Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Gabriel #2

"A-apa?"

Cowok itu tersenyum makin lebar.

"Lagi apa?"

"Long time no see!"

Aku mengernyitkan kening. Inggris? Dari Boston kah? Siapa? "I asked you! What are you doing?"

Cowok ini! Cowok yang semalam kulihat di kamarku. Setan!

"Kamu! Kamu yang semalam datang ke kamarku kan?"

"Bingo."

Sialan! Bukannya merasa bersalah cowok itu malah tersenyum semakin lebar. "Kamu pikir kamu lagi apa barusan? Hah?!" Aku mengepalkan tangan dan bersiap meninjunya.

Cowok itu dengan cekatan menangkap tinjuku dan malah menarikku dalam pelukannya. "I miss you, Gabriel!"

Aku mendorong badannya dan refleks menendang perutnya.

"Gab? Ini pacar kamu?"

Aku menoleh ke arah Misya, aku lupa ini masih di depan gerbang sekolah. Berarti

Misya dan anak-anak cewek yang lainnya memandangku dan cowok yang tersungkur itu dengan tatapan aneh yang menurutku menjijikkan.

Sial, sial, sial!

Aku menarik tangan Misya dan segera berlari dari tempat itu.

"Tung-tunggu, Gab—"

"Gila, sumpah aku malu banget diliatin anak satu sekolah, buset tuh cowok kurang ajar, dia pikir dia siapa? Hemh—" aku mengacak-ngacak rambut frustasi.

"Maksudnya apa sih? Bisa jelaskan pelan-pelan? Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan. Tadi itu cowok kamu bukan?"

"Bukan!" Aku tidak sengaja membentak. "Itu dia, aku tidak kenal orang itu dan aneh banget deh, dia setan yang aku maksud. Dia yang semalam datang ke kamarku, dan tiba-tiba nyium bibir a—"

Misya menarik tangannya dan menekap mulut.

Aku mendadak panik. "Kenapa?" Aku menengok ke kanan, ke kiri, ke belakang, takut-takut kalau cowok itu membuntutiku.

"Tadi kamu bilang apa? Nyium? Di bibir kan? Tadi itu bukan yang pertama kalinya?"

Aku mengelus dada, merasa lega. Loh? "Ya ampun, Sya, jangan bikin kaget deh. Aku kira ada apa."

"Kamu pernah dicium sebelumnya, Gab? Di bibir? Sama cowok tadi? Serius?"

Aku meninju lengannya keras-keras. "Tolong jangan diungkit lagi deh, please."

Misya tidak membalasku. Hanya senyum-senyum sendiri.

"Waaa!"

Aku terlonjak kaget begitu melihat cowok aneh itu duduk di bangku Misya sebelah bangkuku ketika kami baru masuk ke dalam kelas.

"Mau apa kamu disini?"

Misya berdeham sedikit. "Tenang, aku bisa pindah kok." Setelah mengambil tas, dia kemudian berjalan ke bangku kosong paling belakang barisan ke tiga dari barisanku.

Aku baru akan protes saat Mr. Dan masuk ke dalam kelas, menyuruh kami duduk. Aku mengatupkan bibir dan duduk dengan kesal.

"PR musim panas silahkan kumpulkan ke depan."

Astaga! PR!

Aku mengacak-ngacak isi tasku mencari buku bersampul cokelat.

Aku lupa bawa buku PR! Matilah aku!

Aku menerima buku dari belakang dan mengopernya ke depan, kemudian menutup tas dengan kasar.

Deg, deg, deg!

Sial! Hari ini aku sial!

Aku menoleh ke samping. Cowok itu sedang memandangku sambil bertopang dagu. Ketika aku memelototinya dia malah tersenyum padaku. Cih!

"Mr. Dan," aku berdiri gemetaran.

Mr. Dan mendongak dan menatapku lurus.

Aku menelan ludah dengan susah payah. "Maaf. Buku PR saya ketinggalan." Aku membungkuk gugup.

Senyap. Aku dapat merasakan tatapan menusuk dari Mr. Dan, serta pandangan tidak mengenakkan anak-anak di kelas. Setelah terdiam lama, aku mendongak untuk melihat ekspresi Mr. Dan.

"Duduk!"

Aku duduk dengan ragu.

"Hari ini kelas kalian kedatangan murid baru. Lucifer!"

Cowok yang duduk disampingku bangkit dari kursinya dan berjalan ke depan kelas. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. "Lucifer." Dia berkata singkat dengan senyum seadanya.

"Gaby!"

"Iya?"

"Setelah ujian, antar Lucifer berkeliling. Kerjakan PR berdua dan kumpulkan setelah pulang sekolah!"

"Tapi—" Aku baru akan protes ketika Mr. Dan menyipitkan matanya. Takut!

"Kenapa?"

"Saya mengerti." Aku menunduk dengan lemas.

Cowok bernama Lucifer itu kembali duduk ke bangkunya.

Aku terdiam tak berkutik. Saat aku menengok kearah Misya dengan tatapan memelas, anak itu malah balik menatapku dengan mata berbinar. Sial!

"Siapkan alat tulis di atas meja."

Mr. Dan membagikan soal ulangan. Aku menerima kertas dari depan dan mengopernya ke belakang.

"Mulai!"

Aku membuka kertas dan mulai mengerjakan soal. Entah ini perasaan atau cowok itu memang terus memandangiku? Aku merasa dia terus menerus menatapku dan tidak membuka kertas ulangannya. Who's care!

Soal ini terasa sulit untukku karena selama liburan musim panas aku tidak membuka buku sama sekali, dan berulang kali mengalami mimpi yang sama sehingga membuatku susah tidur.

Tunggu! Yang semalam itu bukan mimpi kan? Aku sangat yakin cowok itu benar-benar datang ke kamarku. Tapi itu tidak masuk akal, karena kamarku berada di lantai 2. Lalu bagaimana caranya dia bisa masuk? Lagipula aku sudah memastikan sendiri jendela kamarku terkunci.

Aku menengok ke samping dan melihat cowok itu tidak mengalihkan pandangannya dariku.

Cowok aneh!

"Dua menit lagi. Lucifer, kamu sudah selesai?"

Cowok aneh itu hanya tersenyum dan membuka lembaran soal ulangannya. Untuk pertama kalinya, dia mengalihkan pandangannya dariku.

Dalam waktu kurang dari satu menit, dia menutup lagi kertasnya. Mungkin tidak bisa menjawabnya. Kemudian lagi-lagi menatapku tanpa kedip.

Kurang kerjaan!

"Stop! Waktu habis. Kumpulkan ke depan!"

Aku menutupi wajahku dengan lengan. Lelah.

"Gabriel—"

"Misya! Kita pulang yuk!" Aku langsung buru-buru berteriak memanggil Misya yang sedang memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

"Pulang? Gaby dapet hukuman kan?"

Hari opening ceremony biasanya kelas akan dipulangkan lebih awal. Aku bahkan melihat Carla melewati kelasku sambil melambai.

"Aku pulang duluan ya. Maaf, tidak bisa bantu, mau kumpul di ruang klub, bahas acara festival sekolah." Misya keluar dari ruang kelas sambil membanting pintu menutup.

Aku menengok ke arah Lucifer yang sedang tersenyum memandangku. Aku memukul kening dan terduduk dengan lemas.

Ah, benar-benar hari sial!

_______________

"Setelah ini, tolong kosongkan dan rapikan kelas yang tidak terkunci di lantai 3 yah!"

Itu bukan pertanyaan. Itu perintah.

"Saya mengerti Mr. Dan." Jawabku sambil menganggukkan kepala dengan sedikit membungkuk. Setelah itu, aku keluar dari kantor guru dengan lemas.

"Kenapa?"

Aku menatap Lucifer yang masih menunggu di luar kantor dengan kaget sambil menutup pintu.

"Belum pulang?" Tanyaku basa-basi.

Dia membuntuti di belakangku. Aku bahkan kehilangan tenaga untuk marah.

"Pulang duluan aja! Aku masih ada tugas."

"Kita kerjakan bersama, biar cepat selesai."

"Don't mind."

"Kamu kecapekan."

"Iya." Tunggu! Itu bukan pertanyaan.

"Kenapa?"

"Kenapa?" Aku mengulangi kalimatnya heran.

Aku membuka pintu kelas dan menatapnya setengah percaya. Uwah! Jam berapa sekarang? Jam lima? Butuh waktu dua jam beresin kelas kotor ini.

"Aku bantu."

Aku membiarkan cowok aneh itu membantu merapihkannya. Dia tidak lagi memandangiku terus menerus. Saat menemaninya berkeliling, juga saat mengerjakan tugas bersama, dia melakukan semua yang aku minta. Saat aku minta serius dan membantuku mengerjakan tugas agar bisa cepat pulang karena dia terus menerus memandangiku, dia menurut.

"Long time no see."

"I miss you."

Aku mengenalnya? Siapa?

Aku meneliti wajahnya yang sedang serius mengangkat kursi dan meja keluar kelas. Siapa? Aku berpikir keras mencoba mengingat-ingat.

Drrrtttt......

Aku mengerjap dan merogoh saku baju. Ponselku bergetar sambil berpendar warna-warni di telapak tanganku.

"Gab? Kamu dimana? Sudah di rumah? Hari ini Mea dan Pea pulang telat, makan malam di luar. Kamu bisa masak sendiri kan? Sudah ya, Mea tutup. Klien sudah datang."

Aku belum sempat berkata apa-apa ketika Mea memutuskan sambungan teleponnya. Aku menutup flip dan mendesah. "Jadi lapar beneran dengar Mea bilang makan malam."

"Kenapa?" Tanya Lucifer melihatku memegangi perut.

Aku memutar kepalaku cepat dan nyengir. "Aku lapar." Aku menghapus papan tulis dengan lemas. "Oya, aku boleh tanya?"

"Apa?"

"Kamu bilang kamu kenal aku. Tapi aku tidak mengenalmu. Sumpah aku tidak ingat! Terus yang semalam juga, yang kamu masuk kamarku, itu beneran atau aku cuma mimpi? Terus kenapa tiba-tiba kamu, emm, nyium aku? Aku marah, tapi aku juga penasaran." Aku menatap tepat kematanya. "Kamu siapa?"

Lucifer balas menatapku. Matanya terlihat sedih. Dia memandang ke luar jendela. Langit di luar sudah gelap.

"Gabriel, ini aku."

Tiba-tiba dari punggung Lucifer muncul sepasang sayap hitam, dan penampilannya berubah.

Aku terlonjak kaget. Wujud itu! Ya, wujud itulah yang kemarin ada di kamarku! Sayap? Yang benar saja!

Lucifer perlahan mendekatiku dan memajukan wajahnya ke wajahku.

Aku membelalak saat entah untuk yang ke sekian kalinya dia menciumku. Lagi?!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro