Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 10

"Kegilaan apa yang membuatku untuk pertama kalinya membela pengawalku dari kemarahan ayahku?"

- Arabella Smith -

--------------------

"Awww ... sakit! Pelan-pelan, Aaron!" Arabella berseru.

"Berhenti berteriak. Orang lain akan mencurigai kita."

"Jangan terlalu ditekan, sakit sekali."

Aaron menghentikan gerakan tangannya, menyingkirkan kain berisi bongkahan es batu dari pundak Arabella. "Putri seorang pemimpin mafia terkuat di negeri ini, pantang mengeluh seperti itu. Jadilah seorang yang tangguh seperti ayah Anda."

"Putri mafia putri mafia. Pada dasarnya aku hanya wanita biasa."

"Berhenti mengeluh. Memangnya siapa yang meminta Anda membela saya dari kemarahan Tuan Osvaldo?" Aaron kembali meletakkan kain di bahu Arabella. Dinginnya bongkahan es sedikit mengurangi rasa sakit pada luka memarnya.

"Aish ... seharusnya kau berterima kasih padaku. Jika aku tidak datang tepat waktu, bisa jadi Dad sudah membunuhmu."

"Anda pikir saya senang dengan tindakan yang Anda lakukan?"

"Hem? Sudah sepatutnya kau senang." Arabella mendesah, menunjuk pundaknya. "Agak ke belakang sedikit."

"Anda menjatuhkan harga diri saya sebagai seorang lelaki. Tidak ada seorang lelaki sejati yang berlindung di balik tubuh seorang gadis. Setidaknya, mati adalah tindakan terhormat dibanding terlihat seperti pengecut dan mengorbankan orang lain."

"Jadi menurutmu harga diri jauh lebih berharga daripada nyawa?"

"Tentu saja."

"Aku benar-benar tidak memahami cara berpikir orang-orang seperti kalian." Arabella menepis tangan Aaron, kemudian membenarkan posisi blouse-nya. Beranjak dari tempat duduk, kemudian mendorong tubuh Aaron hingga lelaki itu terduduk di sofa. "Aku akan mengobati lukamu."

"Tidak perlu."

"Ini perintah." Arabella membasahi sehelai kain lembut yang sudah tersedia di meja. Duduk di samping Aaron, lalu membersihkan sisa-sisa darah yang sudah mengering di sudut bibir serta luka memar di wajah lelaki itu. Arabella melakukannya dengan hati-hati.

Sementara Aaron hanya bisa menghela napas kasar. See, hanya luka kecil saja, tetapi Arabella sibuk layaknya dokter yang sedang bersiap-siap melakukan operasi bedah pada pasiennya. Mata abu-abunya memicing, memastikan jika luka di wajah Aaron benar-benar bersih dan steril.

Setelah menyelesaikan tahap pertama, Arabella mengambil salep antibiotik dari kotak P3K. Jari-jari lentik itu bergerak lembut, mengoleskan salep pada luka Aaron. Apa Arabella memang selalu bersikap sebaik ini pada bodyguard-nya? Aaron bertanya-tanya dalam hati. Sebesar itukah perhatian Arabella?

"Ini hanya luka kecil," desis Aaron.

Arabella menghentikan gerakan jarinya lalu melotot pada Aaron. "Apa? Mau mengatakan kalau mengobati luka kecil dengan antibiotik juga termasuk hal-hal yang menjatuhkan harga diri?"

"Anda selalu melakukan ini pada pengawal Anda yang terluka?"

"Tidak." Arabella menggeleng. "Hanya kepadamu."

"Why?"

Arabella terdiam sejenak. "Kau terluka karena kesalahanku. Wajar bukan jika aku berusaha mempertanggungjawabkannya?"

"Hanya itu?"

Arabella menutup salep dan meletakkannya ke tempat semula. Ia mengangguk, tetapi sesaat kemudian ia kembali melotot pada Aaron. "Hei! Kau tidak sedang berpikir jika aku melakukan ini karena tertarik padamu, 'kan?"

"Saya tidak mengatakannya."

"Tetap saja, secara tidak langsung kau sedang mencurigaiku. Aku tekankan sebelum kau berpikiran yang tidak-tidak. Aku melakukan ini murni karena kasihan padamu yang harus menanggung kesalahanku. Sekalipun kau sudah menciumku, ciuman itu tidak berarti apa-apa untukku."

"Biar saya tekankan juga, semalam saya tidak berniat mencium Anda, tapi hanya sekadar menjawab pertanyaan Anda. Jadi jangan sebut itu sebagai ciuman, itu hanya jawaban. Tolong dibedakan."

"Okay, fine! Dan jangan lupa kau masih berhutang satu jawaban padaku."

Aaron mengacak rambut frustrasi. Bocah itu masih membahas hal yang sama! "Louis Hilton yang akan menjawab pertanyaan kedua Anda."

"Kau bercanda?" Arabella menaikkan kedua alis. "Aku tidak tahu kapan Louis Hilton akan menikahiku. Dan aku harus menunggu jawaban selama itu?"

"Apa Anda sepolos itu? Jika saya menjawabnya, artinya Anda menyerahkan mahkota yang paling berharga. Setelah saya mengambilnya, saya tidak bisa mengembalikannya lagi."

"Lantas?"

"Jangan gila. Saya tidak tidak berminat untuk bermain dengan bocah seperti Anda. Jadi, lupakan saja pertanyaan itu."

Tanpa menunggu jawaban Arabella, Aaron beranjak dari sofa dan meninggalkan gadis itu. Oke, mulai saat ini Aaron akan berusaha menjaga jarak dari nonanya. Bagi Aaron, berada di samping gadis seperti Arabella jauh lebih berbahaya dibanding berdekatan dengan pembunuh nomor satu di dunia.

Meminta Aaron untuk menjawab pertanyaan kedua Arabella? Sinting! Kalau Aaron berani melakukan hal itu dan Osvaldo tahu, maka hanya dalam hitungan detik kepala Aaron bisa saja terpenggal dan dibuang ke lautan. Maka, saat ini satu-satunya terbaik adalah menghindari Arabella.

***

Aaron mengetuk pintu ruangan Osvaldo. Beberapa saat lalu ia mendapat info jika Osvaldo menunggu di ruangan pribadinya. Pasti ada hal penting yang ingin dibicarakan. Atau mungkin Osvaldo akan memecat Aaron karena insiden penyanderaan Arabella? Entahlah.

Setelah Osvaldo mempersilakan masuk, Aaron membuka pintu. Lelaki tua itu duduk di balik meja kerja. Seperti biasa wajahnya menampakkan sikap arogan khas seorang penguasa.

"Duduklah, aku ingin membicarakan hal penting."

"Baik, Tuan." Aaron duduk dengan tegak di hadapan Osvaldo.

"Selama ini Arabella tidak pernah terlihat begitu mempedulikan pengawalnya." Osvaldo membuka pembicaraan. "Melihat kejadian tadi, aku menyimpulkan satu hal. Putriku nyaman berada dalam perlindunganmu."

"Saya tidak pernah meminta Nona Arabella membela saya di hadapan Anda."

Bukannya marah, Osvaldo justru terkekeh. "Tentu saja aku tahu itu. Arabella bukan seorang anak yang mudah diatur, terlebih oleh orang asing. Jika dia melakukannya, maka itu atas kehendaknya sendiri. Arabella melihatmu dengan cara yang berbeda."

"Maksud Anda?"

"Dulu, putriku sering mengeluh karena kesepian. Ia sering berandai-andai memiliki seorang kakak atau adik yang bisa diajak bermain bersama. Dan sejak kehadiranmu, sepertinya Arabella menemukan sosok yang selama ini didambakannya. Arabella melihatmu sebagai seorang kakak, itulah mengapa ia berusaha membela dan melindungimu ketika aku memberikan hukuman padamu."

Tidak ada seorang adik yang mengajak kakaknya bercinta! Aaron menghela napas, tidak memiliki kata-kata untuk menanggapi kalimat Osvaldo.

"Hai, Dad! Kau memanggilku?"

Aaron hampir saja terlonjak mendengar suara khas Arabella. Bocah itu! Dia diundang ke ruangan ini bersamaan dengan Aaron? Untuk apa? Peresmian hubungan kakak dan adik? Aaron mengusap wajah kasar.

"Hai, Princess! Masuklah. Ada yang ingin aku sampaikan padamu dan Aaron."

Tanpa menoleh pun, Aaron bisa membayangkan seperti apa tubuh ramping itu berjalan gemulai dengan kakinya yang jenjang. Benar saja, dalam hitungan detik, aroma parfum milik Arabella terasa menyengat hidung.

"Hai, Aaron. Kita bertemu lagi." Gadis itu tersenyum. Manis. Rambut panjangnya digelung ke atas, mempertontonkan leher berkulit putih mulus.

"Biar aku jelaskan." Osvaldo menyesap kopi hitam dari cangkir kesayangannya sebelum ia melanjutkan, "Aku mempercayakan putriku padamu, Aaron. Tapi, aku mencemaskan keadaan Arabella. Seperti kejadian persekongkolan kalian yang mengakibatkan Arabella disandera hanya karena Aaron terlalu mudah menuruti perkataan Arabella. Aku hanya ingin mengatakan, saat ini kota ini tidak aman untuk kalian."

"So?" Arabella menarik toples kacang almond di tengah meja dan mencomot isinya.

"Untuk sementara, aku ingin memindahkan Arabella ke pulau pribadiku. Dan kau, Aaron. Bertugas melindunginya di pulau itu."

"Dad!" Arabella memprotes. "Aku tidak ingin jauh darimu!"

"Hanya sementara, Ara. Setelah aku berhasil mengendalikan situasi, kau bisa pulang."

"Maaf, Tuan. Apa harus saya yang mengawal Nona Ara? Bisakah diganti dengan pengawal yang lain?"

"Untuk saat ini aku hanya mempercayakan putriku padamu. Di sana aku memiliki pasukan khusus untuk berjaga-jaga seandainya terjadi sesuatu. Pulau itu satu-satunya asset keluarga Smith yang tidak diketahui oleh lawan."

Damn! Di saat Aaron ingin menjaga jarak dengan Arabella, Osvaldo justru membuat keberadaan mereka semakin dekat. Bagaimana ini? Mungkin, Aaron bisa mengundurkan diri dari pekerjaan ini. Akan tetapi, ia tidak tega melepas Arabella dengan pengawal lain. Bukan apa-apa. Dengan kondisi Arabella yang masih labil dan memiliki rasa ingin tahu yang terlampau besar, Aaron takut jika gadis itu mengajukan pertanyaan kedua pada pengawal barunya.

Baiklah, Aaron tidak punya pilihan lain.

***

To be Continued

Di Karya Karsa udah sampai Part 28 ya...

Thanks yang udah vote & komen ❤❤❤


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro