Part 24
Banyak yang ngira kalau Fallen bakal digantungin di Wattpad. Nggak kok..
Walaupun sekarang Fallen udah hampir tamat di KaryaKarsa, yang di Wattpad tetep bakal dilanjut sampai tamat, jadi jangan takut bakal digantung tanpa kepastian 🤣🤣🤣
Buat yang udah penasaran dan gak sabar nunggu update-an di Wattpad, bisa langsung meluncur ke KaryaKarsa ya..
***
"Haruskah aku mematahkan harapanku? Menginjak setiap cinta yang tumbuh hingga habis tidak bersisa? Sungguh, mencintainya adalah sebuah luka."
- Arabella Smith -
--------------------
Tepat saat Aaron dan Arabella kembali mengenakan pakaian, pintu kamar berhasil didobrak. Osvaldo dengan emosi berada di ubun-ubun, berlari menerjang Aaron dan menghajarnya habis-habisan. Arabella memekik, berusaha menarik Osvaldo agar berhenti menghajar Aaron.
"Bukan Aaron yang salah, Dad! Aku yang meminta Aaron melakukan ini!" Arabella berseru putus asa.
Percuma saja, Osvaldo mengamuk seperti kesetanan. Melayangkan pukulan dan tendangan secara bertubi-tubi, hingga Aaron yang tidak memberikan perlawanan, akhirnya roboh dengan wajah terluka.
"Brengsek! Ternyata benar yang dikatakan Jason! Aku memintamu menjaga putriku! Tapi ternyata kau berani menyentuhnya! Demi Tuhan aku tidak terima dan aku bersumpah akan membunuhmu!" Osvaldo menendang Aaron hingga terpental ke sudut ruangan.
Arabella berlari dan berlutut di sisi Aaron, lantas memeluk tubuh lelaki itu. "Berhenti melukainya, Dad! Jika kau menghukumnya, maka kau juga harus menghukumku!"
Aaron berusaha menyingkirkan Arabella agar menjauh darinya, "Tidak, Nona. Biar saya mempertanggungjawabkan ini sendiri. Pergilah."
Kemarahan Osvaldo belum sepenuhnya mereda. Kepalan tangannya kembali melayang dan bersiap menghantam rusuk Aaron, tetapi tanpa diduga Arabella memberikan serangan balik hingga Osvaldo kehilangan keseimbangan dan terjatuh dengan kepala membentur dinding.
"Apa lelaki brengsek ini juga mencuci otakmu agar berani melawan ayahmu, hah?" Osvaldo mengusap darah yang menetes dari hidungnya, menatap Arabella tidak percaya.
"Aaron lelaki yang baik, Dad. Dia tidak sejahat yang kau pikirkan." Arabella berdiri mematung, berharap agar Osvaldo berhenti melukai Aaron.
"Lalu apa yang membuat putri ayah yang polos, sekarang berani membela lelaki lain?"
"Aku mencintai Aaron, Dad! Tolong berhenti melukainya, aku mencintainya! Aku mencintainya!" Arabella semakin putus asa. Suara teriakannya mulai terdengar serak dan tercekat. Sebulir cairan bening bergulir membasahi pipinya.
Bukan hanya Osvaldo yang tercengang mendengar pengakuan Arabella. Aaron jauh lebih terpukul lagi. Aaron menyugar rambut frustrasi. Katakan, ini hanya mimpi, 'kan?
Arabella benar-benar mencintainya. Aaron menggeleng kuat-kuat. Satu jam yang lalu saat Arabella membuat pengakuan bahwa ia mencintainya, Aaron pikir Arabella hanya main-main. Atau gadis polos itu pasti salah mengartikan perasaannya. Lalu, saat kini Arabella terang-terangan membuat pengakuan di hadapan ayahnya, Aaron tidak tahu harus berbuat apa.
"Christoper! Bawa Aaron ke ruang tahanan!" Osvaldo meneriakkan titah pada tangan kanannya. Arabella semakin menjerit histeris saat melihat Aaron dibawa dengan kasar oleh dua orang lelaki bertubuh kekar.
Arabella ingin mengejarnya, tetapi Osvaldo menahannya. "Berani mengejarnya, kau akan mati bersamanya," desis Osvaldo sembari menarik Arabella dengan kasar.
***
Selama tiga hari, Osvaldo mengurung putrinya di dalam kamar. Tidak benar-benar mengurungnya, hanya saja Arabella tidak diizinkan pergi ke mana pun. Osvaldo juga menolak negosiasi yang diajukan putrinya, lelaki itu sama sekali tidak mau mendengarkan apa pun yang disampaikan Arabella mengenai Aaron.
Osvaldo benar-benar murka atas hubungan terlarang yang terjalin antara Arabella dan bodyguard-nya. Ada banyak lelaki tampan, tetapi kenapa Arabella harus memilih Aaron, lelaki yang jelas-jelas strata sosialnya jauh di bawah mereka. Lagipula, selisih usia yang terpaut cukup jauh, semakin membentangkan jarak yang tidak seharusnya dilalui Aaron dan Arabella.
Dengar, Osvaldo merasa terhina ketika tahu Aaron menjadikan Arabella seperti pelacur. Cinta Arabella jelas bertepuk sebelah tangan. Lantas, bukankah itu sudah cukup membuktikan bahwa Arabella hanya dijadikan sebagai pemuas nafsu? Brengsek! Dan sialnya Arabella justru membela berandalan sialan itu!
"Dad ...." Arabella masuk ke ruangan Osvaldo dengan membawa dua cangkir teh bunga chamomile.
"Jika kau datang ke sini hanya untuk membicarakan Aaron, lebih baik kau kembali ke kamarmu."
"Aku merindukanmu, Dad. Sudah lama kita tidak berbincang tentang banyak hal." Arabella meletakkan nampan di atas meja, satu cangkir untuk dirinya sendiri dan satu cangkir yang lain untuk ayahnya.
"Yakin kau sudah tidak merajuk karena aku mengurung Aaron di ruang tahanan?" Osvaldo memicingkan mata, berusaha menilai putrinya.
Arabella menghela napas, mengambil cangkir dan menghirup uap yang mengepul, menguarkan aroma khas bunga chamomile. "Dad ingat saat berbicara tentang pangeran untukku?"
"Dia bukan Louis, bukan pula Aaron."
"Aaron selalu menjalankan tugasnya dengan baik. Dia selalu menjagaku, melindungiku. Dan tentang kejadian malam itu ... aku yang selalu merayu Aaron. Aku putus asa karena ... Aaron mencintai wanita lain. Dad, tolong buat Aaron bertanggung jawab atas perbuatannya. Biarkan dia menikahiku."
"Arabella Smith! Berhenti merendahkan harga dirimu seolah kau ini wanita yang tidak laku. Kau wanita sempurna, kau berhak mendapatkan lelaki yang lebih baik dari Aaron. Dia lelaki brengsek yang hanya menjadikanmu sebagai pelampiasan nafsu."
Arabella menunduk, meremas jemari. "Maaf, Dad," lirihnya.
"Cinta tidak akan mampu memberimu kebahagiaan, Princess. Percayalah pada Dad. Kau masih terlalu muda untuk bisa memahami semua itu." Osvaldo menyesap teh hingga menyisakan setengah cangkir. "Aku akan mencarikan calon suami yang jauh lebih baik dibanding Aaron."
"Baiklah, aku bisa apa sekarang? Jika Dad tidak merestui hubungan kami, setidaknya bebaskan Aaron."
"Bebaskan? Jangan gila! Dia sudah berani menyentuh putri kesayanganku! Dia tidak bisa pergi semudah itu. Setidaknya sampai aku mematahkan jari-jarinya dan hidupnya akan dihantui penyesalan!"
"Dad! Jika kau berani melukai Aaron, maka aku juga bisa melukai diriku sendiri."
"Arabella! Sudah kukatakan ini bukan saat yang tepat untuk berbincang! Kembali ke kamarmu!"
Arabella menghabiskan teh chamomile di cangkirnya. "Habiskan tehnya, aku akan membawa cangkirnya."
Osvaldo menuruti keinginan putrinya. Seperti biasa, Arabella akan selalu membawakan teh untuk ayahnya ketika mereka sedang bertengkar, dan perselisihan akan selesai saat itu juga. Tetapi, nampaknya malam ini berbeda. Osvaldo masih tetap keukeuh pada pendiriannya.
"Thanks, Princess. Aku harap dalam tiga hari ke depan, tidak ada pembicaraan yang sama lagi."
"Hem ...." Arabella bergumam singkat sembari membereskan cangkir. "Selamat malam, Dad. Aku kembali ke kamar."
Arabella kembali ke kamar? Tentu saja tidak. Ia hanya mengembalikan cangkir ke dapur, lantas duduk dan memperhatikan jam di pergelangan tangan. Lima menit kemudian, ia kembali ke ruangan ayahnya. Tepat seperti dugaannya, obat bius yang dicampurkan ke dalam teh sudah bereaksi. Osvaldo bersandar di kursi kebesarannya, tertidur pulas.
Arabella tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Ia berlari ke pintu baja di sudut ruangan dan membukanya dengan sidik jari. Sebuah ruangan sempit tempat Osvaldo menyimpan beberapa jenis senjata kesayangan dan benda-benda antik peninggalan almarhum istrinya. Di sana juga terdapat kunci cadangan seluruh ruangan di mansion ini. Termasuk ruang tahanan di bawah tanah tempat Aaron disekap.
Osvaldo beberapa kali mengajak Arabella dan memperkenalkan kunci-kunci tersebut untuk berjaga-jaga seandainya suatu saat terjadi hal darurat. Syukurlah, hal itu sangat berguna. Arabella tidak kesulitan mencari kunci ruang tahanan. Malam ini, ia harus menemui Aaron.
Setelah memastikan Osvaldo masih tertidur pulas setidaknya sampai satu jam ke depan, Arabella meninggalkan ruangan ayahnya. Bersikap sesantai mungkin menuju pintu ruang bawah tanah.
"Biarkan aku masuk, Dad sudah memberiku izin, dia bahkan memberikanku kuncinya." Arabella menunjukkan anak kunci di tangannya.
Lima orang yang berjaga di pintu mengangguk dan mengizinkan Arabella masuk. Dengan hati-hati Arabella menuruni anak tangga yang terlihat gelap dan licin. Lagi-lagi ia bertemu penjaga dan mengatakan hal yang sama. Arabella kembali melewati lorong yang redup. Bau pengap dan aroma tidak sedap mulai mengganggu indra penciuman.
"Bisa tinggalkan kami sebentar? Aku ingin berbicara pribadi dengan Aaron. Dad sudah memberiku izin. Aku punya kuncinya," ucap Arabella ketika berada tepat di ruangan paling ujung. Kedua penjaga bersiaga di sana, itu artinya Aaron berada di balik pintu itu.
Kedua penjaga itu saling berpandangan sesaat, tetapi anak kunci di tangan Arabella sangat meyakinkan. Akhirnya, kedua penjaga itu pun mengangguk dan meninggalkan Arabella sendirian.
Gadis itu menahan napas sebelum akhirnya membuka pintu menggunakan kunci. Pintu terbuka, Arabella hampir saja menjerit melihat kondisi Aaron. Kedua tangan dan kaki lelaki itu dalam kondisi terikat, sementara wajahnya penuh memar dengan darah yang sudah mengering di beberapa bagian.
"Aaron ...." Arabella menghambur pada Aaron, dengan cepat meraih pisau dari pinggang dan mengiris tali pengikat di tangan dan kaki lelaki itu.
"Untuk apa Anda mencari masalah lagi? Pergilah, Nona!"
"Aku akan pergi, tapi bersamamu."
"Nona Ara!"
"Kita punya waktu beberapa menit untuk melarikan diri dari sini. Saat ini Dad sedang tidak sadarkan diri karena aku mencampurkan obat bius ke dalam minumannya."
"Jangan mengambil keputusan bodoh. Anda membahayakan nyawa sendiri, Nona!" Aaron mendesis frustrasi, matanya bersorot penuh amarah.
"Aku tidak berhasil membujuk Dad untuk membebaskanmu. Hanya ini satu-satunya jalan agar kau bisa selamat, Aaron. Jika kau tidak segera pergi dari sini, aku takut Dad ... membunuhmu."
"Sudah saya katakan sebelumnya, saya tidak takut menerima konsekuensi atas kesalahan yang sudah saya buat."
"Berhenti menyebut itu kesalahanmu!" Arabella mengambil pistol dari balik pakaian. "Ini senjata untukmu. Sekarang, bawa aku pergi bersamamu. Aku mencintaimu, dan aku tidak ingin berpisah denganmu."
"Nona Ara!"
"Kau juga mencintaiku, 'kan? Aku tidak pernah memandang seorang lelaki dari kasta. Aku tulus mencintaimu."
"Tapi saya tidak pernah mencintai Anda."
Arabella mendongak, menatap Aaron tidak percaya. "Aku pikir, selama ini kau hanya takut mengakui perasaanmu karena kau takut semesta menentang kita. Jadi, kau benar-benar tidak mencintaiku? Sedikit pun?"
Aaron menggeleng. "Tidak."
"Jadi, kau anggap apa hubungan kita selama ini? Kita berciuman, kita bercinta."
"Saya melakukannya tanpa cinta. Sekarang pergilah, saya bisa mengatasi masalah saya sendiri."
Arabella mengerjap, sebulir cairan bening menetes di pipi. "Oke, aku mengerti. Sejak awal aku yang terlalu berharap. Sekarang kau juga keberatan melarikan diri bersamaku?" Arabella menahan napas. "Baiklah, sekarang kau bisa pergi tanpaku. Aku akan membantumu mengalihkan perhatian anak buah Dad."
"Tuan Osvaldo akan murka jika Anda melakukan itu."
"Jika kau tidak segera melarikan diri, Dad akan membunuhmu. Jika aku membantumu melarikan diri, setidaknya Dad tidak akan membunuhku."
"Jangan mencari masalah, Nona! Percuma saya selamat jika itu akan membahayakan keselamatan Anda."
"Apa pedulimu, hah? Pergilah, Aaron. Sebelum Dad terbangun dan semua akan bertambah kacau."
Aaron mengacak rambut dengan kasar. "Anda melakukan kesalahan, Nona! Seharusnya Anda tahu, berada satu ruangan dengan tawanan sama saja Anda masuk ke kandang singa. Anda tidak tahu seberapa tangguh lawan Anda."
Belum sempat Arabella menanggapi ucapan Aaron, lelaki itu sudah terlebih dulu merebut pistol dari tangan Arabella. Dengan gerakan cepat, Aaron mencengkeram lengan Arabella dan menodongkan pistol tepat di kepala gadis itu. Aaron menjadikan Arabella sebagai sandera!
***
To be Continued
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro