Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Aurora - 28

Bugh!!!

"Awww!"

Gue memekik saat sebuah benda mengenai punggung gue. Lalu terdengar suara orang yang berlari menjauh dengan terburu-buru. Sontak Lisa menoleh dengan wajah marah.

"Heh!!!" bentak Lisa.

Percuma karena orangnya lari cepet banget. Lisa pun buru-buru mengecek punggung gue yang terasa ngilu. Ya gimana nggak ngilu? Punggung gue dilempar pakai botol minum yang masih ada isinya. Untung cuma botol plastik, bukan botol kaca.

"Punggung lo nggak kenapa-kenapa, kan?"

Gue meringis. "Sakit. Tapi nggak apa-apa."

"Ayo buruan jalan. Gue khawatir beneran nih sama lo," kata Lisa menarik tangan gue.

Langkah Lisa yang lebar dan cepat membuat gue harus mengimbangi di tengah ngilunya punggung. Sesampai di kamar, Lisa langsung mengunci pintu dan menyingkap paksa piyama gue.

"Punggung lo merah. Tapi nggak memar kok," ucap Lisa setelah mengecek punggung gue.

Gue diem aja sambil merapikan piyama yang disingkap sama Lisa tadi. Gue masih nggak habis pikir sama kejadian tadi. Padahal gue udah pakai masker, tapi tetep aja ketauan. Segitu fanatiknya fans Sean sampai getol mengincar gue?

Perasaan gue mengatakan, ini baru permulaan. Gue harus siap menerima kemungkinan yang lebih buruk ke depannya. Hari ini gue dilempar. Besok apa? Mengingat itu, rasanya gue mau nangis lagi.

Gue melangkah gontai ke kasur, lalu berbaring. Masa bodohlah sama paper. Gue butuh istirahat. Gue capek lahir batin. Gue galau karena harus hiatus dari apartemen Bryan selama sebulan. Gue sedih karena cuma boleh chat sama video call-an sebagai pengganti meet up selama jangka waktu sebulan.

Lisa memandang gue dengan iba. Tapi mendadak ponsel dia berdering. Mata belonya semakin belo saat melihat nama penelpon.

"Ra! Nyokap lo nelfon!" seru Lisa mengejutkan gue.

Buru-buru gue bangun dari kasur dan menyambar ponsel gue di tas. Oh, ternyata ponsel gue mati. Pantesan nelponnya ke Lisa.

"Halo. Assalamu'alaikum, Tante," sapa Lisa mendadak alim dan mengaktifkan mode handsfree.

"Wa'alaikumsalam, Nduk Lisa. Rora-nya ada?" tanya ibu gue.

"Ada, Nte. Mau ngomong sama Rora?"

"Iya. Hape dia ndak aktif. Jadi tante telponnya ke kamu."

"Oh iya, Nte. Ini Rora-nya," ucap Lisa memberi ponsel apel krowaknya ke gue.

Gue menarik napas panjang sebelum menerima ponsel itu. Gue tau, ibu gue pasti mau menanyakan soal gosip yang menimpa putri cantiknya ini. Gue bakal jujur ke ibu gue, termasuk bagian sandiwara itu.

"Halo, Bu."

"Nduk, piye kabarmu?"

"Sae, Bu," jawab gue pelan. "Ibu gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah. Kuliahe lancar, Nduk?"

"Iya, Bu. Sebentar lagi mau ujian. Ada apa, Bu?"

Ibu gue terdiam sebentar yang membuat gue semakin yakin dengan pertanyaan yang akan beliau lontarkan.

"Ibuk habis ditunjukin sama anak tetangga, ada foto kamu sama cah bagus ciuman di mobil malem-malem. Katanya ada kamu pacaran sama artis Korea yang namanya Se Se itu. Malu ibuk liatnya. Di sini kamu jadi bahan omongan. Jelasin ke ibuk, Nduk."

Hhh.... Dugaan gue bener. Tapi gue beneran nggak mengira kalau masalahnya bakal sekompleks ini. Gue pikir bakal aman karena rumah gue ada di kampung. Ternyata masih aja terendus. Hebat banget Sean, fans-nya sampai ke pelosok Indonesia kayak kampung gue di Pulau Jawa.

"Bu, kalo Rora cerita yang sebenernya, ibu bakal percaya sama Rora, kan?" tanya gue pelan.

"Ibuk lebih percaya sama anak sendiri daripada gosip. Cerita ke ibuk, Nduk. Ibuk paham, kamu ndak mungkin nakal kayak gitu."

Gue nyengir waktu ibu ngomong kayak gitu. Gue memang nggak nakal, tapi soal ciuman.... Ah! Gue jadi merasa bersalah gini sama ibu gue. Gue bahkan pernah dikasih cinderamata di leher sama Bryan. Tapi kan nggak sengaja!

"Rora nggak ciuman, Bu. Itu memang artis, temen majikannya Rora."

"Majikan?"

"Rora kerja paruh waktu jadi pembantu, Bu," sahut gue.

"Ya Allah.... Kamu ndak apa-apa jadi pembantu?" Ibu gue terkejut.

"Nggak apa-apa, Bu. Yang penting kan halal," jawab gue lalu menyambung, "Dia tuh cuma mau ngambil minuman yang ada di sebelah Rora. Tapi tiba-tiba ada yang moto gitu, Bu. Jadi keliatannya kayak ciuman. Padahal enggak."

"Oh gitu.... Tapi dia beneran pacar kamu? Siapa namanya? Se apa?"

"Sean. Enggak, Bu. Rora sama dia terpaksa sandiwara karena berbagai pertimbangan," jelas gue.

"Yoh, ibuk pikir beneran. Bagus tenan lo bocahe, Nduk. Kalo ibuk masih muda, ibuk pepet terus."

Lisa menahan tawa mendengar ocehan ibu gue yang keganjenan liat cowo ganteng. Gue memutar bola mata dengan jengah. Terjawab sudah dari mana asal muasal pikiran ngeres gue soal oppa. Ternyata menurun dari ibu gue.

"Bu, jangan bilang ke orang-orang ya kalau itu cuma sandiwara. Bahaya. Ibu bilang aja kalo Sean beneran pacar Rora," pinta gue.

"Kenapa?"

"Fans artis Korea itu lebih ganas dari fans artis lokal atau barat, Bu. Rora bisa diteror kalau sampe ketauan. Ibu nggak mau kan anak ibu yang cantik ini diteror orang-orang?"

"Kok jahat to, Nduk?"

"Ya emang gitu, Bu. Makanya Bu. Tolong rahasiain, ya. Cukup ibu sama bapak aja yang tau. Ini bahaya banget soalnya."

"Oh, yo wes. Yang penting ibuk udah tau semuanya. Ibuk tutup dulu telponnya. Mahal."

"Iya, Bu," sahut gue.

"Ati-ati ya, Nduk. Sinau sing sregep. Ibuk cuma bisa doain dari sini," pesan ibu.

"Iya, Bu."

Ibu gue pun mengakhiri panggilan internasionalnya. Gue menekan tombol akhiri panggilan. Yang terjadi kemudian adalah mata gue mendelik melihat wallpaper di ponsel Lisa. Gue bergantian menatap Lisa dan layar ponselnya.

"Kenapa lo?" heran Lisa

"Lo udah ketemu Bryan?!"

Lisa terkekeh-kekeh. "Udah dong."

"Kapan anjir?! Kok gue nggak tau?!" desak gue menuntut penjelasan.

Lisa menghela napas. "Gimana lo tau? Lo aja sibuk sama Tuan Sean. Tadi bodyguard lo bilang kalo dia cuma nganterin gue. Soalnya lo pergi sama Sean. Terus pacar lo bilang, gue disuruh ke sini. Ya udah. Ada idol yang mau ketemu, nggak mungkin gue tolak dong?"

Gue tercekat. Jadi sebenernya Bryan udah tau duluan kalau gue pergi sama Sean?

"Gue kasian liat Bryan. Dia pengen banget ketemu lo sampe bikin alesan kelaperan," tutur Lisa yang membuat hati gue nyeri.

"Tapi dia emang laper beneran juga sih. Sampe dibela-belain nggak makan karena dia nungguin elo pulang dan buatin nasi goreng. Kalo bukan gue yang paksa, mungkin dia beneran nggak makan sampe tengah malem," lanjut dia.

Mata gue memanas. "Beneran, Sa?"

Lisa mengangguk. "Akhirnya gue pesen jjajangmyeon buat makan malem gue sama cowok lo. Nggak tega gue liatnya."

Asli! Gue perih banget dengernya. Rasanya

dada gue sesak. Gue seperti butuh kekuatan lebih untuk sekadar menghirup oksigen. Gue nggak menyangka kalau Bryan segitunya sama gue. Di depan gue, dia terlihat tenang, seolah menunjukkan sisi dewasa dan manly dia. Tapi gue baru tau kalau dia serapuh itu.

Maafin gue, Bryan.

Maafin gue....

Ya Tuhan. Hati gue rasanya nggak karuan. Dada gue rasanya ketusuk-tusuk. Sakit. Perih. Nyesek. Dan akhirnya, air mata gue tumpah lagi.

-Bersambung

🌻🌻🌻
🌻🌻
🌻

Nama lengkap: Aurora Titania.

Nama panggilan: Rora.

Nama panggilan dari cast lain: Au-ya.
(Soalnya lirik lagu EXO banyak yang berbunyi "AUUU". Biar gampang diingat dan disebut).

Dan saya selalu suka setiap kalian memanggil AU di kolom komentar.
Itu imut sekali kwkwkkwkw.

®®®

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro