Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 2

Btw, Fallen udah update sampai part 5 di Karya Karsa. Yang punya akun di sana, jangan lupa follow aku ya

❤❤❤
***

"Dari semua bodyguard yang pernah mengawalku, kau yang terbaik, Aaron."

- Arabella Smith -

--------------------

Aroma pancake, muffin blueberry, dan omelette menguar memenuhi ruangan, bercampur aroma khas kopi yang sudah tersaji di ruang makan. Meja kayu itu berbentuk bundar, bagian tepinya terdapat ukiran memanjang serupa pedang.

Arabella duduk berhadapan dengan ayahnya, bersiap menyantap sarapan sebelum berangkat ke kampus. Muffin blueberry merupakan salah satu menu favorit Arabella, selain pancake berlumur sirup maple. Jika sang ayah lebih memilih menikmati kopi hitam, Arabella melengkapi sarapannya dengan susu rendah lemak.

"Mulai hari ini Aaron akan mengawalmu." Osvaldo membuka percakapan.

"Hehem ...." Arabella menyuapkan muffin ke dalam mulut, rasa manis memanjakan lidahnya.

"Ara, kau tahu, bukan? Aku sangat menyayangimu."

"Dad selalu mengatakan itu setiap hari."

Osvaldo menyesap kopi hitamnya, berdeham sejenak sebelum melanjutkan, "Aku sudah semakin tua sekarang. Jika disuruh memilih, tentu saja aku ingin mendampingi putriku sampai kau memiliki anak cucu. Tetapi, kita tidak bisa menebak umur seseorang, 'kan?"

"Dad bicara apa?" Arabella mengerutkan dahi, merasa ada sesuatu yang aneh dengan kalimat ayahnya.

"Kau tahu, aku memiliki banyak musuh. Dan kita tidak bisa menduga apa yang akan terjadi di masa depan. Hanya untuk berjaga-jaga, jika suatu saat aku kalah dalam pertarungan—"

"Stop it, Dad! Aku tidak ingin mendengarnya," keluh Arabella tidak suka. "Kau lelaki hebat yang tidak semudah itu dikalahkan."

"Listen to me, Dear. Biar aku melanjutkan kalimatku."

"Oke. Tapi aku tidak ingin mendengar yang buruk-buruk tentangmu. Hanya kau satu-satunya keluarga yang aku miliki. Jika kau pergi, lantas bagaimana nasibku?"

"Itu yang baru saja akan kubicarakan." Osvaldo menghela napas kasar, mata tajamnya menatap Arabella penuh kasih sayang. "Jika suatu saat aku pergi, aku hanya akan mempercayakanmu pada seseorang."

Arabella meneguk gelas berisi susu, kemudian balas menatap ayahnya. "Siapa dia?"

"Masih ingat Louis Hilton? Pewaris tunggal Hilton Corporation?"

"Yang tiga bulan lalu datang ke sini?"

"Ya, dan saat itu Louis mengatakan, dia tertarik padamu."

Arabella tergelak. "Astaga! Sejak tadi Dad mendramatisir suasana, hanya untuk mengatakan kalau Dad ingin menjodohkan aku dengan Louis?"

"Aku hanya mengambil kemungkinan terburuk, Princess. Aku harap kau tidak keberatan menerima Louis menjadi calon suamimu."

"Usiaku baru 17 tahun. Masih terlalu jauh untuk membicarakan pernikahan."

"Ya, setidaknya aku sudah memberitahumu dari sekarang. Dan mengenai tidak adanya laki-laki yang berani mendekatimu, itu bagus. Jaga diri baik-baik, Princess. Kau istimewa di mata Louis."

"Tenang saja, Dad. Aku aman selama bodyguard pilihanmu selalu berada di dekatku."

"Ya, selama ini pengawalku selalu menjagamu dengan baik, bukan?"

"Pernahkah Dad menemukan kesalahan pada mereka?"

"Tidak. Pengawal yang aku tugaskan untuk menjagamu adalah orang-orang terbaik. Berani membuat kesalahan sedikit saja, aku akan menghabisinya."

"Terima kasih sudah memberikan yang terbaik untukku." Arabella tersenyum, kemudian buru-buru menghabiskan muffin dan meminum susu hingga tandas. "Aku hampir terlambat."

"Hati-hati di jalan, Princess. Katakan pada Aaron, membawa pergi putriku dari mansion ini, artinya dia harus mengembalikannya dalam keadaan utuh. Tergores sedikit saja, nyawanya yang akan menjadi taruhannya."

Arabella tergelak kemudian beranjak dari kursi dan mengecup kedua pipi Osvaldo. Gadis itu meraih blazer dari punggung kursi dan memakainya untuk melapisi T-shirt putih yang melekat di tubuhnya. Dirapikannya rambutnya yang berwarna cokelat, kemudian ia buru-buru menyambar tas dan buku-buku yang tergeletak di atas meja.

Setelah melambaikan tangan pada sang ayah, Arabella berjalan menyusuri mansion menuju pintu keluar. Melewati beberapa ruangan lain sebelum akhirnya sampai di ruang tamu. Arabella menatap jam raksasa di dinding ruangan, masih ada waktu untuk memberi makan ikan-ikan koi milik ayahnya.

Di sisi kanan ruang tamu, terdapat salah satu ruangan outdoor menyerupai taman kecil. Selain pot-pot bunga serta sebatang pohon maple, terdapat kolam hias kecil tempat memelihara ikan koi. Setiap pagi, Arabella sering meluangkan waktu untuk memberi makan ikan di atas permukaan air.

Seorang maid sudah berdiri di sana sejak tadi, menyerahkan sebuah mangkok berisi pakan ikan pada Arabella. Sambil bersenandung kecil, Arabella menaburkan pakan. Dalam sekejap, air beriak dan puluhan ikan muncul ke permukaan untuk menyantap jatah sarapan mereka.

Mendengar gemercik air merupakan salah satu hal yang mendamaikan. Apalagi dengan adanya kehadiran makhluk-makhluk kecil berwarna merah dan kuning itu. Merupakan kesenangan tersendiri bagi Arabella.

"Terima kasih," ucap Arabella sembari menyerahkan mangkok pada maid. Setelah mencuci tangan di wastafel, ia melanjutkan langkah keluar mansion lewat pintu samping.

Beberapa orang pengawal mengangguk hormat padanya, kecuali satu orang. Lelaki berbadan tinggi tegap yang lebih memilih bersandar di mobil sembari mengawasi Arabella keluar melalui pintu. Kedua sudut bibir Arabella tertarik ke atas. Pengawal yang satu itu memang berbeda, ehm ... lebih terlihat berkharisma dan ... menantang?

Arabella berdiri sejenak di dekat pilar bangunan, mengawasi Aaron yang mulai bergerak membukakan pintu mobil untuk nonanya. Tubuhnya terbalut T-shirt slim fit warna hitam, dan dilapisi dengan jaket kulit warna senada. Arabella berani bertaruh, otot-otot tubuh lelaki itu pasti tersembunyi di balik pakaiannya. Tubuh yang kekar dan pastinya akan terlihat mengerikan di mata Arabella.

"Nona Ara, Anda terlalu lama membuang waktu." Aaron melirik jam tangan di pergelangannya.

Arabella tersenyum, mempercepat langkah dan bersiap-siap masuk ke mobil. Aroma musk seketika menyergap hidungnya. Hum, meski hanya seorang pengawal, tetapi lelaki ini sangat mengutamakan penampilan. Oke, setidaknya ini lebih baik daripada pengawal-pengawal sebelumnya.

"Aku ingin menguji sejauh mana kemampuanmu mengemudikan mobil," ucap Arabella begitu Aaron siap menginjak pedal gas.

"Sudah siap untuk senam jantung?" Aaron menoleh ke samping, "Jangan lupa gunakan sabuk pengaman Anda."

"Tentu saja." Arabella memasang seatbelt dan tersenyum pada Aaron. "Jika aku kembali dalam keadaan tergores, nyawamu yang akan menjadi taruhan."

"Menantang saya? Tidak masalah, saya menyukai tantangan."

Detik selanjutnya, mobil jenis Maybach Exelero itu meluncur meninggalkan mansion. Mobil sport hitam bertenaga mesin V12 biturbo 5,9 L melesat dengan kecepatan tinggi melewati jalanan yang masih terlihat lengang. Dan Arabella sama sekali tidak merasa takut, ia justru merasa asyik melihat pepohonan di sisi kanan jalan. Ya, hal menegangkan seperti ini sudah menjadi hal biasa baginya.

Bahkan, Arabella pernah melalui hal yang lebih menyeramkan. Naik mobil bersama ayahnya, lalu dikejar musuh dan melihat adegan baku tembak dari dalam mobil, Arabella pernah merasakan hal itu. Justru peristiwa-peristiwa seperti itulah yang membuat Arabella merasa tertantang. Menjadi putri seorang mafia, maka Arabella harus siap menanggung segala resiko.

Di persimpangan jalan, Aaron memperlambat laju kendaraan. Masuk ke jalanan yang mulai padat oleh pengendara lain, Aaron harus pandai-pandai memperlihatkan skill. Dan Arabella harus mengakui kehebatan Aaron. Dengan begitu lincah, lelaki itu memainkan kemudi, menyalip kendaraan lain tanpa henti.

Tidak membutuhkan waktu lama, mobil sport mewah itu tiba di halaman parkir salah satu universitas ternama. Arabella bertepuk tangan, memberi pujian pada pengawalnya. Dia melepas seatbelt dan menatap Aaron.

"Dari semua bodyguard yang pernah mengawalku, kau yang terbaik, Aaron."

"Maaf, saya tidak butuh pujian."

"Hei, aku tidak sedang memujimu, aku sedang berbicara fakta."

"Jadi, Anda mulai terkesan dengan saya?"

"Terkesan?" Arabella terkekeh, kemudian mencondongkan tubuh ke arah Aaron. "Jika yang kau bicarakan itu tentang seorang wanita yang terkesan pada lelaki dewasa, itu salah. Aku melihatmu dari kacamata seorang nona yang terkesan pada kehebatan pengawalnya."

Aaron mengedikkan bahu, kemudian membuka seatbelt dan turun dari mobil. Berlari memutari bagian depan, lalu membukakan pintu untuk Arabella. Tangan Aaron terulur untuk melindungi dan memastikan kepala Arabella tidak akan terbentur bagian atas mobil.

"Bagaimana jika pertanyaannya dibalik, apa kau terkesan denganku?" Arabella menaikkan kedua alisnya, penasaran akan jawaban Aaron.

Lelaki itu tertawa. "Terkesan? Pada gadis polos seperti Anda? Maaf, Nona. Saya bukan seorang pedofil."

"Oh, baguslah, Aaron! Lagipula, otot-otot tubuhmu itu terlihat mengerikan di mataku." Arabella tergelak. "Oke, aku masuk kelas dulu. Ingat, jaga jarak dan jangan terlalu mencolok. Aku bosan dibuntuti oleh bodyguard. Bye bye!"

Aaron menyugar rambut, tatapannya tidak lepas dari gadis berambut panjang dengan blazer cokelat itu. Di langkah kelima, Arabella menoleh dan melambaikan tangan pada Aaron.

Arabella. Harus Aaron akui jika gadis itu sangat menarik dari segi fisik. Tubuh proporsional dengan lekukan sempurna di beberapa bagian, serta wajah berhidung mancung dan bibir yang sensual. Yang paling Aaron suka dari gadis itu adalah mata bening berwarna abu-abu. Mata yang selalu memancarkan binar indahnya. Tapi, bukan berarti Aaron tertarik padanya. Gadis polos seperti Arabella tidak masuk dalam kriteria wanita idaman Aaron. Sungguh!

***

To be Continued
21-12-2021


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro