Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

8| White bird

Tenn berjalan tergesa-gesa menuju tempat konsernya bersama dua membernya. Mereka harus turun di tengah jalan karena mobil yang membawa mereka mogok di tengah kemacetan.

"Sudah kubilang, seharusnya kita menyewa kamar hotel di dekat tempat konser." Tenn mengumpat kasar. Kedua tangannya masih menyeret Gaku dan Ryuu dengan paksa.

"Sudah kubilang juga, hotelnya penuh!" balas Gaku.

Ryuu menghela napas dan pasrah di tarik. "Kalian berdua jangan bertengkar di jalanan. Ayo cepat dan kalian bisa puas bertengkar," tuturnya.

Setelah berdebat singkat. Mereka akhirnya berjalan lumayan santai. Hari yang masih gelap membuat mereka masih memiliki waktu. Jalanan yang padat membuat mereka menghela napas.

Mereka memasuki tempat yang lebih sepi. Berjaoan di gang-gang kecil. Tenn yang berjalan di depan mendorong Gaku dan Ryuu dengan keras.

"Oi gaki!" pekik Gaku. Ryuu mengaduh dan mengelus kepalanya yang membentur tembok.

Tenn hanya diam dengan sebuah panah di tangannya. Gaku dan Ryuu terperangah. Mereka berdiri dan segera menghampiri Tenn.

"Tenn, kau baik-baik saja?" tanya Ryuu khawatir. Ia mengambil alih panah di tangan Tenn dan melihat tangan pucat itu. Bersyukur dalam hati saat tidak ada goresan apapun di tangan pucat milik Tenn.

"Maa, tidak apa-apa," gumam Tenn.

"Apa itu tadi?" tanya Gaku. Ia melihat sekitar. "Datang dari mana?"

Tenn menunjuk ke ujung gang. Ia mengambil pena di saku celananya dan berjalan ke ujung gang. Gaku dan Ryuu saling menatap. Mereka mengikuti Tenn.

Tenn berjongkok dan mengambil kertas yang jatuh dari atas gedung. Apa ini? batin Tenn. Netra magenta pucatnya menatap deretan angka yang ada disana. Tenn menghela napas dan bangun. Ia menatap Gaku dan Ryuu.

"Apa itu, Tenn?" tanya Ryuu.

Tenn menggeleng. "Bukan apa-apa, lebih baik lita segera pergi ke gedung konser."

"Oi, lebih baik kau memberitahu kami juga," sela Gaku. Pria berambut silver itu maju dan menghalangi jalan Tenn.

"Sou da yo! Kita ini rekan, bukan?" sahut Gaku.

Tenn menghela napas. "Ini tidak ada hubungannya dengan pekerjaan idol jadi ini bukan urusan kalian." Pria itu langsung berjalan melewati Gaku.

Gaku berdecih. Ia langsung mengikuti Tenn disusul Ryuu. Ketiganya hanya bungkam dengan suasana yang dingin. Tenn masih memegang panah yang ada ditangannya. Entah apa yang dipikirkan si pemilik surai merah muda pudar itu. Gaku dan Ryuu tidak bisa menebaknya.

Bagaimana. Apa aku harus mengatakan ini pada markas? Atau menyembunyikannya? Saku pasti akan marah jika tau aku menyembunyikan sesuatu tapi... Lambang ini... batin Tenn. Ia meringis dengan pemikirannya sendiri.

Suasana yang hening. Jalanan yang padat, suara dari kendaraan yang lewat dan klakson mobil menjadi harmoni pagi mereka. Namun TRIGGER seakam tuli. Gaku dan Ryuu masih sedikit syok karena kejadian tadi, terlebih center mereka terus diam tanpa mengatakan apapun.

"Kalian sedang apa?"

Gaku dan Ryuu terperanjat. Mereka menoleh menatap orang dengan surai hitam putih berdiri di depan sebuah kafe. Pria yang dikenal bernama Momo itu melambaikan tangan.

"Ah, Momo-san. Ohayou gozaimasu." Ryuu pertama menyapa.

Gaku menunduk singkat, lantas ikut menyapa senior-nya, "Ohayou gozaimasu, Momo-san."

"Yo! Ohayou kalian bertiga. Eh, Tenn kenapa hanya diam begitu? Tumben," balas Momo.

Ryuu menyikut pinggang Gaku pelan. Pemilik Surai silver itu menoleh pada rekannya. Lantas segera paham dengan kode-kodean dari Ryuu.

Gaku menyikut pinggang Tenn. Kali ini ia melakukan dengan sedikit keras, "Oii gaki ada Momo-san," bisik Gaku.

Tenn mengaduh dan mengelus pinggangnya. Netra magenta pucatnya menatap Gaku nyalang. "Tidak bisakah kau melakukan itu dengan lebih lembut?" desis Tenn. Gaku menggeleng dengan wajah tanpa dosa. Tenn mendesis dan menginjak kaki Gaku.

"Ohayou gozaimasu Momo-san," sapa Tenn.

Momo mendekat dan merangkul pundak Tenn. "Ada apa Tenn? Kau terlihat tegang. Apa Momo-chan bisa membuatmu rileks?" tukas Momo setengah menggoda dengan alis yang baik turun. Netra magenta Momo menyorot pada tangan kanan Tenn. "Itu anak panah untuk apa, Tenn?"

"Bukan apa-apa. Momo-san kenapa ada disini? Berjalan-jalan sendiri?"

"Un, Sou da yo. Yuki sedang persiapan untuk drama barunya jadi aku sendirian~"

"Ah, sou desuka. Hanya disini dari tadi?"

"Yup~"

"Heee begitu ya."

Tenn menatap Momo. Ia tersenyum dan mengangguk paham. "Wakarimashita," katanya.

Momo memiringkan kepala. Gaku dan Ryuu saling menatap bingung. "Tenn?" panggil Ryuu.

"Ayo pergi." Bukannya menjawab, Tenn malah langsung memerintah. Ia berbalik dan berjalan duluan.

Momo tersenyum melihat itu. Ia segera berteriak, "Bagaimana kabar Sakura?"

Tenn berhenti. Ia menghela napas dalam-dalam, tatapannya masih menatap lurus jalanan. "Bukankah Momo-san bisa mencari tau sendiri? Terlebih... itu bukan urusanmu, senpai." Tenn berjalan lagi.

"Dingin seperti biasa," gumam Momo.

"Jaa, kalau begitu kami juga pamit, Momo-san." Momo mengangguk mendengar pernyataan Ryuu. Kedua orang itu lantas segsra menyusul Tenn yang sudah menjauh.

"Maa, aku tidak membenci sifat itu sih," tukas Momo dengan senyum lebarnya.

Kembali ke TRIGGER. Mereka akhirnya sampai di tempat konser. TRIGGER langsung saja pergi ke ruangan yang sudah disiapkan untuk mereka dan beristirahat untuk sejenak.

"Oii Tenn, sikapmu tadi tidak sopan. Tidak biasanya kau bersikap begitu," sindir Gaku. Ia membuka bajunya dan mengganti pakaian dengan pakaian panggungnya. Ryuu juga melakukan hal yang sama.

"Bukan urusanmu."

"Tenn..." panggil Ryuu pelan dengan senyum kecil. "Belum ingin mengatakannya, ya? Maa, tidak apa-apa. Kami akan menunggu. Apa ini soal organisasimu?" tanya pria bertubuh besar itu.

Tenn hanya mengangguk dan mengganti pakaiannya.

"Jangan pikirkan soal itu. Itu murni urusanku dan tidak ada sangkut-pautnya dengan dunia idol, jadi jangan ikut campur," ucap Tenn disertai dengusan samar.

"Aku tidak suka caramu."

Tenn menoleh pada pria berambut silver yang tengah menatapnya dengan tatapan datar. "Bukankah sudah kubilang kalau TRIGGER itu keluarga? Kau harusnya bida menghargai kami sedikit," ujar Gaku.

"Maa, aku setuju dengan Gaku. Mungkin kami tidak akan membantu... Tap-" ucapan Ryuu terhenti. Ia tersenyum kikuk melihat Tenn yang mengangkat tangannya, memberi isyarat untuk diam.

"Kita memang keluarga.. Sou, tapi itu jika masalahnya bersangkutan dengan pekerjaan kita sebagai seorang idola. Selain itu, aku masih bekerja dengan caraku."

•••

Dor

Dor

Dor

Tenn memperhatikan targetnya yang tengah berlari darinya. Ia berdecak pelan. Mengambil magazen dari tas pinggangnya, berlari mengejar targetnya sambil memasang amunisi pistolnya.

"Ck. Mereka lebih cepat dari apa yang kukira."

Tenn berhenti. Ia menatap sekeliling. Orang yang ia kejar sudah menghilang dari pandangannya.

Dor

Tenn merunduk dan bersembunyi di belakang tembok. Ia mengeluarkan kaca dan memosisikannya agar bisa melihat suasana di sana. "Cih. Bantuannya?" gumam Tenn. Dari pantulan kaca, ia bisa melihat beberapa orang dengan baju serba hitam datang dengan membawa senapan laras panjang yang menggantung di bahu mereka.

"Aku kurang beruntung."

Tenn menekan ear piece di telinga kanannya. "Apollo B-1 disini. Aku terjebak. Kirimkan bantuan," tukas Tenn.

"Musuhnya?"

Tenn melirik kaca lagi. "Enam orang."

"Okay~ bantuan akam datang dalam lima menit. Bertahanlah."

Tenn tidak menjawab lagi. Ia melihat berapa banyak magazen yang ia punya. "Dua magazen lagi. 10 butir peluru... Dengan yang sekarang terpasang ada lima belas. Seharusnya dengan sisa peluru segini aku masih bisa mengalahkan mereka," gumam Tenn.

Tenn mengangguk mantap. Bodohnya, aku hanya membawa pistol airgun dan belati sebagai cadangan, batin Tenn meringis.

Hening menyapa. Tenn yang mulai ragu berbalik, keluar dari tempat persembunyiannya dan menodongkan moncong pistolnya. Netra magenta pucatnya menatap sekitar dengan awas.

Mereka tidak mungkin sudah pergi. Aku sudah membawanya datanya dan menghapus sisa copy-an data yang ada.

Tenn berdecak. Ia berjalan dengan sikap waspada, matanya menatap awas ke segala arah yang bisa ia lihat.

Dor!

Tenn melompat mundur. Ia bersembunyi di balik tong besar. "Tunggu, tadinya aku yang mengejar mereka. Sekarang aku yang dikejar?" Tenn mendengus. Ia mengintip dan menembaki orang yang berada di sisi lain tembok di sana. Berdecak pelan, Tenn sudah menghabiskan 3 peluru. "Lagi pula, aku yang mencuri datanya. Kenapa jadi begini? Absurd sekali," omel Tenn.

Tenn melihat jam tangannya yang berkedip. Tersenyum sekilas, pria itu langsung bangun dan berlari menuju sekumpulan orang yang tengah menembak ke arahnya, menghindari setiap peluru yang ditembakkan ke arahnya. Menghindar bak sedang menari balet.

Tepat di depan orang yang menembakkan, Tenn meninju perut pria bertubuh besar itu hingga terpental beberapa meter. Tak melewatkan kesempatan, Tenn menendang orang yang ada di sebelahnya dan menembak tangan orang yang berjarak semeter darinya.

Mereka bertarung dengan sengit. Tenn yang harus bisa melawan 4 orang sekaligus mulai kewalahan. Ia mengumpat dalam hati menunggu bantuannya.

"Kau marah karena aku mengambil data penting kalian?" tanya Tenn di sela pertarungannya. Ia merunduk menghindari pukulan dan menendang orang yang ada di depannya.

Tak ada jawaban. Tenn mendengus. "Kenapa kalian melakukan proyek sampah ini?"

Hening. Hanya suara pukulan yang saling beradu terdengar. Mereka masih bertarung sengit hingga dua orang tumbang sekaligus. Tenn yang sadar menoleh dan mendapati Rui dan Arata datang membantunya.

Tenn menyeka darah yang ada di sudut bibirnya. Menatap datar oada dua orang yang menghampirinya setelah menembak beberapa orang yang melawannya.

"Lama."

"Tadi kami di cegat," balas Arata. Tenn mengangguk dan memeriksa orang-orang yang ia lawan. Mengambil barang yang sekiranya ia butuhkan untuk misi selanjutnya.

"Misi selesai. Kita kembali. Itu kata kapten," ucao Rui.

Mereka mengangguk dan pergi dari sana. Beberapa orang datang setelahnya untuk mengamankan orang-orang yang pingsan.

Tenn berjalan di sepanjang lorong markas. Ia harus segera menyembuhkan luka di wajahnya agar bisa bekerja kembali dengan tenang. Tenn masuk ke ruangan serba putih fnegan banyak alat laboratorium. Ia menghampiri orang yang sedang meneteskan sesuatu ke dalam tabung reaksi. Sembari menunggu, Tenn bersandar di dinding dan menatap kedepan.

Aku masih kepikiran soal lambang tadi. Tidak salah lagi itu adalah lambang Luciu. Tapi kenapa?

Apa mereka berniat menangkap ku? Tapi tidak ada yang tau kalau aku masih hidup. Tunggu... artinya kami ketahuan?

Sial. Aku tidak bisa berpikir jernih saat ini

"Oya oya Kujou Tenn. Kenapa melamun?"

Tenn tersentak. Ia kembali ke realita. Netra magenta pucatnya menatap orang yang sedari tadi ia tunggu mendekatkan wajahnya padanya.

"Shun, jika kau mau mati. Katakan padaku," dengus Tenn.

Shun tertawa kecil. "Mana mungkin, 'kan? Kenapa kesini, hum? Ingin menjadi kelinci percobaanku?" tanya si surai putih.

Tenn hanya menunjuk lukanya. "Tolong hilangkan luka-luka ini. Aku tidak bisa bekerja jika kuka ini ada," tukas Tenn.

"Baiklah. Ayo ikut aku."

Tenn membuntuti Shun. Ia hanya diam membiarkan Shun mengoleskan sesuatu pada lukanya.

"Memikirkan sesuatu, Tenn?"

Tenn mengernyitkan dahi. "Tidak." Ia menghembuskan napas kasar. Menatap Shun dengan jengah, terlalu lama mengobatinya. "Bukan urusanmu," sinis Tenn. Shun tersenyum geli dan menyentil kening Tenn.

"Aku tau kau sedang berpikir."

"Cih."

"Kau masih tidak percaya pada temanmu sendiri, ya. Sayang sekali~" Shun mengedikkan bahu dan bangun. "Sudah. Kau bisa pergi jika mau," tukasnya. Netra hijau lemonnya menatap dengan pandangan datar. "Suatu saat kau pasti akan mengerti kenapa anggota tim harus saling mempercayai," tambahnya.

Shun pergi dari ruangan itu. Meninggalkan Tenn yang masih diam membisu menatap pintu dengan pandangan kosong.

"Memang aku harus mempercayai apa?"

"Kalian hanya akan menghambat ku," gumamnya.

Tenn keluar dari ruangan itu. Terus berjalan hingga ia sampai di rooftop. Tenn duduk bersandar pada tembok, ia menatap langit malam yang tampak sepi tanpa adanya bintang dan bulan.

"Terlihat seperti saat itu. Saat pertengkaran itu..."

To be continued

Hay! Semoga kalian suka dan bisa menghibur! Maaf banget bagian fight-nya agak absurd. Aku yang baca ulang aja bingung (〒﹏〒)

Komen kalau ada sesuatu yang kurang yak! Sedang berusaha untuk kembali berkembang!

Semoga kalian betah tetep nunggu-
Hehehe

Salam Leya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro