Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 18

Warning!!! Part ini mengandung scene 21++

❤❤❤

“Aku mendapatkan jawaban kedua atas pertanyaanku. Ya, aku menikmatinya dan tidak kuasa menolak ketika lelaki itu menyeretku ke dalam sebuah gairah.”

- Arabella Smith -

----------------------


Masih dengan membawa Arabella di pundaknya, Aaron membawa gadis itu masuk ke kamar. Setelah mengunci pintu, Aaron melemparkan tubuh Arabella ke atas tempat tidur. Gadis itu mengaduh, beruntung ia mendarat di kasur yang empuk.

"Sakit, Bodoh!"

"Tuan Osvaldo memberi kebebasan, tetapi bukan berarti Anda bebas melakukan apa pun dengan lelaki brengsek itu. Kali ini Anda melewati batasan." Kedua tangan Aaron mengepal.

"Hei, Jason hanya menciumku."

"Karena itulah dia pantas mendapat hukuman karena berani menyentuh Anda."

Arabella memicingkan mata. "Kau juga beberapa kali menciumku, itu artinya kau juga pantas mendapatkan hukuman?"

Skak mat! Aaron menyugar rambut frustrasi. Bocah itu sekarang berani membalikkan kata-katanya? Jason benar-benar sudah mencuci otak Arabella.

"Aaron, berhenti menganggapku bocah yang harus menuruti semua peraturan Dad. Sekarang, lihat aku baik-baik. Apa menurutmu aku masih terlalu kecil untuk bisa melakukan apa yang dilakukan remaja-remaja seusiaku?" Arabella menghela napas kasar. Duduk di atas ranjang sembari menatap Aaron kesal.

"Anda berbeda, Nona. Putri kesayangan mafia di kota New York. Ayah Anda tidak akan mengizinkan siapa pun menyentuh putrinya."

"Dad tidak akan tahu kalau kau tidak memberitahunya. Jadi, apa sulitnya bekerja sama?"

"Bekerja sama untuk memberikan Anda pada lelaki brengsek itu?" Aaron menggemeletukkan gigi. Kepalan tangannya semakin erat, tidak mengerti jalan pikiran Arabella.

Wait! Aaron hanya ingin melindungi Arabella dari kelakuan brengsek Jason, kan? Bukan karena hal lain? Jika saat ini hatinya bergemuruh dan kepalanya memanas, maka itu hanyalah naluri sebagai seorang bodyguard. Aaron hanya ingin memastikan Arabella baik-baik saja.

"Kau tidak seharusnya memukul Jason. Dia tidak bersalah. Jika aku menginginkannya, kau bisa apa?" Arabella mendongakkan wajah dengan angkuh.

Arabella menginginkan Jason! Brengsek! Dan kenapa sekarang Aaron merasa tidak rela jika Jason menjadi lelaki pertama bagi Arabella? Lelaki beruntung yang mendapatkan mahkota bocah ingusan itu. Ah, pantaskah Aaron menyebutnya bocah?

Aaron balas menatap Arabella tajam. Di antara redupnya cahaya lampu tidur, Aaron menatap gadis berambut panjang dengan lengkungan senyum sinis di bibir sensualnya. Kulit lengannya begitu indah seperti batu pualam. Polesan make up Carrolyn benar-benar membuat kecantikan Arabella terpancar sempurna. Duduk di tengah ranjang dengan tampilan mengundang.

Lelaki itu menggeram tertahan. Aaron pikir, Arabella hanyalah sekuntum bunga yang masih kuncup. Tapi ternyata Aaron salah. Gadis itu, layaknya bunga mekar yang menantang kumbang untuk menghisap madunya.

"Jangan sakiti Jason lagi. Apa pun yang akan kami lakukan, kau tidak berhak ikut campur." Arabella turun dari atas ranjang. "Aku mencemaskan keadaan Jason, biarkan aku menyusulnya."

Arabella bersiap meninggalkan kamar, tetapi dengan gesit Aaron menarik lengan gadis itu. "Saya tidak mengizinkannya."

"Kau tidak berhak melarangku!" desis Arabella, berusaha melepaskan diri dari Aaron.

Ketika Arabella mengempaskan tangan Aaron, lelaki itu justru menarik tubuh Arabella ke dalam dekapannya. Kedua lengan kekarnya memeluk Arabella dengan possessive. Kemudian, Aaron menunduk dan berbisik tepat di telinga nonanya, "Apa Anda benar-benar menginginkan jawaban atas pertanyaan kedua Anda tempo hari?"

"Kau-"

"Tidak perlu mencari jawaban dari orang lain. Saya bisa menjawabnya."

Entah kegilaan apa yang merasuki Aaron sehingga ia bisa berkata selancang itu terhadap Arabella. Dan ia tidak ingin mendengar tanggapan Arabella atas sikap anehnya. Yang jelas, bunga mekar di dalam dekapannya telah memercikkan api gairah yang membakar tubuhnya.

Aaron melonggarkan pelukannya, secepat kilat meraih tengkuk Arabella dan melumat bibir gadis itu dengan hasrat menggelora. Gairah itu semakin memuncak ketika Arabella membalas lumatan dengan sama panasnya.

Saling membagi kenikmatan hingga rasanya mereka tidak ingin mengakhiri bibir yang saling bertaut. Aaron merasakan pusat tubuhnya terperangkap di bawah sana, semakin terasa sesak dan ingin dibebaskan. Sesaat, ia tersadar dari kegilaan itu.

Aaron mengakhiri ciumannya, kedua tangannya menangkup wajah Arabella. "Tolong hentikan saya, Nona. Anda boleh menampar saya dan menyadarkan siapa saya di mata Anda."

Arabella terdiam, bibirnya setengah terbuka. Dengan lembut, Aaron mengusap bibir basah Arabella dengan ibu jarinya. Mata hazel gadis itu mengerjap sayu, kemudian menggeleng perlahan. "Aku tidak memiliki alasan untuk menghentikanmu," lirihnya, hampir tidak terdengar.

Dan Aaron tidak perlu mendengar jawaban untuk kedua kali. Gairahnya semakin meroket. Kali ini, ia tidak bisa mengendalikan diri lagi. Ia memutuskan untuk menerima tantangan sang bunga yang tengah mekar, bersiap menghisap madu. Mencecap rasa manis dari gadis polos di dalam dekapannya.

Aaron merunduk, mengecup leher jenjang Arabella. Gadis itu tersentak, refleks mencengkeram kaos milik Aaron erat-erat. Desahan lirih keluar dari bibir ranumnya, membuat Aaron semakin tidak bisa mengontrol akal sehatnya. Aaron semakin bersemangat menciptakan jejak kemerahan di leher gadis itu, sementara jari-jarinya menarik ritsleting gaun yang terletak di bagian punggung Arabella.

Sejenak, Aaron menghentikan kecupannya. Kedua tangan kekarnya mengusap pundak Arabella, perlahan menggeser posisi gaun di bagian sana, hingga gaun biru itu meluncur dan bermuara di lantai. Aaron mundur selangkah. Kilatan gairah di matanya menyorot tajam pada tubuh setengah telanjang di hadapannya.

Gadis itu berdiri tegak dengan rona merah menjalar di wajah. Meremas jemari sembari menggigiti bibir bawahnya. Sangat seksi. Aaron bisa dengan jelas menatap tubuh indah berkulit halus itu, semakin terlihat sempurna dengan lekukan di beberapa bagian.

"Anda masih memiliki waktu untuk menolak, Nona." Aaron berucap dengan suara serak. Setitik kesadarannya mencoba mengetuk akal sehat Aaron. Tetapi sayang, Arabella tidak melakukan penolakan sedikit pun, sehingga hanya dalam hitungan detik, hawa nafsu kembali menguasai lelaki itu.

"Lakukan semaumu. Mulai malam ini, aku milikmu."

Suara jernih itu, layaknya desahan bidadari yang menggoda Aaron untuk segera menyentuh di seluruh bagian tubuhnya. Di wajah ayunya, di dada yang tidak terlalu besar tetapi terlihat ranum dan menggoda, di pinggang yang ramping seperti gitar Spanyol. Tidak hanya itu, kaki jenjang itu pun tidak akan luput dari sentuhan Aaron. Lalu, sebuah celah di antara kedua paha yang saat ini masih tersembunyi di balik secarik kain berwarna hitam dengan aksen renda di bagian tepi.

Aaron menelan saliva, berusaha menetralkan detak jantungnya. Akan tetapi, makhluk cantik di hadapannya tidak mampu membuat jantung Aaron berdetak normal. Arabella, gadis tercantik yang belum pernah Aaron lihat sebelumnya.

"Anda memiliki waktu enam puluh detik. Lewat dari itu, maka Anda tidak bisa menghentikan saya lagi." Tangan Aaron terulur, menyelipkan rambut panjang Arabella ke balik telinga.

"Aku hanya membutuhkan waktu satu detik untuk meyakinkan diriku sendiri. Aku tidak ingin melarikan diri."

Tepat saat Arabella menyelesaikan ucapannya, Aaron menarik wajah Arabella dan kembali memagutnya. Kedua bibir mereka bertaut, saling bertukar kenikmatan. Lalu, dengan langkah seirama, mereka melangkah menuju ranjang. Aaron mendorong tubuh Arabella hingga gadis itu terhempas pasrah di atas peraduan.

Aaron merunduk dan mengeksplore tubuh Arabella dengan sentuhan lembut dan kecupan hampir di seluruh tubuh gadis itu, meninggalkan jejak basah dan panas di mana-mana. Membuat Arabella tidak berdaya oleh serangan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Ya, sentuhan Aaron menciptakan sensasi asing yang menjalar ke seluruh pembuluh darah Arabella. Membuat tubuhnya gemetar dan napas terengah-engah. Tolong! Serangan kenikmatan itu sudah membuatnya menggila.

Lagi-lagi Arabella hanya pasrah ketika Aaron melucuti sisa kain terakhir yang membalut tubuhnya. Lantas, gadis itu mengerang perlahan oleh sentuhan lembut Aaron di celah tersembunyi yang kini terasa lembab.

"Aaron, please!" Arabella memohon dengan tatapan sayunya.

Aaron berdiri tegak dan membuka kaos yang dikenakan. Sembari membuka gesper dan ritsleting celana, ia berucap, "Anda bisa memukul saya jika tidak ingin melanjutkan permainan ini."

Akan tetapi, Arabella tidak bisa berucap meski hanya sepatah kata, terlebih ketika lelaki itu melepas pakaian terakhirnya. Arabella bergegas memalingkan wajah, tidak kuasa melihat pemandangan di hadapannya. Tubuh Aaron yang berkulit kecokelatan, dan ... ahhh ... Arabella merasa malu untuk mendeskripsikan sesuatu yang baru saja ia lihat.

Arabella menggigit bibirnya lagi sembari memejamkan mata. Perlahan, ia merasakan gerakan Aaron, naik ke atas ranjang dan mengungkung tubuh Arabella. Gadis itu mampu merasakan desah napas Aaron yang terasa menggelitiki telinganya.

"Maaf, Nona Ara," bisikan Aaron membuat Arabella semakin gemetar. Apa yang akan terjadi setelah ini? Kulit mereka yang bersentuhan tanpa penghalang sedikitkan, memercikkan hasrat dan membakar tubuh keduanya.

"Aaron ...." Arabella memberanikan diri membuka mata. Ia menemukan wajah Aaron begitu dekat dengan wajahnya. Perlahan, jemari lentik Arabella bergerak menyentuh bulu-bulu halus di rahang tegas Aaron.

Lelaki itu mendesis, kemudian Arabella merasakan benda asing menyentuh miliknya di bawah sana. Napas Arabella semakin memburu, dan sekali lagi Aaron mengucapkan kata maaf. Detik selanjutnya, Aaron menghentakkan tubuhnya dan Arabella menjerit tertahan.

Aaron tahu, Arabella merasakan perih di bawah sana, tetapi Aaron tidak mungkin menghentikan gerakannya. Untuk mengalihkan perhatian, Aaron mencium bibir Arabella. Dan ketika gadis itu mulai menikmati ciumannya, Aaron kembali menghentak lagi.

Arrrgh! Damn it! Arabella terlalu sempit dan membuat Aaron harus berusaha lebih keras lagi. Berkali-kali ia menghentak hingga akhirnya ia menembus batas yang menghalanginya. Arabella mencengkeram punggung Aaron kuat-kuat, menahan perih di pusat tubuhnya.

"Tidak apa-apa," lirih Aaron sembari mengecup air mata yang membasahi pipi Arabella.

Setelah dirasa Arabella mulai terbiasa dengan kehadiran benda asing di dalam pusat tubuhnya, Aaron kembali bergerak. Awalnya, Arabella meringis kesakitan, tetapi perlahan rasa sakit itu berganti dengan sebuah kenikmatan.

Kulit kecokelatan Aaron bermandikan keringat. Ini pertama kalinya Aaron bercinta dengan perawan, dan sensasinya berbeda jauh ketika ia melakukannya dengan wanita lain. Arabella membungkus milik Aaron dengan rapat. Panas menyatu dalam sebuah gairah yang tidak berkesudahan.

Aaron dengan begitu hebatnya membawa Arabella melayang merasakan surga dunia. Membuat gadis itu mengerang menggapai puncak kenikmatan. Denyutan panas di dalam sana membuat Aaron tidak bisa menahan diri lagi. Ia mempercepat gerakannya, hingga pada akhirnya menyusul Arabella. Membenamkan diri jauh di dalam tubuh Arabella, meledak lalu menyemburkan cairan panasnya di dalam sana.

Wajah Aaron menyuruk ke leher Arabella, kemudian tubuh kekarnya ambruk mendekap Arabella erat-erat. Tolong, Aaron tidak rela jika ia harus melepaskan diri dari bunga yang baru saja ia hisap madunya. Jadi, biarkan tubuh mereka tetap menyatu seperti ini.

***

To be Continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro