Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 21

"Aku menyebutnya sebagai sebuah kesalahan. Tetapi sialnya, aku harus melakukan kesalahan itu berulang kali. Gadis penggoda itu selalu saja membuatku tidak bisa mengendalikan diri."

- Aaron Maxwell -

--------------------

Aaron menadahkan cangkir di bawah coffe maker, cairan hitam pekat mengalir dan menguarkan aroma khas kopi. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Selain pengawal yang masih berbincang-bincang di luar villa, penghuni lain sudah terlelap tidur setelah puas meminum alkohol sampai kehilangan separuh kesadaran.

Terkecuali Arabella tentunya. Aaron selalu memantau dan mengingatkan gadis itu agar tidak menyentuh minuman terlarang. Gadis itu hanya menurut meski berkali-kali menggerutu karena Aaron sama membosankannya seperti Osvaldo.

Dua jam yang lalu, Arabella masuk ke kamar setelah sebelumnya Aaron memeriksa dan memastikan kamar dalam kondisi aman. Arabella mengucapkan selamat malam dan menarik selimut hingga sebatas dada.

Aaron menggeleng-gelengkan kepala, mengenyahkan bayangan Arabella dalam balutan piyama satin berwarna hitam. Bukan pakaian seksi, tetapi cukup berhasil menyeret Aaron ke dalam sebuah imajinasi liar. Dan kalimat selamat malam yang diucapkan Arabella lebih terdengar seperti sebuah desahan.

Oke, ini gila. Hanya membayangkannya saja, celana Aaron terasa begitu penuh sesak. Arrrggghhh! Si Polos yang berhasil menjungkirbalikkan kehidupan Aaron ke dalam sebuah hasrat yang tidak berkesudahan.

"Aaron ...."

Aaron menyeruput kopi, sepertinya imajinasi liar mulai membuatnya merasakan halusinasi. Suara lembut itu terdengar jelas membelai gendang telinga Aaron. Aaron menghela napas kasar.

"Aaron ...."

Aaron berjengit saat merasakan sentuhan di pundak. Lalu detik berikutnya, makhluk cantik dalam imajinasinya sudah menyandarkan pinggul seksinya pada pinggiran meja.

"Kenapa kaget begitu? Kau melihatku seperti sedang melihat hantu saja," dengus Arabella sembari merebut cangkir di tangan Aaron dan menyeruputnya.

"Apa yang Anda lakukan di sini?"

"Aku tidak bisa tidur. Kau harus bertanggung jawab, Aaron."

"Maksudnya?"

Arabella merunduk, kedua sikunya bertumpu pada meja. Tatapan sayunya mengarah pada Aaron. "Seharusnya semalam kau tidak mengajakku bercinta."

Aaron menahan napas. Dengan posisi seperti ini, mata Aaron bisa dengan mudah menerobos pada dua benda ranum yang menggantung di dada Arabella. "Anda menyesal menyerahkan keperawanan pada saya? Karena menurut Anda, Jason lebih pantas mendapatkannya?"

"Aku tidak tahu ini penyesalan atau bukan. Hanya saja, kau membuatku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Kau menyita seluruh perhatianku."

"Saya minta maaf atas kejadian semalam. Saya pikir, apa yang sudah kita lakukan itu adalah sebuah kesalahan."

"Kesalahan?"

"Seharusnya saya menjaga Anda, bukan merusaknya."

"Aku menyukainya, lalu di mana letak kesalahannya?"

"Kita berbeda."

"Berbeda? Maksudnya strata sosial kita berbeda?" Arabella memajukan wajah dan berbisik di telinga Aaron. "Persetan dengan perbedaan. Yang aku tahu, aku tidak bisa tidur tanpamu. Datanglah ke kamarku, aku menunggumu."

"Jangan berharap lebih," bantah Aaron. "Saya tidak mungkin mengulangi kesalahan yang sama."

Arabella berdiri tegak, menyugar rambutnya putus asa. "Oke, jika kau keberatan. Kita tidak perlu bercinta lagi. Aku hanya ingin kau tidur di sampingku. Tidur dalam artian yang sebenarnya. Aku merasa nyaman ketika menghirup aroma tubuhmu dan itu akan membuatku cepat terlelap."

"Maaf, Nona. Tuan Osvaldo hanya menugaskan saya untuk menjaga keselamatan Anda. Jadi, jika Anda mengalami insomnia, maka itu bukan tanggung jawab saya."

"Jadi, kau menolak permintaanku? Baiklah." Arabella mendengus kecewa sembari mengembalikan cangkir kopi. Ia melangkah menjauhi Aaron. "Tadi, beberapa kali aku melihat bayangan berkelebat di luar jendela kamarku. Aku pikir kau tidak keberatan berjaga di kamarku."

Aaron mengawasi tubuh seksi berbalut piyama satin itu menghilang di balik pintu. Bayangan hitam? Damn! Aaron harap Arabella hanya mengada-ada. Ada banyak pengawal yang berjaga di luar villa, tidak mungkin ada orang asing yang bisa menyelinap masuk, kecuali ... jika ada pengkhianat di antara mereka.

Aaron menyeruput kopi hingga tersisa setengahnya. Dengan kasar ia meletakkan cangkir di atas meja, setengah berlari menyusul Arabella yang sudah terlebih dulu sampai di kamarnya. Gadis itu membuka pintu lebar-lebar dan melambai pada Aaron.

"Aku tahu kau tidak akan membiarkanku berada dalam bahaya." Gadis itu tertawa lebar, memperlihatkan sebuah kemenangan.

Aaron memeriksa balkon kamar, situasi aman dan tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Dari atas balkon ia melihat pengawal-pengawal lain sedang bersiaga di kejauhan. Setelah memastikan semuanya dalam kondisi baik-baik saja, Aaron memutuskan untuk kembali ke kamar.

"Bayangan tadi, mungkin Anda hanya berhalusinasi. Seharian berada di pantai membuat Anda kelelahan dan—" Ucapan Aaron terpotong saat ia melihat Arabella berdiri di tengah ruangan. Jari-jari lentik gadis itu bergerak membuka kancing piyama satu per satu.

Hanya dalam hitungan detik, piyama itu meluncur dan mendarat di lantai. Menyisakan dua carik kain berwarna hitam yang tak urung memperlihatkan bagaimana sempurnanya lekukan tubuh milik gadis itu. Aaron terpaku di tempatnya, sama seperti Arabella yang bergeming menawarkan surga dunia.

Sungguh, Aaron ingin menjauh dari sang penggoda di hadapannya. Cukup satu malam ia melakukan sebuah kesalahan. Selebihnya, ia harus pandai-pandai menahan gairah. Tetapi sayang, Aaron terlalu bodoh untuk mengendalikan hasrat lelakinya.

"Aku tidak akan memaksamu, sungguh. Tapi, jika kau menginginkanku, aku tidak keberatan mengulangi kesalahan yang sama denganmu." Arabella berjalan melenggang menuju ke tempat tidur.

Shit! Aaron mulai kesulitan memadamkan api gairah yang mulai membakar tubuhnya. Jejak merah di tubuh Arabella semakin mengingatkan Aaron pada kenikmatan semalam. Hei, lelaki mana yang sanggup menolak undangan dari gadis seistimewa Arabella? Akal sehat menentang sekuat tenaga, namun apa daya ketika semua anggota tubuh Aaron berkhianat? Alih-alih melarikan diri, Aaron justru dengan cepat menerjang Arabella dan mencumbu wajahnya

Arabella melenguh ketika Aaron menggigiti lehernya. Gadis itu merasakan sensasi aneh yang menggelenyar di seluruh pembuluh darahnya. Yah, sentuhan Aaron selalu memberikan efek besar hampir di seluruh molekul-molekul terkecil dalam tubuh Arabella. Bagaimana Arabella tidak menggila jika Aaron terlalu pandai memainkan permainan ini?

Jika Aaron menyebut ini sebagai kesalahan, maka ini adalah kesalahan terindah dalam hidup Arabella. Membuat gadis itu menggila dalam cinta. Menyeretnya ke dalam sebuah lembah berduri, tetapi Arabella melihatnya sebagai taman bunga yang sedang bersemi. Ya, cinta telah melenyapkan separuh kewarasannya.

Bagaimana tidak, Aaron terlalu pandai memainkan peran. Lihatlah bagaimana lelaki itu melucuti pakaiannya sendiri, kemudian dengan gagah mengungkung tubuh Arabella di atas ranjang. Begitu jantan dan membuat wanita manapun akan takluk dalam dekapannya.

"Maaf, Anda memaksa saya untuk melakukan kesalahan ini lagi, Nona Ara," ucap Aaron dengan suara serak. Mata elangnya berkabut, menghunjam jauh di kedalaman mata Arabella.

Arabella tersenyum, jari-jari lentiknya menyentuh bulu-bulu halus di rahang tegas Aaron. "Aku menyukai kesalahan ini, Aaron," desah Arabella.

Jari-jari lentik itu bergerak menuju leher Aaron, membelainya dengan lembut. Kemudian, turun ke bawah, menyentuh dada bidang dengan otot yang terbentuk sempurna di bagian perutnya. Dulu, Arabella pikir lelaki bertubuh kekar seperti Aaron sangatlah mengerikan. Ternyata, ia salah. Tidak percaya? Tunggulah sampai lelaki itu menunjukkan kelihaiannya menghentakkan tubuh dan membawa wanitanya serasa melayang di langit ke tujuh. Oh, Arabella tidak bisa mendefinisikannya dengan kata-kata.

Aaron meraih jemari Arabella, kemudian membawa tangan gadis itu ke samping kanan dan kiri kepala. Kedua telapak tangan mereka saling bertaut, Aaron menggenggamnya erat-erat seolah tidak rela jika harus melepaskannya.

Dan Arabella memejamkan mata ketika pusat tubuh Aaron menyentuhnya di bawah sana. Napasnya memburu, merasakan milik Aaron mendesak penuh sesak di dalam sana. Arabella ingin berteriak, tetapi Aaron terlebih dulu membungkam bibirnya dengan ciuman. Arabella mencengkeram tangan Aaron erat-erat, sensasi yang dirasakannya jauh lebih nikmat dari semalam. Jika semalam Aaron melakukannya dengan hati-hati, maka lain halnya dengan malam ini.

Aaron bergerak liar, seolah tenaganya tidak akan pernah habis meski ia tidak henti-hentinya menghentak ke dalam balutan panas di dalam tubuh Arabella. Semakin ia menghentak, entah kenapa ia justru menemukan energy baru yang membuat Arabella meracau tidak karuan.

Semua ini terlalu nikmat. Dan Arabella tidak akan pernah melupakan kenikmatan ini seumur hidupnya. Aaron, lelaki pertama yang menggagahinya, menghujaninya dengan serentetan peluru yang membuat Arabella kalah, lemah tidak berdaya.

***

Arabella berbaring di lengan kekar Aaron. Tangan wanita itu mengusap dada bidang berkulit kecokelatan yang terlihat mengkilap oleh keringat. Mereka baru saja mengakhiri permainan panas itu, setelah sebelumnya Arabella berkali-kali terlempar ke puncak kenikmatan, dan akhirnya Aaron terkulai lemas setelah meledak, menyemburkan lahar panasnya di dalam sana.

"Tak apa kau menyebut ini sebagai kesalahan," lirih Arabella. "Aku tidak akan pernah memaksamu untuk melakukan ini padaku. Hanya saja, setidaknya biarkan aku tertidur dalam dekapanmu seperti ini. Terasa nyaman."

Hening. Aaron tidak menanggapi ucapan Arabella. Napas lelaki itu masih memburu. Ah, Arabella tidak peduli sekalipun Aaron mengabaikannya. Ia kembali asyik berceloteh, meski entah Aaron mendengarkannya atau tidak.

"Bertahun-tahun aku hidup di antara desingan peluru dan dentingan mata pedang yang saling beradu. Hidupku selalu berada dalam ketakutan, kalau-kalau suatu saat Dad harus mati di tangan lawan, lalu nyawaku pun menjadi taruhan." Arabella menghela napas kasar. "Dan saat itu terjadi, aku tidak tahu pada siapa lagi aku harus meminta perlindungan."

"Berhenti berpikir negatif."

Arabella merasakan usapan lembut di punggungnya. Lagi, perlakuan Aaron membuatnya semakin nyaman. Ini gila. Kenapa ia harus merasa nyaman ketika berada di dalam dekapan kekasih wanita lain? Arabella tertawa miris. Semenyedihkan inikah hidupnya sehingga ia harus menjadi duri dalam hubungan Aaron dan Carrolyn?

Terkadang, Arabella merasa apa yang dilakukannya tidaklah benar. Tapi, Arabella bisa apa? Salahkan cinta yang dengan lancang hadir di dalam dirinya. Salahkan juga Aaron yang terlalu pandai membawakan surga dunia, hingga Arabella menginginkannya lagi ... lagi ... dan lagi.

"Selain Dad, kau satu-satunya orang yang membuatku merasa nyaman." Arabella memainkan telunjuk jarinya, menarik garis-garis abstrak mengikuti tulang rusuk di dada Aaron. "Pertama kali dalam hidupku, aku mempercayai seseorang selain Dad."

"Anda terlalu berlebihan."

"Kalau saja aku bisa meminta pada Dad, aku ingin kau menjadi satu-satunya pelindungku sampai aku tua nanti. Itupun kalau Carrolyn memberimu izin. Jika tidak, mau tak mau Dad harus mencarikanku pengawal lain dan ... aku tidak yakin mereka bisa membuatku merasa sangat nyaman seperti yang aku rasakan padamu." Telunjuk Arabella membuat gerakan memutar di perut berotot milik Aaron.

"Bisa hentikan gerakan jari Anda, Nona?"

"Hem?" Arabella mendongak, mata mereka bertemu, tatapan mereka terkunci. Detik selanjutnya, Aaron memiringkan tubuh dan mendekap Arabella erat-erat. Lantas, Arabella merasakan sesuatu yang keras membelai miliknya. "Lagi?"

Dan Aaron tidak perlu menanggapi ucapan Arabella, karena hanya dalam hitungan detik Aaron sudah menarik tubuh Arabella agar semakin merapat padanya, lantas tanpa kesulitan, tubuh keduanya sudah kembali menyatu. Mengulangi permainan yang memabukkan. Bermain dalam api gairah yang membakar keduanya.

***

To be Continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro