntutinya sepulang sekolah, tiba-tiba saja dia menarikku dan mengikat jaketnya ke mataku, lalu mendorongku ke pasir."

Ren meringis, nampaknya baru menyadari mata Winona yang dililit. buru-buru ia beranjak dan melepaskan jaket itu dengan mudah. Winona heran. ia sedari tadi sudah berusaha sekuat tenaga melepas jaket itu tetapi hasilnya nihil, dan Ren bisa melepasnya semudah itu? aneh.

Winona buru-buru mengerjap, matanya terasa sangat penyok. Ia mengadaptasikan matanya, lalu melihat ke sekeliling. Mana Daniel?

Tiba-tiba, Mata Winona tertuju pada suatu titik. Ia terkesiap, lalu berdiri Dan berjalan cepat ke gerbang sekolah.

"Winona?" Tanya Ren heran. Ia beranjak dan mengikuti Winona. "Ngapain?"

Winona mengabaikannya. Ia terus berjalan, sampai akhirnya sampai di ujung pintu. Ia memicingkan mata, memperjelas pandangan ya. Tiba-tiba ia berteriak kencang, dugaannya benar.

Tanpa pikir panjang lagi ia menarik Ren berlari sehingga Ren terjatuh-jatuh. Ren memprotes kencang, tetapi Winona mengabaikannya.

"JANGAN LIHAT GERBANG! KUMOHON!" Pekik Winona, lalu buru-buru menyambar jaket Daniel dan melilitkannya di mata Ren.

Ren memberontak, berusaha melepaskan ikatan itu dari kepalanya. Tapi, seperti Winona sebelumnya, ia tidak bisa melepaskan jaket itu.

"WINONA! ADA APA SIH?" Jerit Ren.

"INTINYA KAU TIDAK BOLEH LIHAT!" Balas Winona, lalu berlari lagi menuju gerbang.

Ia menghela nafas, lalu menyandarkan kepalanya di gerbang, menontoni hal yang sedang Daniel lakukan di luar sana.

Winona bisa melihat, seorang anak kecil memanjat pohon. Kemudian ia terjatuh, dan terluka parah. Semua orang yang ada di sekelilingnya menjerit histeris, lalu buru-buru menolongnya dan memanggil ambulans untuk menolong anak itu.

Sebenarnya, percuma. Anak itu tidak akan tertolong. Nyawanya sudah melayang.

Karena, Daniel adalah seorang malaikat pencabut nyawa.

***

Keesokan harinya, Winona kembali sekolah. 

semuanya terlihat sangat normal. murid-murid asik mengobrol dan bercanda. jalanan di penuhi mobil-mobil dan motor yang berlalu-lalang.

Winona melirik sekilas pada lokasi pohon tempat di mana seorang anak itu terjatuh. pohon itu sudah tidak ada. ditebang sampai akar-akarnya. 

ia mengibaskan rambutnya, lalu berjalan masuk sekolah. semuanya benar-benar terlihat normal. seolah kejadian kemarin benar-benar tidak ada.

Winona berjalan menyusuri koridor. Ren tiba-tiba muncul di depannya, sehabis mengantar adiknya ke kelasnya.

"Winona!" panggilnya.

lalu mereka berujung menyelidiki kejadian kemarin--saat seisi sekolah kosong dan tak berpehungi.

***

Ren mengerang kesal. Winona dan Ren sudah berusaha mencari jawaban ke semua siswa. jawabannya sama saja. mereka berkata, 'sepulang sekolah, kami dicegat oleh seseorang berjubah, wajahnya tidak kelihatan. katanya ada kecelakaan di jalan depan, jadi kami disuruh pulang lewat pintu belakang sekolah lewat gang sempit itu'

Winona berdecak. pantas Daniel lama, ia perlu mencegat seisi sekolah.

Akhirnya karena malas melanjuti penyelidikan mereka, mereka pun memasuki kelas. seisi kelas ini hobi datang kepagian, jadinya mereka bisa membuang-buang waktu lama sebelum guru datang.

Winona melirik bangku yang paling depan itu. Daniel meliriknya sekilas balik. 

bangku di sampingnya kosong. semuanya benar-benar takut dengan anak itu. 

Winona menghela nafas, lalu mengangkat ranselnya. kemudian ia berjalan ke samping Daniel, dan menaruh ransel itu di dalam laci tempat duduk di samping Daniel.

Daniel hanya menatapnya sangat datar, seolah-olah ia patung. ia kembali menatap lurus.

Ren nampak keheranan. bahkan ia hampir menarik tangan Winona untuk kembali ke tempat duduknya. tetapi, terjadi kejanggalan baru. Tangannya tidak bisa bergerak. lagi-lagi Daniel.

Winona mendekatkan bibirnya ke telinga Daniel, lalu berbisik.

"kenapa kau menyembunyikannya? kita satu spesies."

bodohnya. seharusnya dari awal Winona menyadari aura Daniel. Daniel pun juga seharusnya begitu. Daniel seharusnya tidak perlu menutup matanya. ingatannya tidak akan hilang jika ia menyaksikan kejadian itu juga.

karena, Winona juga seorang malaikat yang menetap di bumi, sama seperti Daniel. ia seorang malaikat pelindung.

tidak ada yang tahu. ada dua malaikat dengan tugas berkebalikan di dalam kelas itu.

***

A/N

 OEMJII DIKIT LAGI SEBULAN AKU GA UP FANTASIA

kali ini aku collab bro, abis kalau nulis sendiri idenya ga keluar. memang aku pernah bilang, ideku tuh banyak banget tapi nggak mungkin dijadiin cerita. masa setiap ide harus dijadiin cerita? cape bambang

nah makanya kan, aku buat jadi cerpen. masalahnya, IDEKU BERAT SEMUA.

nanti feelnya bener-bener ga dapet hiks.

anw, ini nulisnya perjuangan loh. aku nulisnya disela-sela ngezoom. aku nyatet kebuuuut banget, terus sebelum gurunya buka slide baru, aku secepat kilat nulis sebaris. bayangin ga sih pegelnta TvT

terus tiba-tiba guru ganti slide, LANGSUNG KEBUUUT LAGI NULISNYA!

tanganku dikit lagi bengkok TvT

MASALAHNYA TUH, MOOD NULIS SELALU DATENG PAS NGEZOOM!

sudahlah

aduh, mar, jangan banyak ngebacot, ini ntar bablas 2000 kata gara-gara a/n doang lagi nih.

BYEEE!

*with love and chocollate to readers*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro