Part 2 - Terlambat
Sanjaya berjalan tergesa menuju ruang meeting. Ada beberapa pejabat negara yang hadir pada meeting ini. Disebelahnya sudah ada Dani pegawai kepercayaannya dan Mila sekertarisnya berjalan mengiringi.
"Rafi mana?"
"Pak Rafi masih dijalan Pak. Akan terlambat 30 menit."
"Tiga puluh menit??" Sanjaya gusar sekali. Rafi tidak pernah terlambat, apalagi untuk meeting sepenting ini.
"Hubungi Martha, sekarang!!"
***
Dia sudah kembali ke ruangan kerjanya setelah habis diceramahi oleh Ayah. Meeting memang berjalan lancar karena tiga puluh menit pertama keberadaannya digantikan oleh Hilman salah satu timnya yang tahu benar project kerjasama ini. Tapi setelah itu Sanjaya benar-benar marah dan menegur Rafi.
Keterlambatannya kali ini karena kapasitas otaknya yang kecil sekali perkara jadwal-jadwal pentingnya sendiri. Ya dia memang tidak terbiasa mengingat itu semua. Jika soal angka atau analisa kondisi pasar atau P&L kantornya Rafi hafal luar kepala. Bahkan untuk data tiga tahun kebelakang. Tapi jadwal....hrrggghhhh.
"Nat." Rafi menghubungi direktur HRD kantornya. "Udah dapet belum?"
"Udah, tapi kamu bilang nggak oke semua. Mereka bahkan nggak lolos background check kamu. Jadi ini kita lagi screening lagi Raf."
Rafi menghela nafasnya. Dia memang terbiasa melakukan background check untuk hampir semua orang yang dekat dengannya. Dekat disini berarti dekat secara personal atau dekat secara professional. Dan background check yang dimaksud adalah checking menyeluruh sampai asal muasal keluarga, detail semua ukuran tubuh, hobi, track record hubungan personal dan lainnya. Gila kan? Memang. Adiknya Aimi dan sahabatnya Yuda juga bilang dia sudah gila perihal ini.
Sikapnya sangat berhati-hati. Terlalu berhati-hati. Tapi saat ini dia diburu waktu. Ya, sudah sebulan berlalu dan dia makin kewalahan. "Martha nggak punya kandidat?"
"Jangankan kandidat Raf, dia makan siang aja kelewat terus saking sibuknya."
"Skip background check deh."
"Yakin?"
"Mau gimana dong. Lagian itu bukan requirement perusahaan kan?"
"Itu requirement aneh kamu. Ya kita tetap akan checking pastinya tapi nggak sedetail checking kamu."
"Oke. Kapan?" Rafi tidak sabar.
"Raf, ini baru mau mulai lagi deh. Kamu tahu ini musim sibuk dan jarang banget orang available saat-saat kayak gini."
"Oke-oke." Rafi menyudahi. Kepalanya menoleh karena pintunya diketuk.
"Assalamualaikum Abang sayang," Aimi masuk sambil tersenyum.
"Wa'alaikum salam." Rafi menjawab singkat. Suasana hatinya sedang tidak bisa diajak kompromi.
"Bang, kamu masih cari sekertaris sementara?"
"Masih. Kenapa?"
"Aku punya kandidat."
"Siapa?"
"Dia aku suruh tunggu di bawah. Boleh aku suruh naik Bapak CEO? Biar kamu bisa ngobrol sendiri."
"Interview Yi, bukan ngobrol."
"Jadi gimana?"
Rafi menghela nafasnya. "Coba deh."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro