Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 15

"Ingin menghindar. Tetapi sayang, gadis polos itu terlalu menantang."

- Aaron Maxwell -

-----------------------

Dua hari tanpa Aaron sangatlah membosankan. Yeah, sepertinya Arabella mulai memiliki sifat ketergantungan terhadap pengawalnya. Setiap malam bahkan ia selalu sulit memejamkan mata karena memikirkan lelaki itu. Ini gila! Terlebih ketika Arabella mendapatkan laporan dari mantan pengawalnya. Aaron terlihat beberapa kali menemui Osvaldo, dan selalu bermalam di hotel bersama Carrolyn.

Menyebalkan, bukan? Jangan kira Arabella tidak tahu apa yang dilakukan Aaron bersama kekasihnya. Shit! Kenapa Arabella sibuk memikirkan Aaron, sedangkan Aaron sedikit pun tidak pernah memikirkan Arabella. Bersenang-senang bersama Carrolyn dan melupakan Arabella?

Oh, betapa menyedihkan cinta bertepuk sebelah tangan. Dari sekian banyak lelaki, kenapa Arabella harus jatuh hati pada lelaki dewasa yang memandangnya dengan sebelah mata?

Bunyi beep mengalihkan perhatian Arabella, ia bergegas memeriksa ponsel. Laporan terbaru, berisi foto Aaron yang baru saja turun dari mobil dan memasuki sebuah butik perhiasan. Double shit! Untuk apa mereka datang ke tempat itu? Membeli cincin pertunangan? Oh, Arabella patah hati.

Gadis itu tidak terima seandainya Aaron bertunangan dengan Carrolyn. Yah, Arabella tahu, ia tidak berhak melarang Aaron melangkah ke jenjang yang lebih serius dengan kekasihnya. Tetapi kenapa harus secepat itu? Ayolah, Arabella tidak ingin jika nanti Carrolyn terlalu mengekang Aaron sehingga lelaki itu memutuskan mundur dari pekerjaan saat ini. Ingat bagaimana si Pirang itu cemburu melihat Arabella?

Merasa kesal, Arabella menekan nomor ponsel Aaron. Menunggu beberapa detik hingga suara baritone menyapanya dari sana.

"Ya, Nona? Ada masalah?"

Ya, kau masalahnya! Arabella mendengus dalam hati. "Tidak, hanya saja aku sedang kesepian."

"Perlu saya perintahkan seluruh maid untuk menemani Anda?"

Aku hanya ingin kau yang menemaniku! "Tidak perlu, Aaron. Aku hanya ingin tahu kapan kau kembali."

"Saya belum bisa memastikan. Mungkin lusa, atau—"

"Dan malam ini aku harus merayakan ulang tahun sendirian?"

"Saya akan meminta maid untuk menyiapkan perayaan ulang tahun Anda."

"Kau tidak akan datang? Ayolah, Aaron. Saat ini hanya kau satu-satunya temanku. Atau aku harus meminta Jason dan teman-temanku yang lain menyusul ke sini?"

"Big no!" sergah Aaron cepat. "Jangan mengundang orang asing ke tempat persembunyian kita."

"Jika malam ini kau tidak datang, aku tidak peduli apa pun. Jason akan datang ke sini."

"Nona Ara!"

"Setiap tahun aku selalu melewati perayaan ulang tahun yang membosankan."

Hening sesaat. Kemudian Aaron berucap, "Baiklah, saya usahakan malam ini saya tiba di sana."

"Promise?"

"Jika saya sudah menyelesaikan urusan saya—"

"Aish ... terlalu banyak alasan. Memangnya sekarang kau sedang apa?"

"Anda tidak perlu tahu. Saya sedang sibuk."

"Berkencan dengan Carrolyn?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Bertemu dengan teman lama."

"Wanita?"

"Laki-laki."

"Oh, baiklah." Arabella menghela napas kasar. Aaron jelas berbohong.

"Tidak ada hal mendesak lainnya? Kalau begitu teleponnya saya tutup. Jaga diri baik-baik. Jangan izinkan siapa pun masuk ke kamar Anda kecuali para maid. Selamat siang."

Sambungan terputus. Arabella mendengus. Selamat siang? Seformal itu? Dan apa tadi pesannya? Seolah Aaron bersikap possessive untuk menjauhkan Arabella dari lelaki lain, meski itu demi kebaikan Arabella sendiri.

"Tidak adil. Kau selalu tidur di kamar yang sama dengan Si Pirang, tetapi kau tidak mengizinkan lelaki lain memasuki kamarku. Apa hakmu mengaturku, huh?" Arabella melotot pada foto Aaron di ponsel.

Arabella mengempaskan tubuh ke atas tempat tidur. Tidak sabar menunggu nanti malam, untuk kali pertama merayakan ulang tahun bersama seseorang yang special di hatinya. Oh, Arabella merasakan jantungnya berdetak cepat. Bahkan saat lelaki itu tidak berada di dekatnya, sinyal cinta itu masih terasa.

Lima belas menit kemudian, Arabella mendengar keramaian di lantai satu. Penasaran, gadis itu keluar dari kamar dan melihat beberapa orang pengawal sedang menghias ruang tamu.

"Tuan Aaron meminta kami menyiapkan pesta ulang tahun Anda, Nona," jelas salah satu pengawal.

Arabella menuruni tangga, melangkah menuju dapur, terdapat keramaian yang sama. "Kalian memasak sesuatu yang special?" tanyanya sembari menunjuk aneka bahan makanan di atas pantry.

"Benar, Nona. Tuan Aaron meminta kami memasak untuk merayakan ulang tahun Anda nanti malam."

Arabella mengangguk-angguk. Aaron tidak sekaku itu, lelaki itu sangat manis, bukan? Lihatlah, meski dia tidak berada di tempat ini, tetapi ia sibuk merancang acara ulang tahun Arabella.

"Ah ya, siapkan pesta outdoor saja. Kalian bisa makan sepuasnya. Khusus untukku, siapkan kue tart kecil dan letakkan di ruang tamu."

"Baik, Nona."

Seulas senyum terkembang di bibir Arabella. Merayakan ulang tahun bersama Aaron, itu sangat menyenangkan. Tepat saat jam berdentang dua belas kali, dan usianya bertambah satu tahun, Arabella akan meniup lilin di hadapan lelaki yang dicintai. Pertama kali dalam hidupnya.

***

Arabella duduk di depan cermin, dengan hati-hati memasang anting panjang di kedua telinga. Wajahnya sudah dipoles make up tipis, sementara tubuh rampingnya terbalut gaun bermotif bunga-bunga dengan aksen renda di bagian dada. Gaun sleevless yang memperlihatkan bahu serta dada dan leher yang berkulit putih mulus.

Ia melirik jam digital di atas nakas, pukul 22.00 dan tidak ada tanda-tanda helikopter mendarat di landasan. Parahnya, ponsel Aaron tidak bisa dihubungi sejak sore tadi. Entah kenapa lelaki itu seperti menghilang tanpa kabar.

Jemari lentik Arabella hampir saja menelepon mantan pengawalnya dan ingin menanyakan keberadaan Aaron, tetapi tidak. Arabella tidak ingin mendengar apa pun. Ia takut seandainya saat ini, Aaron kembali check in di hotel ataupun bertandang ke apartemen Carrolyn. Itu terlalu menyakitkan.

Aaron tidak mungkin mengecewakan Arabella, bukan? Masih ada waktu seratus dua puluh menit sampai tiba saat Arabella merayakan detik kebahagiaannya. Ia hanya perlu sabar sebentar, barangkali Aaron masih di dalam perjalanan.

Arabella beranjak dari kursi, menatap lekuk tubuh indahnya di dalam cermin. Rambut kecokelatan tergerai melewati pundak kiri. Aksen renda tipis di bagian depan, memperlihatkan sebagian celah di antara kedua dada. Cantik dan seksi. Tidak ada alasan bagi Aaron untuk menyebut Arabella sebagai bocah lagi.

Arabella melangkah meninggalkan kamar, menuruni anak tangga dengan perlahan. Di luar sana terdengar ramai. Para pengawal dan maid berpesta barbeque. Arabella sudah berpesan, untuk malam ini hingga besok, tidak ada seorang pun yang boleh memasuki villa. Hari yang special, Arabella hanya ingin menatap wajah Aaron.

Sebuah kue berbentuk menyerupai hati dengan garnish kelopak mawar, terhidang di atas meja ruang tamu. Lilin berangka 18, menancap di bagian tengah kue. Arabella duduk sembari tersenyum, mencoba menetralkan jantung yang mulai berdetak tidak karuan.

Oh, astaga! Belum pernah Arabella merasa gelisah seperti ini. Seperti seorang putri yang sedang menantikan kehadiran sang pangeran. Hem ... jatuh cinta dan gila memang beda tipis. Arabella menarik napas dalam-dalam. Suara riuh tawa di luar sana semakin membuat Arabella tidak sabaran. Jika mereka bisa bahagia, seharusnya Arabella merasakan hal yang sama. Tetapi tidak, kehadiran Aaron yang tak kunjung tiba, membuat Arabella tertunduk lesu.

Gadis itu masih duduk di hadapan kue sampai jam menunjukkan pukul 00.00. Aaron mengingkari janji. Dada Arabella terasa sesak, memadamkan lampu, kemudian menyalakan lilin. Kesepian semakin terasa. Mungkin seharusnya Arabella bergabung dengan pesta di luar. Ia buru-buru menggeleng. Aaron akan marah jika melihat Arabella mengenakan pakaian setengah terbuka di hadapan lelaki lain.

Tatapan Arabella tertuju pada batang lilin yang terbakar dan perlahan meleleh. Sebentar lagi pasti Aaron datang. Arabella akan menunggu sembari menyalakan televisi. Duduk di sofa untuk menyaksikan film romance. Berjam-jam, dan lelaki itu bagai menghilang ditelan bumi. Arabella kecewa, ia menyandarkan tubuh ke punggung sofa, perlahan kantuk menghampirinya.

***

Arabella mengerjap. Suara bel pintu sangat mengganggunya. Ia menemukan dirinya tertidur di sofa. Tatapannya beralih ke atas meja, di mana lilin sudah terbakar habis hingga lelehannya mengotori permukaan kue. Aaron tidak datang, dan Arabella tahu apa penyebabnya. Carrolyn, pasti.

Bel kembali berbunyi, dengan malas Arabella membuka pintu. Ia menemukan Aaron sudah berdiri tegak di hadapan Arabella, ransel hitam masih menggantung di pundak lelaki itu.

"Kau mengingkari janji," sembur Arabella, suaranya bernada dingin.

"Maaf, kemarin saya masih sibuk."

"Hei, Gadis Manja!" Seorang wanita berambut pirang muncul dari belakang Aaron. "Seharusnya kau berterima kasih karena Aaron sudah memerintahkan anak buahnya untuk menyiapkan pesta ulang tahunmu."

"Dia!" Arabella menatap Aaron tidak percaya. "Kenapa si Pirang ada di sini?"

"Saya yang mengajaknya."

Carrolyn tertawa. "Aaron tidak bisa terlalu lama jauh dariku, kau tahu itu?"

"Aku tidak akan mengizinkan orang asing menginjak villaku!" seru Arabella sembari menarik Aaron masuk, lantas menutup pintu dan menguncinya. "Pergilah, kau, Pirang! Aku tidak ingin melihatmu di sini!"

"Nona Ara, saya yang mengajak Carrolyn ke sini. Mengertilah." Aaron mencoba membujuk Arabella.

"Jika si Pirang berani masuk ke sini, aku akan membunuhnya," dengus Arabella sembari melangkah meninggalkan Aaron. Mengabaikan Carrolyn yang berteriak dan menggedor pintu.

"Nona Ara, jangan merajuk seperti anak kecil." Aaron meletakkan ransel di kursi, setengah berlari mengejar Arabella.

"Kau sudah terlanjur mengecewakanku, Aaron. Kau membuat ulang tahunku terasa sangat menyedihkan."

"Nona Ara, saya minta maaf."

"Kau lihat kue dengan lilin yang meleleh di atasnya? Semalaman aku menunggumu, tetapi kenyataannya kau tidak mempedulikanku!" Arabella menatap Aaron dengan mata berkaca-kaca. "Kau justru bersenang-senang dengan kekasihmu! Aku kecewa padamu, Aaron!"

Arabella berlari menuju kamar, Aaron membuntutinya. Gadis itu berusaha menutup pintu kamar dan tidak mengizinkan Aaron masuk, tetapi Aaron terlebih dahulu menahan daun pintu dengan sebelah lengannya.

"Pergilah, aku tidak ingin melihatmu!" seru Arabella, mendorong pintu sekuat tenaga. Dengan sekali hentak, Aaron balas mendorong pintu kuat-kuat hingga gadis itu terhuyung ke belakang dan hampir saja terjatuh jika saja Aaron tidak bergegas menahan punggungnya.

"Dengarkan penjelasan saya," bujuk Aaron. Ia mencengkeram kedua lengan atas Arabella, tidak mengizinkan gadis itu memberontak lagi.

"Penjelasan apa? Bahwa kau setiap malam tidur dengan Carrolyn? Kau pergi meninggalkanku untuk menemuinya, bukankah begitu? Dan sekarang kau mengajak wanita itu ke sini."

"Lalu apa masalahnya?"

"Kau ingin memperdengarkan desahan kalian di villa ini? Menjijikkan!"

"Anda tidak berhak mengatur kehidupan saya."

"Selama kau menjadi pengawalku, maka kau harus tunduk pada peraturan yang kubuat!"

"Termasuk peraturan yang melarang saya tidur dengan kekasih saya sendiri?"

"Apa bedanya dengan kau yang melarangku bergaul dengan lelaki lain?"

Aaron mencengkeram lengan Arabella kuat-kuat. Mata elangnya menghunjam tajam pada mata berkaca-kaca milik Arabella. "Seharusnya Anda paham, saya seorang lelaki dewasa."

"Dan seharusnya kau berhenti menganggapku bocah!" Arabella memberontak, tetapi cengkeraman Aaron justru semakin menguat. Napasnya mulai tersengal, antara lelah dan rasa kecewa yang menyesakkan dada. "Lepas, Bodoh!"

"Biarkan Carrolyn tinggal di sini. Anda pasti mengerti alasannya."

"Tidak akan kuizinkan!"

"Nona Ara!"

"Jika kau membawanya ke sini hanya untuk menjadikannya sebagai pelampiasan hasratmu, aku bisa menggantikannya!"

"Shut up!" Aaron mendorong tubuh Arabella hingga punggung gadis itu membentur dinding. "Tolong jangan membuat saya menjadi lelaki jahat karena berani menyentuh seseorang yang seharusnya saya jaga."

"Menyentuhku bukan sebuah kejahatan, Aaron. Aku yang menawarkan diri." Nada suara Arabella menurun, bibirnya setengah terbuka. Memandang Aaron dengan tatapan sayu.

Dada Aaron naik turun seiring napas yang terengah-engah. Kedua tangannya mengepal, menahan gejolak di dalam dirinya. Mata elangnya mengawasi Arabella dari ujung kaki hingga ujung rambut. Dress setengah terbuka yang menampakkan lekukan tubuh nan menggoda. Kaki jenjang, lengan dan pundak yang terlihat putih mulus. Lalu, leher yang menantang seolah meminta lelaki manapun untuk meninggalkan jejak kepemilikan di sana.

"Lakukan sesukamu, Aaron. Mulai detik ini aku milikmu."

***

To be Continued

Di Karya Karsa udah sampai Part 34 ya

😍😍😍

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro