Wind Breaker-IFA
Matahari bersinar terik, cahayanya menyambar siapa saja yang berhamburan di luar ruangan, menyengat dan begitu panas. Kebanyakan orang akan lebih memilih untuk berada dalam rumah dengan kipas angin menyala, mendinginkan diri.
Berbeda dengan para pemuda yang bertingkah layaknya preman, saling adu tinju dan menghajar satu sama lain untuk memperebutkan daerah kekuasaan. Mereka sama sekali tak mempedulikan cuaca yang panas. Keringat membanjiri tubuh sementara salah satu di antara dua kelompok bertarung.
"Hey, apakah kau sudah kewalahan? Kita bisa berhenti saja di sini kau tahu?" Seringai kecil muncul di wajah pria mungil dengan rambut pirang, siapa lagi kalau bukan Choji Tomiyama. Pemuda pendek itu setengah berkeringat dengan gesit melawan pemuda di depannya, Umemiya Hajime.
Ini buka satu atau dua kali pertarungan antara SMK Putra Satria dan SMK Bina Kusuma bertarung sengit. Seperti sebuah tradisi yang mengakar dari generasi ke generasi mereka sering cari ribut untuk memperebutkan wilayah kekuasaan. Seperti sekarang, kesepuluh pemuda dari dua sekolah berbeda bertarung sengit.
Umemiya Hajime tertawa lembut mendengarnya. Dia menarik napas, tampak sekali tidak kewalahan karena dia sedari tadi menghindar. "Malahan Choji, kau akan yang kehabisan stamina karena terus menyerangku membabi buta." Kali ini Umemiya mengarahkan tendangan pada Choji yang langsung mengelak, mundur dengan napas menderu.
Benar, sedari tadi Choji terus menyerang karena terbawa suasana. Napasnya tersengal-sengal, dia menyeka dahi yang berkeringat, tersenyum kegirangan melihat lawan yang seimbang. Pemuda aktif itu kembali melayangkan tinju dan berlari dengan kecepatan lebih lambat dari sebelumnya. Umemiya menghindar, kepalanya menunduk dengan tubuh membungkuk.
Umemiya melebarkan mata mendapatkan celah, ketika Choji masih sibuk dengan tinjunya yang hendak menjatuhkan Umemiya. Segera saja Umemiya mengangkat kakinya, kemudian mengarahkan tendangan ke arah perut Choji. Choji tersentak, tubuhnya terhempas ke tanah sembari terbatuk-batuk kecil. Choji memegangi perutnya sembari menatap Umemiya tak percaya.
Di sisi lain, kelompok dari SMK Putra Satria, orang-orang yang memihak Choji melihatnya tersudutkan. Yang memperhatikan itu adalah Arima Yukinari, dia menggertakkan gigi, tangannya mengepalkan tinju. Dia dengan cepat memutar otak memikirkan cara untuk melumpuhkan lawan mereka. Hingga pikiran licik terlintas di benaknya. "Lihat! Hayato Suo sudah dilumpuhkan oleh Minoru Karuma!" serunya.
Kyotaro Sugishita yang menjadi lawan Arima tak berpikir panjang dan langsung menoleh ke arah temannya yang dibilang oleh Arima. Dengan sifat liciknya Arima yang melihat lawan terkena tipuan kecil itu mulai mengarahkan tendangan ke kepala Kyotaro, Kyotaro yang lengah mendapatkan tendangan di kelapanya hingga membuat pemuda itu terjatuh ke tanah.
Arima menyeringai lebar melihat kondisi lawan yang sudah terkapar, segera saja dia mengarahkan langkah menuju Choji, setelah sampai dia mengarahkan tinju ke wajah Umemiya yang membuat pemuda berambut putih itu mundur beberapa langkah.
"Kau baik-baik saja?" Arima mengangkat tubuh Choji yang membuat pemuda itu masih memegangi perut kesakitan. Tangannya segera menarik tangan Choji ke pundaknya, memapah dia ke pinggiran pertarungan. Dengan senyuman lebar seperti biasanya Choji mengangguk, melihatnya membuat Arima memutar bola mata, tahu bukannya lebih mementingkan rasa sakit, dia senang karena mendapatkan lawan yang kuat.
Sementara di sisi lain tempat pertarungan, dari kedua belah pihak—Kota Sako pemuda yang selalu terdiam tanpa berekspresi dari pihak SMK Putra Satria dan Toma Hiiragi dari SMK Bina Kusuma yang kini menatap sedikit cemas memantau teman-teman mereka. Keduanya berada di posisi netral untuk mengamati sejauh mana perkelahian itu berjalan dan siapa yang lebih unggul.
Kemudian beralih kepada Haruka Sakura dengan Jo Togame yang saling beradu tinju. Keduanya memiliki kemampuan seimbang, baku hantam saling menjatuhkan lawan. Tidak bisa menahan geram, Sakura segera saja menyambar rambut hitam mullet Togame kemudian Sakura menariknya dengan sekuat tenaga, membuat Togame terjengkang ke belakang dan jatuh ke tanah
Tidak sampai hanya di sana, tanpa menunggu barang sedetik Sakura mengunci pergerakan Togame yang tentang, Togame yang hendak bangkit dan balas menyerang tak dapat bergerak karena Sakura yang berada di atasnya. Segera saja Sakura mengangkat tangan kemudian tangannya mengepal meninju wajah Togame tanpa ampun hingga kacamata pemuda itu pecah, berhamburan mengenai wajah pemuda berambut mullet hitam.
Hiiragi merengut, melihat kondisi yang tak seimbang segera saja dia menarik lengan Kota. Kedua belah pihak tak lagi bertarung secara suportif dan kehilangan fokus pada lawan masing-masing. "Bukankah sekarang kita harus turun tangan?" Hiiragi menoleh ke arah Kota yang sibuk bermain ponsel. Itulah tugas mereka sebagai pengamat, melerai perkelahian agar tidak melewati batas.
"Hah? Apa?" Kota melirik sembari mengenakan earphone. Tampak sekali tidak memperhatikan. Hiiragi menggeram, menarik kerah pemuda itu menunjuk teman-temannya yang sudah kalah saing, tumbang dan berjatuhan. Sementara kelompok Hiiragi semakin menggila. "Lihat dengan matamu!"
"Apa?" Lagi-lagi Kota bertanya, Hiiragi melirik jengah, kemudian tersadar bahwa Kota mengenakan earphone. Segera saja Hiiragi menariknya dan berteriak di telinga Kota. "Mereka sudah hilang kendali! Kita harus melerai mereka!" Kota menggerutu, menggosok telinganya yang sakit, tetapi ikut turun ke lapangan.
"Hey, hey, hey! Cukup, kita berhenti di sini!" Mereka berdua akhirnya terjun dan mulai melerai perkelahian. Hiiragi menarik teman-temannya agar tak lepas kendali lebih jauh sementara Kota dengan enggan dan malas membantu teman-temannya yang sudah terkapar.
Dilihat dari bagaimana Choji terpelanting, Togame yang babak belur, serta Kanuma yang tengkurap dengan Hayato Suo yang duduk di atas tubuhnya. Pentolan SMK Bina Kusuma memenangkan perkelahian saat ini. Walau begitu mereka tersadar bahwa kali ini skor mereka seri karena sebelumnya SMK Putra Satria yang menang.
"Kita harus melanjutkan perkelahian untuk mencari tahu siapa yang akan memenangkan pertarungan ini!" ujar Kanuma yang masih terkapar di tanah. Harga dirinya tak terima lawan bisa memenangkan pertarungan.
Walau begitu Suo yang berada di atas Kanuma memberikan usulan. "Jika mau melanjutkan pertandingan. Ketiga orang yang cedera harus sembuh dahulu. Kita harus melawan dengan imbang. Bukan begitu?" Sebagian dari mereka mengangguk tanda setuju.
"Hey, aku masih bisa melawanmu!" Kanuma menyahut kesal, masih keras kepala ingin melawan Suo yang sudah menang telak, melihat hal tersebut Suo tersenyum tenang, dia terkekeh kecil menepuk kaki Kanuma. "Menopang diri saja tak mampu bagaimana kau mau melawanku?" balas Suo menggelengkan kepala.
"Kota! Kenapa kau tidak melerai lebih awal, huh?" teriak Arima berang, dia menarik kerah pemuda pendiam itu yang dengan santai masih bermain ponsel di situasi begini sedangkan teman-temannya sudah terkapar. "Wow, wow, tenang kawan." Choji yang masih memegangi perutnya menarik Arima yang tak bisa menahan emosi.
"Jangan berlebihan," kata Kota, "lagipula dari awal kita bersepuluh adalah pentolan terkuat di kota ini. Hanya saja kita berbeda sekolah dan sering berselisih." Arima masih mencengkeram kerah Kota tak menerima diri mereka kalah dan di sisi lain mengetahui bahwa orang ini cuek dengan apa yang telah dia perbuat. "Intinya aku tak mau damai!" Arima melirik mereka semua, dadanya naik turun masih emosi.
Umemiya yang melihat kekeraskepalaan pihak SMK Putra Satria menghela napas, dia menarik Arima dari Kota, dan bertanya pada Kota dengan tenang. "Kau berkata begitu. Jadi apakah kau memikirkan solusi lain dengan keadaan seperti ini? Mungkin kita bisa bertaruh bukan? Mari kita coba itu. Tampaknya tidak memungkinkan jika kita melanjutkan berkelahi sekarang."
Kelompok SMK Bina Kusuma mengangguk sebagai jawaban, para pentolan itu tak menyukai kemenangan tanpa perlawan berarti. Karena kondisi tiga pentolan dari SMK Putra Satria sangat memprihatikan, mereka tak mau melawan kelompok lain yang tidak dalam kondisi prima.
Hening dalam sekejap. Tampaknya Kota sedang berpikir untuk taruhan apa yang harus meraka lakukan. Hingga akhirnya Kota menjentikkan jari. "Bagaiman kita bertaruh membuat fanfiksi? Kemudian kita bisa mengajukannya di ajang penghargaan IFA 2024."
Kota mengajukan ide yang di luar prediksi semua orang. Menulis? Bahkan harus menulis fanfiksi? Mereka saling lirik, kebingungan tampak jelas di wajah mereka. Semua orang terdiam berusaha mengolah informasi yang baru saja mereka dapatkan. Mereka terbiasa berkelahi dan bertarung, itu terlalu tiba-tiba untuk bertaruh dengan membuat sebuah karya tulis fanfiksi.
Akhirnya Sakura mengangkat tangan. Dia menatap Kota masih dengan wajah bingung. "Memang IFA itu apa? Dan cerita seperti apa yang harus kita buat untuk taruhan ini?"
Kota mengangguk melihat kebingungan semua orang. "IFA adalah singkatan dari Indonesian Fanfiction Awards, sebuah ajang penghargaan bagi karya dan author fanfiksi berbahasa Indonesia terbaik yang dibagi dalam kategori-kategori yang dianugerahkan."
"Dan untuk fanfiksi yang dibuat kita harus memilih genre adventure yang cocok dengan keahlian kita, yakni berkelahi. Ini berlaku untuk pentolan SMK Bina Kusuma dan SMK Pentolan Putra Satria. Kemudian kita akan mengajukan cerita kita ke daftar nominasi. Cerita siapa yang paling unggul dan mendapatkan poin tertinggi itu yang memenangkan taruhan," jelas Kota panjang lebar memaparkan ide yang dia miliki.
"Lalu apalagi selain memenangkan taruhan? Apa yang didapatkan oleh pemenang?"
Kota menyeringai, percaya diri bahwa dia dan teman-temannya dapat memenangkan taruhan ini. "Selain memenangkan taruhan, maka kelompok itu akan mendapatkan wilayah kekuasaan secara penuh. Tidak lagi dibagi menjadi dua dan akan memiliki seluruh wilayah seutuhnya."
Mereka saling lirik tertarik dengan ide yang Kota katakan. Itu taruhan yang besar tapi cukup pantas dicoba. Mendapatkan wilayah dengan hanya menulis? Hahaha, itu mudah bukan? Kedua kelompok saling lirik pada rekan mereka dengan tatapan penuh arti. Ini mudah! Mereka pasti bisa menangkan taruhan! Pikir kedua kelompok secara bersamaan.
Umemiya sebagai perwakilan tersenyum, setuju dengan ide unik dari Kota. Dia melirik teman-temannya yang lain dan mereka memikirkan hal yang sama bahwa ini bukanlah ide buruk. "Baiklah, kawan. Itu bukan ide buruk," katanya tersenyum cerah menepuk bahu kawan-kawannya.
Kota mengulurkan tangan, berjabat tangan dengan Umemiya. Bersalaman resmi bahwa kedua belah pihak menyetujui untuk melakukan taruhan. Tunggu saja IFA 2024! Para pentolan ini akan memenangkan ajang penghargaan fanfiksi ini!
End.
18 September 2024
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro