Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Aurora - 30

Gue menggigit bibir. Logika gue mengatakan ini salah. Tapi debaran jantung ini mengkhianati logika yang membuat gue menunduk.

"Jangan bercanda. Kau ke sini karena ada hal penting, kan? Katakan," ucap gue pelan.

"Itu penting. Bagaimana perasaan rinduku padamu, itu sangat penting bagiku."

"Sean.... Kau tidak perlu melakukan ini."

Jemari Sean menyentuh pipi gue. Hangat. Kelembutannya menelusup di hati gue. Jantung ini berdegup kencang. Darah ini berdesir. Gue pun menunduk. Apa salah kalau gue... bahagia?

"Kau menyukaiku?" tanya gue dengan bodohnya.

"Kau sudah tahu jawabannya dan aku bisa membacamu tanpa perlu mengatakan apa pun," jawab Sean lembut yang membuat batin ini berperang. "Kau juga menyukaiku."

Sontak kepala gue terangkat dengan mata yang melebar. Gue baru akan menjawab, tapi ponsel di saku gue berdering. Gue segera menarik diri dari jangkauan Sean dan merogoh ponsel.

From : Mas Byun
Message :
Maaf jarang menghubungimu. Aku sibuk.
Tapi percayalah, aku selalu memikirkanmu.
Boleh kan aku bilang "I love you"???
Reply

Gue tertohok.

Wajah ini seakan ditampar oleh kenyataan. Gue tersenyum pahit menyadari betapa bodohnya sikap gue malam ini. Bukan hanya malam ini, tapi juga sebelum-sebelumnya. Bagaimana bisa gue tega mengkhianati perasaan Bryan ke gue? Benar-benar nggak tahu diri!

Gue menarik napas dalam-dalam. Setelah menenangkan diri, gue pun membuat panggilan ke nomor Bryan.

"Halo." Suara lembut Bryan menyapa gue.

"I love you too...."

"Eh??? Kau menelponku untuk mengatakan itu?" sahutnya terdengar bahagia.

"Seperti kau yang mengirimiku pesan hanya untuk melakukan hal yang sama."

"Semoga kita cepat bertemu."

Gue tersenyum pahit. "I hope so. Good night."

"Selamat malam."

Seusai mengakhiri panggilan, gue menatap Sean yang juga memandang gue dengan ekspresi yang sulit dibaca.

"Bryan?" Sean memastikan.

Gue mengangguk dengan kebisuan yang menghampiri. Ini memang salah dan terima kasih pada semesta karena menyadarkan gue secepat ini. Setelah terdiam beberapa saat, gue menghela napas. "Maafkan aku, Sean. Aku tidak bisa pergi denganmu."

Sean mendesah kecewa. Dia mencoba tersenyum meskipun terlihat sekali kalau itu dipaksakan. Detik ini, gue semakin merasa bersalah pada Bryan dan Sean. Sepertinya apa pun yang gue lakukan akan jadi serba salah.

"Tidak apa-apa. Mungkin lain waktu bisa," kata Sean.

"Sekarang dan seterusnya, aku tidak bisa...."

Sean terpaku dan menatap gue lekat-lekat. Dan kembali, gue nggak sanggup membalas sorot mata elangnya. Entah untuk ke berapa kalinya, gue hanya bisa menunduk untuk meredam debaran jantung gue.

"Jangan temui aku lagi, Sean. Akhiri drama kita."

"Kenapa? Ini belum waktunya." Suara berat Sean menghantui hati gue.

Gue menggigit bibir. "Aku takut tidak bisa menahan hatiku."

Gue nggak bisa menyimpan ini lagi. Gue nggak sanggup bertahan lebih lama lagi dari godaan Sean yang terkutuk. Biarlah Sean memandang gue jelek. Nggak apa-apa. Biar sekalian dia menjauh dari gue.

"Kau menyukaiku, Aurora."

"Iya. Kau benar," sela gue sama sekali tidak membantah. "Tapi aku mencintai Bryan. Dan aku mohon, tolong berhenti. Berhenti menyukaiku."

"Bagaimana kalau aku tidak bisa?"

"Kau akan menyakitiku dan Bryan."

"Aku juga sakit, Au...."

"Karena itu kita harus hentikan ini. Aku tidak ingin kita jatuh dan sakit terlalu dalam," pinta gue dengan suara melemah. Gue menguatkan diri untuk menatap Sean. Semakin gue beradu pandang dengannya, semakin gue merasakan kesakitan yang ia rasakan di sana, dan itu membuat mata gue berkaca-kaca.

"Sean, aku tidak menyalahkan siapa pun. Hanya saja, seandainya aku bisa menulis takdirku sendiri, ada satu malam yang ingin kuhapus. Malam di mana kita duduk bersama, menikmati makan malam di mobil dalam keheningan. Aku membencinya...."

"Karena pada akhirnya kau sadar kalau kau juga menyukaiku?"

"Cukup...," ucap gue lirih.

Di titik ini, gue merasa semakin buruk. Perasaan bersalah gue semakin menjadi. Bukan hanya pada Bryan, tapi juga pada Sean. Bagaimana bisa gue menjalani ini? Jika gue bersama Bryan, bagaimana dengan hati Sean? Kalau gue bersama Sean, sangat jelas gue nggak bisa. Hati ini sudah terlanjur untuk Bryan. Selain itu, hubungan Sean dan Bryan juga pasti nggak akan berjalan baik dengan situasi yang seperti ini. Apa perlu gue menjauh dari kehidupan mereka?

Ponsel gue berbunyi lagi.

From : Mas Byun
Message :
Sepertinya kau harus menghukumku karena melanggar kesepakatan. Tapi aku sangat merindukanmu. Bisa bertemu sekarang?
Reply

Meskipun hati ini terasa tidak karuan, tapi pesan itu mampu menerbitkan senyum tipis di wajah gue. Akhirnya penantian gue sejak tadi terbayar sudah! Dengan keceriaan yang mulai kembali, gue segera mengetik balasan.

To : Mas Byun
Message :
Bisa. Di mana? Apartemen?
Reply

"Kau mau bertemu dengan Bryan?" tanya Sean.

"Iya!" sahut gue menatap Sean dengan mata berbinar.

Sean tersenyum walaupun masih terlihat terpaksa. "Kalau Bryan lebih bisa membuatmu bahagia, aku akan merelakanmu. Lagipula, memang aku yang jadi pengganggu di sini."

Binar di mata ini luntur melihat raut terluka di wajah Sean. Sesuai prasangka gue. Apa pun yang gue lakukan akan serba salah. Di saat gue bahagia dengan Bryan, ada Sean yang tersakiti di sini. Memang seharusnya gue bisa mengabaikan itu dan memikirkan kebahagiaan gue sendiri. Tapi mana mungkin gue tega....

Untuk ke sekian kalinya, ponsel gue bersuara. Ada balasan dari Bryan yang mengatakan kalau dia ingin bertemu gue di apartemen Loey saja. Rupanya larangan untuk ke apartemen dia masih berlaku untuk gue.

"Aku antar," ucap Sean mengejutkan gue.

"Tidak perlu! Aku pakai taksi saja!" tolak gue.

"Jangan menolak. Aku sakit hati kalau kau menolak bantuanku."

Gue terdiam sebelum akhirnya mengangguk.

-Bersambung

🌻🌻🌻
🌻🌻
🌻

[Para Istri Online Tercyduk!!!]

🍷🍷🍷

Hai semuanya....

Maaf karena menghilang cukup lama. Dan maaf belum ngasih kabar soal kapan PO dibuka. Tapi yang pasti aku bakal nyiapin bonus buat 100 pemesan pertama aja nanti. Include surat dari Bryan Byun (aku bocorin sekarang aja ya, belum aku obrolin sama penerbit. Tapi akan aku obrolin).

Jiayou!

XOXO

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro