Part 1 - Filosofi Pagi
Laki-laki itu tiba di lobby kantornya. Dia selalu suka menikmati moment ini. Berdiri ditengah lobby kantor yang megah, atau lobby hotel-hotel miliknya. Melihat betapa banyak orang yang bekerja dibawahnya dan mengingat betapa mempertahankan ini semua tidaklah mudah.
Memang benar ini adalah usaha keluarganya. Dinasti yang dibangun dengan darah dan keringat oleh Ayah, kakek atau mungkin dari buyutnya dulu. Karena itu dia harus menjaganya dengan baik, karena ini bukan hanya tentangnya. Ini juga soal semua orang yang ada dibawahnya.
Pagi-pagi begini, bukan saatnya untuk melankolis Raf. Lagian kenapa juga lo selalu berfilosofi kalau pagi sih Raf. Dia mengingatkan dirinya sendiri lalu mulai berjalan lagi.
Seperti biasa Martha sudah menyambutnya. Sekertarisnya itu akan menghampirinya dengan tablet ditangan lalu melontarkan jadwal-jadwalnya yang tidak berkesudahan. Apalagi ini sudah mendekati musim liburan dan jadwal tahunan untuk memeriksa seluruh asetnya sudah didepan mata.
Dia masih mendengarkan Martha berbicara tanpa jeda dari lobby hingga masuk ke dalam kantor. Sekertarisnya itu memang cakap sekali. Dia sudah lama bekerja untuknya.
"Tha...kamu nggak apa-apa?" Rafi menangkap lengan Martha agar tubuh wanita itu tidak terhuyung jatuh.
"Nggak Pak. Saya nggak apa-apa."
Rafi menatap wajahnya dan langsung tahu bahwa Martha berbohong.
"Kamu pucat Tha."
"Saya nggak apa-apa Pak. Meeting direksi lima belas menit lagi." Martha beranjak dari ruangan.
"Martha!." Sekertarisnya itu berhenti. "Pulang, istirahat."
"Maaf, pekerjaan saya belum selesai." Martha berbalik menatap Rafi tegas.
Wanita ini keras kepala sekali, Rafi tahu itu. "Saya bilang pulang."
"Saya akan istirahat sebentar di ruang dokter bawah lalu kembali setelah Bapak selesai meeting."
"Ya Tuhan Tha. Saya bos kamu lho."
"Ya, salah satu bos saya." Lalu Martha berbalik lalu keluar ruangan.
Rafi hanya menggeleng kesal. Martha tidak salah. Sekertarisnya itu memang direkrut oleh ayahnya Sanjaya dan saat ini Martha sudah ditunjuk sebagai kepala sekertaris yang membawahi semua sekertaris direksi di perusahaannya. Terkadang dia masih mengurusi ini itu keperluan ayahnya atau bahkan keluarganya.
Tangan Rafi memijit tombol ponselnya sambil tubuhnya duduk di kursi kerja.
"Pagi Sayang, sudah bangun?" Rafi tersenyum membayangkan wajah adik kesayangannya itu.
"Tumben kamu pagi-pagi telpon aku. Ada apa?"
"Martha. Dia pucat banget dan aku suruh pulang nggak mau. Mungkin kamu bisa ngomong sama dia."
"Ya ampun, serius? Kemarin Martha emang urus macem-macem sama aku. Urusan kecil tapi banyak. Bayangin Bang, ternyata kulit dan mataku itu lebih bagus kalau pakai warna tosca daripada hijau muda. Ditambah lagi Mami yang suka absurd kalau pilih sesuatu. Harus ada emasnyalah biar elegan, please deh. Padahal aku cuma mau yang simple aja dan nggak berlebihan. Terus jadi sampai malem deh."
"Iya paham. Mangkanya coba kamu suruh Martha pulang. Mungkin dia lebih dengerin kamu."
"Okey, aku telpon dia abis ini. Tapi nanti sore dia ada janji sama aku lagi Bang. Mau meeting sama EO soal upacara adat."
Rafi menghembuskan nafasnya. Martha memang dia minta untuk membantu adiknya untuk mempersiapkan acara pernikahannya yang tinggal beberapa bulan lagi. Kenapa Martha? Selain karena keterampilannya yang sudah tidak perlu diragukan, ya karena wanita itu tahu segalanya dan Rafi paham benar keluarganya terkadang bisa sangat pemilih dan sulit.
"Bang, kamu kayaknya sementara ini mesti cari pengganti Martha dulu deh. Kesian Martha Bang. Ya dia sih nggak ngeluh tapi jadi nggak sehat buat dia."
"Iya, kayaknya harus begitu. Nanti aku call Natalia buat cariin aku sekertaris baru sementara ini. Tapi habis acara kamu selesai, Martha balik ke aku."
"Duuuh...posesifnya. Jangan jatuh cinta sama Martha ya."
Rafi hanya tertawa. "Jatuh cinta? Jadi bisa kayak kamu yang kejar-kejar Tio gitu? Atau kayak Yuda yang sekarang menderita karena ditolak kamu? Kayaknya aku pass deh."
"Hissss...aku kutuk kamu ngeledekin mulu. Aku kutuk biar kamu jatuh cinta sejatuh-jatuhnya biar tahu rasa."
Rafi makin tertawa. "Sayang, ngurusin kamu dan Yuda yang jatuh cinta aja aku udah repot banget. I don't have time. Lagian aku udah lewat umur lah buat hal-hal kayak gitu."
"Hmmmhhh...tambah aku sumpahin kamu Bang."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro