Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 20


"Bagaimana mungkin aku bisa melupakan malam itu? Pesonanya terlalu kuat untuk kuabaikan. Bukan hanya gairah yang membuatku takluk di dalam dekapannya, tetapi perasaan cinta ini semakin menampar dan menyadarkanku. Kenapa kami harus berasal dari kasta yang berbeda?

- Arabella Smith -

--------------------

Aaron masuk ke kamar tempat Carrolyn beristirahat sembari menenteng koper. Ia mengangguk pada seorang maid yang baru saja meletakkan nampan berisi menu sarapan di atas meja.

"Terima kasih," ucap Aaron pada wanita tua itu.

"Aaron." Carrolyn berucap dengan nada manja. "Kenapa baru datang? Aku menunggumu sejak tadi. Bahkan kata Angel semalam kau sama sekali tidak menengokku."

"Maaf, sejak semalam aku sibuk."

"Sibuk apa? Di sini sudah banyak pengawal, seharusnya kau memiliki banyak waktu luang untuk sekadar mencemaskan keadaanku."

"Aku tahu, tapi di sini aku yang bertanggung jawab atas keselamatan Nona Arabella. Bocah itu hampir saja mengacau bersama Jason."

"Mengacau?"

"Hem ... berciuman di pantai dan ... kau tahu apa yang akan terjadi seandainya aku tidak mencegahnya." Aaron membenarkan posisi selimut Carrolyn, kemudian menyentuh dahi wanita itu.

"Mereka sudah beranjak dewasa, lalu apa salahnya?"

Aaron menghela napas kasar. "Jason hanya ingin memanfaatkan gadis polos itu. Sudah menjadi tugasku untuk menjauhkan Nona Arabella dari lelaki brengsek yang ingin merusaknya."

"Apa kau se-possesive ini pada semua tuan dan nonamu? Bahkan kau harus ikut campur dalam urusan percintaan mereka."

"Sudahlah, jangan banyak bertanya. Nona Arabella perlu perhatian lebih karena ia masih labil dan belum bisa menilai mana yang tulus dan mana yang sekadar menginginkan tubuhnya."

"Baiklah, terserah kau saja." Carrolyn memijit keningnya.

"Aku sudah membereskan pakaianmu di kamar Nona Ara dan memindahkannya ke sini."

"Eh?"

"Kau tinggal di kamar ini bersama teman-teman Nona Ara."

"Hei, Arabella sendiri yang memintaku tinggal di kamarnya. Lagipula kamarnya terlalu luas jika hanya dipakai untuk tidur sendirian."

"Tolonglah, Carrolyn. Kita di sini hanya sebagai tamu, sudah sepatutnya kita menghormati tuan rumah. Sekarang, makan saja dulu. Setelah ini minum obat. Besok kalian akan berkemas dan kembali ke kota."

"Kau juga kembali?"

"Tidak, kami masih harus menunggu instruksi dari Tuan Osvaldo."

Carrolyn berdecak. "Aku cemburu pada bocah itu. Dia, hanya orang asing tetapi bisa berdekatan setiap detik denganmu. Sedangkan aku, sebagai kekasihnya, hanya memiliki waktu beberapa menit dalam seminggu."

"Ini profesiku, Carrolyn. Mengertilah." Aaron mengambil mangkok sup krim, lalu bersiap menyuapkannya ke mulut Carrolyn. "Makan, aku menyuapimu. Setelah ini aku akan sibuk memeriksa situasi pulau."

"Kau terlihat sangat bersemangat hari ini."

"Hem? Biasa saja."

***

"Selamat pagi, semua," sapa Arabella, menarik salah satu kursi dan duduk bergabung di meja makan bersama teman-temannya.

Angel mengernyitkan dahi. "Ini bukan musim dingin tapi kau memakai T-shirt lengan panjang dan syal?"

"Eh?" Arabella tersenyum kikuk, benar dugaannya, Angel pasti akan curiga. "Aku ... sedang tidak enak badan."

"Tapi wajahmu tidak pucat, malah terlihat sumringah begitu."

"Oh ya?" Arabella memasang wajah setenang mungkin. "Aku sengaja memakai make up untuk menutupi wajah pucatku. Ah ya, di mana Jason? Aku tidak melihatnya."

"Jogging di pantai."

"Baiklah, ayo sarapan. Setelah ini aku akan mengajak kalian berkeliling pantai."

Mereka mulai menyantap makanan yang tersaji di meja. Berbagai jenis menu bisa dipilih sesuka hati. Omelette, sandwich, roti selai, dll. Aroma cappuccino menguar memenuhi ruangan. Celoteh ringan teman-teman Arabella membuat suasana pagi itu terdengar ramai.

"Katanya sakit, tapi makan lahap begitu," sindir Angel, menyikut Arabella perlahan.

"Aku sangat lapar."

"Kau pasti menyembunyikan sesuatu di balik syal itu."

Arabella melotot dan mengerucutkan bibir. Ia pun kembali melanjutkan melahap omelette dan sandwich di atas piringnya. Mengabaikan Angel yang terus-menerus menggodanya. Aish ... ia benar-benar kelaparan dan membutuhkan banyak nutrisi untuk mengisi ulang energinya yang hampir terkuras habis.

Selesai sarapan, satu per satu dari mereka meninggalkan meja makan, menyisakan Arabella dan Angel. Bersiaplah, Arabella! Setelah ini Angel pasti akan menginterogasimu!

"Kau yakin tidak menyembunyikan apa pun dariku?" Angel mengedipkan sebelah mata.

"Tentu saja tidak."

Dengan gerakan cepat, Angel menarik syal di leher Arabella hingga terlepas. Arabella memekik dan berusaha menutupi leher dengan telapak tangan. Angel tertawa puas melihat ruam merah di leher temannya.

"Benar dugaanku, bukan? Tell me, are you still a virgin?"

"Konyol. Tentu saja masih."

"Hei, dilihat dari gerak gerik tubuhmu, aku tahu kau mengatakan yang sebaliknya. Jadi, dengan siapa kau melepas keperawananmu? Dengan Jason, atau dengan ... Aaron?"

"Angel!" Arabella semakin mengerucutkan bibir. Kedua pipinya memanas.

"Okay, sepertinya aku mengerti kenapa tadi pagi aku memergoki Aaron keluar dari kamarmu. Mengenakan bathrobe dengan rambut basah dan wajah bersemangat."

"Aish ... kau!" Arabella kembali mengenakan syal di leher. "Sudah kubilang, aku tidak melakukannya dengan siapa pun. Ruam merah ini hanya alergi."

"Ayolah, Arabella! Mengaku saja."

"Kau gila? Aaron sudah memiliki kekasih dan tidak mungkin melakukannya denganku." Arabella mengambil sepotong sandwich dan menjejalkannya ke mulut Angel. Sedetik kemudian, tubuh Arabella sudah melesat keluar dari ruang makan, berlari menuju pantai menyusul teman-temannya yang lain.

"Apa mungkin dengan Jason?" Angel berseru, tetapi Arabella sudah terlalu jauh untuk bisa mendengar teriakannya.

***

Aaron berdiri tegak di bawah pohon kelapa. Matanya tidak lepas dari sosok Arabella yang sedang duduk di hamparan pasir bersama Angel. Sementara teman-temannya yang lain sibuk berenang di pantai.

Angin bertiup kencang, membuat rambut kecokelatan Arabella berterbangan dan berantakan. Gadis itu nampak menggerakkan jemari lentiknya, merapikan rambut, tetapi sayang angin terlalu nakal dan kembali mengacaukan surai lembut itu.

"Tidak tahu malu."

Suara baritone itu mengalihkan perhatian Aaron. Ia menoleh ke samping dan menemukan Jason sedang tersenyum sinis padanya. Bekas perkelahian semalam masih terlihat jelas di wajah Jason. Pelipis memar, pipi membiru, dan sedikit luka di sudut bibir.

"Kau bicara denganku?" tanya Aaron dingin.

"Tidak, aku bicara pada pohon." Jason mendengus. "Tentu saja padamu, Bodoh!"

"Pergilah, aku tidak ingin mencari masalah denganmu."

"Aku akan pergi, setidaknya setelah aku menyadarkanmu. Bercerminlah, kau tidak malu jatuh cinta pada Arabella? Kalian jelas berbeda kasta. Kau pikir Arabella akan tertarik pada pria dewasa sepertimu? Jangan mimpi!"

Aaron menaikkan sebelah sudut bibirnya. "Hei, Bocah! Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Kau menuduhku mencintai Nona Arabella?"

"Menuduh?" Jason terkekeh. "Bukankah aku bicara fakta?"

"Kau tahu aku sudah memiliki Carrolyn. Lalu, atas dasar apa kau menuduhku dengan tuduhan tidak masuk akal itu?"

"Sejak pertama kali aku melihatmu mengawal Arabella di kampus, aku tahu bagaimana caramu menatap Arabella. Penuh kekaguman. Bagaimana caramu melindungi Arabella. Terlalu possessive."

"Possesive? Aku hanya menjalankan tugas sebagai seorang pengawal yang baik."

"Pengawal yang baik haruskah ikut campur masalah percintaan nonanya?" Jason menunjuk memar di wajahnya. "Luka ini jawabannya. Kau cemburu padaku karena semalam mencium Arabella? Lalu kau menghajarku karena tidak rela Arabella disentuh lelaki lain?"

"Aku melakukannya atas dasar tugas untuk melindungi Nona Arabella. Sudah sepatutnya gadis polos seperti Nona Arabella dijauhkan dari lelaki brengsek yang hanya mengincar keperawanannya."

"Bagus! Lalu dengan begitu hanya kau yang bisa mengambil keperawanannya, begitu?"

"Brengsek! Kalau saja hanya ada kita berdua di sini, sudah sejak tadi aku merobek mulutmu."

"Kenapa? Bukankah ucapanku benar? Kau lelaki normal, bukan? Sepandai apa kau bisa menahan hasrat ketika setiap saat harus berdekatan dengan gadis seindah Arabella? Ya, mungkin mulai detik ini kau harus bisa menilai perasaanmu sendiri. Yang kau rasakan itu benar cinta, atau hanya sekadar hasrat. Tapi, baik itu cinta ataupun hasrat, dua-duanya jelas hal yang salah. Kau tidak pantas bersanding dengan Arabella."

Aaron mengepalkan kedua tangan, wajahnya memerah menahan emosi. "Kau ingin mati di tanganku?"

Bukannya takut, Jason justru terkekeh lagi. "Apa aku perlu berteriak agar mereka semua tahu bahwa kau, bodyguard tidak tahu malu yang dengan lancang mencintai nonanya?"

"Berteriaklah, dan kepalamu akan meledak saat ini juga," desis Aaron.

"Ah ya, kira-kira bagaimana seandainya Tuan Osvaldo tahu bahwa putri kesayangannya telah ditiduri oleh pengawalnya sendiri?"

Aaron meraih pistol di pinggangnya, kemudian menodongkannya ke dada kiri Jason. "Sudah bosan hidup?"

"Hoho ... santai saja, Dude! Aku hanya bercanda. Aku tidak tahu sudah sejauh mana hubunganmu dengan Arabella. Lagipula, jika kau membunuhku sekarang, teman-temanku tidak akan tinggal diam. Kau ingin membusuk di penjara?"

Aaron menghela napas kasar, perlahan menarik pistol dan kembali menyimpannya. Bukan karena ia takut. Hanya saja, ia tidak ingin menjadi pecundang dengan membunuh bocah yang sedang menyimpan rasa cemburu seperti Jason. Yeah, Jason jelas bukan lawan seimbang bagi Aaron.

"Tenang saja, saat ini aku sedang tidak ingin mengotori tanganku. Tapi, jika kau berani berkata yang macam-macam di luar sana, aku tidak segan-segan menghadiahimu timah panas."

"Ancaman yang mengerikan. Lihat saja nanti. Sekarang aku hanya ingin menyadarkanmu. Kau tidak pantas mencintai Arabella." Jason menatap Aaron tajam, kemudian berlari-lari menuju deburan ombak, menenggelamkan diri di sana. Berenang bersama teman-teman yang lain.

Tatapan Aaron kembali terpaku pada Arabella. Gadis itu nampak berkali-kali memijit keningnya. Aaron menghela napas. Tidak pantas mencintai Arabella? Jason benar-benar gila. Apa peduli Aaron, toh ia sama sekali tidak memiliki perasaan apa pun terhadap gadis itu. Selama ini ia hanya menjalankan tugas sebagai seorang pengawal yang bertanggung jawab terhadap keselamatan nonanya.

Tentunya, terkecuali semalam. Anggaplah dia khilaf, dan ia juga akan memastikan kejadian semalam tidak akan terulang lagi. Pertanyaan kedua Arabella sudah terjawab, dan itu artinya Arabella tidak akan penasaran lagi, benar 'kan?

Sekalipun Aaron tidak bisa melupakan percintaan panas semalam, tetapi ia tidak memiliki alasan untuk kembali mengharapkannya. Benar kata Jason, Aaron tidak pantas bersanding dengan Arabella. Jadi, kini sudah saatnya Aaron membentangkan jarak.

***

To be Continued

Di Karya Karsa udah sampai Part 38 ya, yang udah penasaran bisa mampir ke sana dulu 🥰🥰🥰


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro