Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Aurora - 29

Harapan gue pagi ini adalah bisa melewati hari dengan damai. Gue udah berusaha mengembalikan mood dengan cara berdandan secantik mungkin, tersenyum pada diri sendiri di depan cermin, dan memutar lagu yang bikin semangat. Meskipun mata gue agak bengkak, tapi gue tetap berusaha terlihat ceria. Gue harus fokus belajar hari ini.

Gue mengingat tujuan utama gue datang di negara ini. Tujuan utama gue adalah menuntut ilmu dan ajang pembuktian diri. Gue ke sini harus fokus belajar. Mendapatkan hati oppa adalah bonus. Sayangnya, bonus yang harusnya bikin gue bahagia itu malah membuat hidup gue terjebak masalah. Contohnya hari ini.

Lisa mendesah sembari menatap seekor kucing.

"Cing, maafin temen gue, ya. Gue juga salah sih udah mau nurutin dia," oceh Lisa.

Gue terpekur. Kucing yang kemarin gue jadikan kelinci percobaan, sekarang telah terkapar tak bernyawa di deket apartemen. Mulutnya berbuih dengan wajah yang mengenaskan.

"Jahat banget...," ucap gue lirih.

"Lo beneran harus ekstra hati-hati, Ra. Mendingan lo jangan keluar-keluar selain buat kuliah."

Gue mengangguk.

Beneran!

Gue nggak habis pikir, kenapa ada manusia lebay semacam fans gila dan haters? Gue nggak paham kenapa ada fans yang sebegitu fanatiknya sampai idolanya pacaran aja langsung sumbu pendek dan bertingkah tolol. Bisa nggak sih sekadar mengagumi karya dan kepribadian sang idola sewajarnya aja?

Apa untungnya coba nge-bully gue? Biar di-notice sama Sean? Yang ada, Sean semakin muak sama fans kayak gitu! Mana nambah-nambahin dosa lagi. Belum lagi kalau gue melaporkan kejadian ini ke pihak berwajib. Itu bakal jadi pukulan keras bagi fans gila atau haters untuk berpikir seribu kali kalau mau nge-bully orang lain.

"Kita balik aja, Ra. Bentar lagi Pak Raewon dateng. Ntar minta tolong beliau aja buat nguburin kucing," ucap Lisa.

Gue melangkah kembali ke apartemen dengan seribu keheranan.

Ah, fans gila dan haters.

Apa mereka nggak punya urusan yang lebih penting? Ngerjain PR atau belajar buat ujian gitu. Ngapain sih sibuk ngurusin hidup idol dan kekasihnya? It's ok kalau cuma kepo-kepo dan update berita. Tapi kalau udah kayak yang barusan gue alami, rasanya terlalu sayang aja karena mereka menghabiskan masa muda dengan sia-sia.

Gue harap, mereka segera sadar dan menggunakan otak mereka dengan baik.

***

Delapan hari yang telah berlalu serasa delapan bulan buat gue. Bagi orang yang jatuh cinta, waktu itu ibarat dua sisi mata uang. Jika lo melewati hari bersama dia yang tercinta, maka waktu bakal berlalu cepet banget. Di lain sisi, waktu bakal berjalan sangat lambat jika berada di posisi gue yang terpisah dari dia yang udah bikin gue jatuh hati.

Gue melewati delapan hari gue dengan penuh kewaspadaan. Lisa bener-bener melarang gue keluar, kecuali untuk urusan penting semacam kuliah. Kalaupun ada tugas kelompok, pasti apartemen kami yang selalu jadi tempat kumpul. Keluar pun, gue harus ditemenin Pak Raewon.

Gue merasa terkekang.

Gue kangen Bryan Byun. Sayangnya, yang gue kangenin itu lagi sibuk sama comeback-nya. Gue nggak mau merusak fokus dia. Jadi gue hanya sesekali mengirim pesan buat nyemangatin. Selebihnya, gue nggak berani ngobrol basa-basi.

"Ra." Lisa menghancurkan lamunan gue.

"Ya?"

Lisa menyodorkan sebotol minuman isotonik buat gue. "Nyadar nggak sih kalo nilai lo turun?"

Gue menghela napas.

"Lo juga sering melamun," sambung Lisa setelah menyeruput minumannya.

"Padahal gue udah berusaha biar bisa tetep fokus," keluh gue memainkan botol minuman. "Oh ya, mulai besok gue mau kerja part time lagi."

Mata Lisa melebar. "Serius?! Di mana?!"

"Gue mau kasih les privat Bahasa Inggris di deket-deket sini. Bayarannya lumayan banget."

"Emang kurang duit dari cowok lo? Lo bilang, cowok lo kasih duit buat sebulan."

Gue menggeleng. "Gue balikin transferan dari dia. Gue nggak mau jadi parasit. Gue masih bisa cari duit sendiri."

Jawaban gue membuat Lisa menarik napas dalam-dalam. Gue memang terdengar sok banget. Gue akuin itu. Tapi beneran, gue nggak mau merepotkan Bryan. Dia sudah mau menjaga gue melalui Pak Raewon aja gue udah berterimakasih banget. Gue tau diri kok. Gue juga nggak mau memanfaatkan situasi.

"Masalahnya Ra, ada fans gila sama haters. Lo yakin mau kerja part time?"

"Kan ada Pak Raewon," kilah gue.

"Hhh.... Ya udah. Terserah lo. Tapi inget, nilai lo bisa makin jeblok ntar."

"Justru karena itu! Gue mau cari kesibukan biar otak gue nggak punya waktu buat mikirin Bryan...," sahut gue menunduk.

Untuk ke sekian kalinya, Lisa menarik napas dalam mendengar kalimat gue.

***

Gue boleh shock, kan?

Gue beneran shock!

Ngapain Sean ke apartemen gue malem-malem gini?!

"Hai," sapa Sean tersenyum.

Gue masih ternganga melihat penampakan Sean yang berdiri di depan pintu apartemen. Sialnya, tuh bocah malah ketawa melihat ekspresi gue yang pasti aneh banget.

"Tidak ingin mengajakku masuk?" pancing Sean dengan senyum menawannya.

"Ada orang di dalam. Kenapa tidak mengetuk pintu?" heran gue.

"Sudah. Tapi tidak ada orang. Jadi aku menunggu di sini."

Oh, bagus! Lisa pasti lagi pergi sama Lim. Gue mendesah pelan, lalu melangkah untuk membuka pintu. Setelah itu, gue menatap Sean dan memberi isyarat agar masuk. Cowok itu memasuki kamar gue dengan wajah girang. Dia nggak sadar kalau ekspresinya barusan telah membuat gue semakin menjerit kagum dalam hati.

Gimana gue nggak kagum?

Pertama, gue terpana sama penampilan dia. Nggak aneh-aneh sih sebenernya. Cuma kaos oblong hitam lengan pendek yang dipadukan dengan celana jeans warna biru, plus topi berwarna hitam. Tapi justru dengan outfit simpel seperti itu, aura ketampanan dia semakin menjadi. Tubuh atletis dan dada bidang dia membuat jiwa fangirl gue mendadak kumat. Mau gue elus aja rasanya. Pengen bersandar di dada bidang dia.

"Kau tinggal berdua dengan gadis yang memujiku kemarin itu, ya?" tanya Sean.

Shit!

Dia masih aja menganggap kata "anjir" itu pujian. Seharusnya gue meluruskan biar nggak berkepanjangan. Tapi sisi setan gue keluar. Gue suka liat para member kegirangan menyebut kata "anjir". Jadi gue memilih untuk membiarkan itu.

"Iya. Tapi sepertinya dia sedang keluar bersama kekasihnya," jawab gue. "Omong-omong, ada apa? Kenapa tiba-tiba datang? Kau tidak ada jadwal tampil?"

"Aku baru saja pulang dari fanmeet."

"Besok ada jadwal juga? Kalian sibuk sekali," ucap gue.

"Yah, resiko jadi public figure."

Sean mendudukkan pantatnya di tepi ranjang tanpa seizin gue. Dia melepas topinya, lalu membuat gerakan menyingkap rambut yang mengekspos kening mulusnya yang berkilau.

Hell!!!

Kenapa sih ada mahluk setampan ini di Seoul?! Tuhan pasti sedang bahagia waktu menciptakan seorang mahluk bernama Sean Sebastian ini. Gue nggak bisa lagi menjabarkan betapa tampannya dia malam ini. Otak gue mulai melenceng. Hati gue mulai berdebar menatap dia. Sialnya, Sean membalas tatapan gue.

"Aku rindu Noona."

Ddang!!!

Sean kangen gue?!

R.I.N.D.U katanya.

Gue nggak salah denger, kan?

-Bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro