Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bryan - Hard

Aku merebahkan tubuh di ranjang hotel. Konser malam ini cukup melelahkan. Tapi itu sepadan dengan kebahagiaan yang aku dapatkan saat melihat lautan fans yang selalu menyemangati kami. Mereka seperti tidak peduli dengan skandal yang menimpa salah satu member. Mereka tetap meneriakkan kami dengan penuh semangat. Sungguh indah mendapati bahwa para penggemar tetap mencintai karya kami. Sungguh melegakan mengetahui bahwa masih sangat banyak penggemar yang bisa mendukung karier kami dengan tetap menghargai kehidupan pribadi kami. Aku senang memiliki penggemar yang bisa memilah dengan baik sampai mana batas yang boleh mereka masuki. Aku senang sekali.

Tapi sialnya, di antara lautan fans itu, aku justru teringat akan satu gadis: Aurora Titania. Sudah dua minggu ia tidak menyapaku. Ia benar-benar mengabulkan permintaanku untuk rehat. Tadinya aku berharap ia akan menolak permintaanku. Tadinya aku berpikir kalau ia akan nekat menghubungiku dalam waktu sebulan ini.

Ternyata tidak. Ia gadis berprinsip kuat meskipun air matanya mudah menetes hanya untuk masalah kecil. Ia keras di balik kelembutannya. Ia tetap memikirkan orang lain meskipun hatinya terluka. Aku merindukan gadis itu. Sangat.

Aku merasa bodoh dan sedikit menyesal karena waktu itu terlalu emosi. Kecemburuan membuatku lebih mudah tersulut emosi. Harusnya aku mendengarkan alasan logis Aurora. Gadis itu benar soal pelukan perpisahan. Sayangnya, bagian tentang Sean menyukainya juga benar. Itu yang membuatku marah luar biasa.

"Kenapa tidak menghubunginya?" tanya Loey yang mengakhiri lamunanku.

Aku hanya tersenyum hambar.

"Percepat saja," ucap Loey, merebahkan tubuhnya di sampingku.

"Apanya?"

"Jangka waktu rehat kalian. Aku kasihan padanya."

Aku menghela napas. "Tidak. Lagipula tinggal dua minggu lagi."

"Dua minggu itu tidak sebentar. Jangan menyiksa hatinya. Dia sudah mengalami banyak tekanan karena skandal itu. Harusnya kau di sampingnya saat ini," ucap Loey.

"Hhhh...." Aku terdiam sebentar. "Coba saja waktu itu aku bisa menempatkan kecemburuanku dengan lebih bijaksana. Aku merasa bersalah pada Au."

"Hubunganmu dengan Sean juga jadi tidak sebaik dulu," ucap Loey menambahkan. "Sesuatu yang sudah retak tidak akan bisa kembali bagus dan sama persis seperti semula."

"Aku paham."

"Tapi kalau aku jadi Sean, sepertinya aku juga akan jatuh cinta pada Au-ya," ucap Loey yang membuatku mendelik. Buru-buru Loey menambahkan, "Siapa yang akan menolak gadis sebaik itu? Jika orang lain bilang Aurora beruntung mendapatkanmu, justru menurutku kaulah yang beruntung! Au-ya itu baik, polos, cantik, pin-"

"Jangan coba-coba, Bung!" selaku benar-benar kesal.

"Easy, Bro! Calm down!" tawa Loey keras.

Aku mendengus jengkel, kemudian mataku terpaku pada ponsel di atas meja. Aku bangkit dari ranjang untuk meraihnya. Dengan dada berdebar, aku membuka pesan itu.

Lisarah
"Aku rindu Bryan."
Hari ini dia mengatakan itu.

Byun
Hehehe. Maaf, ya.
Aku jadi merepotkanmu

Lisarah
Aku kirimkan video Aurora untukmu.
Sedang dalam proses.

Byun
Terima kasih, Lisa.

Lisarah
Bayaran untukku.
Jangan lupa ^^
Hehe. Kidding.

Byun
Atur saja.
Besok kirimkan lagi
foto Aurora untukku.

Lisarah
Stop playing.
Kalau rindu, temui dia.
Lupakan break sebulan

Aku termenung.

Sepertinya aku harus mempertimbangkan saran Lisa. Dua minggu itu masih lama. Tampaknya aku semakin kesulitan mengendalikan perasaanku untuk Aurora. Haruskah aku mengakhiri perjanjian yang konyol itu?

"Siapa?" tanya Loey.

"Lisa. Sahabatnya Au."

"Cantik?"

Aku mengangguk. "Tapi sudah punya kekasih. Maaf, Tuan Loey Parker. Anda belum beruntung."

Ia melengos. "Kau ada urusan apa dengan sahabatnya Au?"

"Aku memintanya untuk mengirim foto dan video Au padaku selama rehat. Jadi rinduku padanya sedikit terobati," tukasku yang seketika membuat Loey melotot.

"Kau curang!!!" tuduhnya keras.

"Aku tidak curang! Perjanjiannya hanya tidak boleh bertemu dan berkomunikasi! Tidak ada larangan meminta foto pada sahabatnya! Lagipula dia bisa melihat foto dan videoku di internet!" elakku cepat.

Loey malah tersenyum miring melihatku. Ia menghampiriku dengan wajah jahil. Tangan kanannya merangkul pundakku dengan sangat menjengkelkan. Aku menatapnya dengan sedikit muak.

"Sudah. Menyerah saja. Temui dia. Bagaimana?" ucap Loey memainkan alisnya. Dasar menyebalkan.

"Sampai kapan kau mau berlagak cool? Pertahananmu sudah lemah sejak awal, Bryan. Kau harus menemuinya," lanjutnya mulai tidak sabaran. "Sadar atau tidak, akar permasalahannya ada padamu."

"Kenapa jadi aku?"

"Tidak perlu aku jelaskan. Pikirkan sendiri kenapa semua ini terjadi. Sebenarnya aku tidak ingin menyalahkanmu. Aku hanya tidak rela kau menyakiti Au-ya sejauh ini. Dia hampir selalu mengikuti apa maumu. Tidak banyak komplain, tidak banyak mengeluh. Kau memintanya merawat Sean pun, ia patuh. Kau menyuruhnya bersandiwara dengan Sean, ia juga melakukannya."

"Dan akhirnya ia menyukai Sean."

"Tapi dia berusaha teguh dengan perasaannya padamu. Ia nekat mengakhiri sandiwaranya dengan Sean karena memikirkanmu. Memangnya kau tidak melihat bagaimana tatapannya untukmu? Perasaannya untukmu sangat kuat. Bryan Byun, kau sangat beruntung mendapatkan hatinya," ucap Loey menepuk bahuku. Ia melanjutkan, "Mungkin Sean membuat Au-ya nyaman. Tapi saat ini kebahagiaannya ada padamu. Kau merindukannya, kan? Turunkan egomu. Temui dia."

Aku termenung. Mulai menilai-nilai diri sendiri akibat dari perkataan Loey. Aku nyaris tidak bisa mementahkan semua pendapat sahabatku itu tentang Aurora. Bahkan aku mulai menyalahkan diri sendiri. Apa yang telah terjadi pada kami adalah sebagai akibat dari kecerobohanku. Kemudian jariku mengetik balasan untuk Lisa secepat mungkin.

Byun:
Bilang pada Aurora.
Temui aku lusa pukul delapan malam
di apartemenku.

Lisa:
Seriussss?!!!

Byun:
Tentu saja....
Omong-omong, terima kasih
atas bantuanmu,
Nona Lisarah ^^

Lisa:
Sama-sama.

Aku meletakkan kembali ponsel di meja. Sementara itu, Loey masih menggantungkan tangannya di pundakku yang membuatku ingin sekali mematahkannya. Aku meliriknya. Ia mengacungkan jempolnya padaku. "Kau sudah membuat keputusan yang bagus, Kawan!"

"Singkirkan tanganmu dari bahuku!"'

"Kau melupakan satu hal, Bryan."

"Jangan bicara lagi. Aku lelah," decakku menghempaskan lengannya yang panjang itu, lalu berjalan ke tempat tidur.

"Perbaiki hubunganmu dengan Sean."

"Iya!" sahutku ketus.

Aku menghela napas. Aku tahu, itu harus kulakukan. Tapi tidak sekarang. Aku harus fokus memperbaiki hubunganku dengan Aurora terlebih dahulu. Mungkin setelah itu, aku jadi lebih lega dan bisa menjalin hubungan yang baik lagi dengan Sean.

"Aku tidak percaya dua sahabatku berperang dingin karena seorang gadis. Ya setidaknya Sean bersikap baik dan tidak pernah diam-diam menemui Aurora lagi. Sekarang tinggal kau saja. Bisa memaafkan atau tidak walaupun Sean sama sekali tidak membahas masalah itu terang-terangan denganmu. Tapi aku yakin dia sudah belajar dari kesalahan."

Loey masih sibuk mengoceh. Aku lelah. Aku sudah terlanjur malas berbicara. Biarkan saja dia bicara dengan tembok.

🍃🍃🍃


GIVEAWAY 2 MASIH BERLANGSUNG DI INSTAGRAM. CEK AKUN IG @dian_mu ya.

🌸🌸🌸🌸

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro