7. Keraguan
Happy Reading
Vote⭐ komen skuy
•••••••
Suara tawa terdengar di dalam ruangan sebuah Karaoke, para pemuda-pemuda yang memiliki wajah boros itu tampak asyik bernyanyi, entah lagu apa dinyanyikan, yang jelas mereka hanya bersenang-senang.
Sungyong, nama pemimpin mereka terkekeh melihat perilaku teman-temannya, dia meneguk minuman yang ada di dalam kaleng, matanya melirik dua perempuan yang duduk disampingnya, salah satu dari perempuan itu masih setia menatap tajam dirinya.
Dengan santai tangannya memberikan sebungkus keripik kentang yang sudah terbuka. "Tidak perlu tegang seperti itu Soojin-ah," ucap Sungyong dengan senyuman meledek.
Soojin menepis bungkusan makanan ringan yang diberikan oleh Sungyong, tatapan perempuan itu tajam. "Kau akan menyesal," nadanya penuh ancaman.
Senyum yang sedari tadi terlukis dibibir Sungyong perlahan menghilang digantikan oleh tatapan datar. "Setelah berurusan dengan si brengsek Seojun, aku pastikan kau juga akan menyusul bedebah itu Kang Soojin," ujarnya gantian mengancam, tapi tentu saja perempuan disampingnya tidak takut.
"Kau bodoh, percaya bahwa aku adalah pacar Seojun, pantas saja kau dimanfaatkan oleh Park Saemi," ejek Soojin.
Sungyong berdiri, dia menatap Soojin dengan bengis, sedangkan yang ditatap tidak gentar sama sekali beda halnya dengan Jukyung yang bergidik disamping Soojin. Ketika Sungyong ingin berbicara, ponselnya bergetar, dia mengangkatnya setelah melihat siapa nama yang meneleponnya.
Beberapa detik Sungyong menelepon kemudian dia memperlihatkan layar handphonenya ke hadapannya Soojin, perempuan itu bisa melihat wajah Saemi di dalam layar ponsel itu.
"Halo Kang Soojin, senang dengan tempatnya?" Saemi tersenyum mengejek dengan pertanyaan sarkastik.
Soojin menatap Saemi dengan datar. "Aku tidak menyangka kau akan menyuruh pacarmu melakukan hal ini," ujar Soojin membalas ejekan Saemi, bukan maksud memanasi tapi Soojin sengaja mengulur waktu supaya Seojun datang disaat yang tepat, semoga saja pemuda itu tidak datang sendirian.
Bisa didengar Saemi mengutuk dirinya. "Dengar ya Kang Soojin, kalau kau pikir aku takut, jawabannya adalah tidak, karena kau tetap akan berurusan denganku," ujar perempuan itu.
"Tidak apa-apakan kalau kau dikasih pelajaran sedikit sebelum bertemu denganku," tambah Saemi sembari terkekeh.
Ingin rasanya Soojin memberikan pelajaran pada mulut Saemi.
"Oh apa itu? Bukankah aku bilang kau hanya bawa si perempuan brengsek ini?" Terlihat Saemi sepertinya me-notice Jukyung yang ada disebelah Soojin.
Sungyong menggaruk pipinya. "Tidak sengaja, lagipula dia sedang bersama Kang Soojin," jawabnya.
Saemi memutar bola matanya. "Apapun itu bereskan semuanya, aku tidak mau terlibat," perintah Saemi kemudian menutup video call-nya sepihak.
Sungyong terlihat merutuki ponselnya sebelum memasukkannya kembali ke dalam saku jaket yang dia pakai.
Kemudian dia mencondongkan wajahnya kearah Jukyung. "Ngomong-ngomong kau cantik juga, sudah punya pacar, hm?" Tanyanya menggoda. Jukyung mengalihkan wajah dan mendekat kearah Soojin, sedangkan Soojin menatap tajam Sungyong, lalu dia menendang tulang kering Sungyong sehingga pemuda itu mengaduh kesakitan.
"Ya! Bedebah!"
Belum selesai Sungyong protes kepada Soojin, tiba-tiba suara pintu terbuka dengan keras, hingga membuat teman-teman Sungyong terkejut, masih dalam keterkejutan, dua orang yang baru saja masuk dengan sangat tidak berperikepintuan melayangkan satu tendangan kearah perut orang-orang disana.
Dua orang yang kita tau adalah Suho dan Seojun itu tanpa sadar bekerjasama untuk menumpas kejahatan--lebih tepatnya menghajar antek-antek Sungyong.
Merasa tidak terima Sungyong berteriak dan menyerang Seojun, karena tujuannya memang pemuda bad boy itu, tentu saja Seojun berhasil menghindar dan balas menyerang.
Terjadilah keributan di dalam tempat karaoke, Seojun dan Suho sama-sama lihai dan tidak kesulitan walaupun lawan mereka banyak.
Berbuhung Soojin berada didekat Jukyung setidaknya dia harus melindungi perempuan ini karena dia bisa bela diri, tidak mungkinkan jika dia membantu dua pemuda yang sedang bergelut itu.
Niat hanyalah niat karena tiba-tiba salah satu temannya Sungyong datang ingin mendekati Jukyung, baru saja Soojin bersiap ingin menendang, Suho sudah menarik kerah belakang pemuda itu, hingga jatuh terjerembap keatas meja, Suho memutar badan pemuda itu sekaligus mengunci pergerakannya, sehingga membuat pemuda itu meringis kesakitan karena tangannya dan juga tubuhnya ditekan diatas meja.
"Jangan sentuh," desisnya tajam terhalang oleh suara-suara bising yang ada ditempat Karaoke.
Entah mengapa Soojin terpaku dengan tindakan Suho, pemuda yang dikenalnya kini benar-benar menatap dingin, melindungi seseorang yang dia cintai, dan sedihnya, itu semua bukan untuknya, melainkan untuk Jukyung. Kenapa rasanya sesak?
Soojin terlalu terpaku dengan Suho sehingga dia tidak menyadari kalau Sungyong menghampirinya, hendak melayangkan satu pukulan kearah pipi Soojin, tapi tangannya ditahan oleh seseorang.
"Pengecut, lawanmu akukan." Seojun menatap tajam, dia terlihat kesal karena Sungyong disaat terdesak melarikan diri darinya dan menghampiri Soojin.
"Sampah." Seojun meninju perut Sungyong hingga pemuda itu jatuh tersungkur memegangi perutnya.
Mendengar suara gaduh Soojin baru sadar bahwa dirinya nyaris terkena bogeman dari Sungyong, dia melihat kearah Seojun yang kini meliriknya tapi hanya sebentar sebelum dia mengalihkan pandangan kearah lain.
Soojin baru sadar.
Bukan hanya dirinya yang merasa sakit.
Pemuda didekatnya ini juga, bahkan mungkin melebihi Soojin.
"H-Han Seo---"
Suaranya terhenti karena beberapa petugas Karaoke datang diikuti oleh Sooah dan Taehoon, pasangan itu terlihat membuka lebar mulutnya ketika mendapati suasana Karaoke yang berantakan, banyak manusia-manusia yang terbaring mengenaskan.
"Jadi kalian berandalnya?" Pertanyaan retoris dari petugas Karaoke itu tertuju pada Suho dan yang lainnya tentu saja hal itu langsung mendapat respon gelengan dari Sooah setelah perempuan itu sadar dari rasa keterkejutannya.
"Bukan mereka pak, tapi yang dilantai itu," ujar Sooah sembari menunjuk. Taehoon mengangguk, sedangkan petugas itu hanya memasang ekspresi curiga. Tidak percaya.
••••••
"Kenapa kalian tidak memberitauku kalau kalian dapat masalah? Kenapa kalian selalu terlibat masalah tanpaku? Jika aku tidak menelepon Suho pasti aku tidak tau kalian dimana." Sooah mengomel diperjalanan dari kantor polisi, untungnya karena Soojin dan Jukyung memberi saksi bahwa mereka diculik, pihak polisi tidak memperpanjang masalah lagi.
Kembali lagi ke Sooah yang masih marah-marah, disebelah perempuan berambut pendek itu, Taehoon terlihat hanya bisa menggaruk kepala.
"Maaf Sooah-ya, kejadiannya sungguh mendadak," ujar Jukyung terlihat bersalah. Sooah melihat kearah Jukyung yang berada disampingnya, mereka berjalan dibaris depan. "Ahh jangan pasang wajah seperti itu, aku jadi lemah, pokoknya kalau kalian ada masalah, jangan hanya berdua saja," ucap Sooah sembari mengembungkan pipinya.
"Ralat sayang, tidak boleh ada masalah lagi," ujar Taehoon menanggapi ucapan pacarnya, pemuda itu berjalan dibelakang Sooah, disampingnya ada Suho yang terus menatap Jukyung.
Sooah masih akan protes sebelum matanya melihat kearah Soojin yang sedari tadi diam. "kang Soo ada apa? Kau sakit?" Tanya Sooah karena merasa aneh dengan teman pintarnya itu.
Mereka semua berhenti menatap Soojin yang berjalan di barisan belakang tepat disamping Seojun, karena merasa diperhatikan Soojin melihat kearah teman-temannya. "Ah aku hanya merasa tidak enak badan," ujarnya cepat.
Jukyung langsung berjalan kearah Soojin. "Apakah ada yang sakit? Bisa saja tadi ada yang kena pukul," ucap perempuan cantik itu.
Suho menghampiri Jukyung, dia menatap Soojin. "Lebih baik kita periksa ke rumah sakit," ujar pemuda itu. Melihat tatapan dari Suho membuat Soojin mengalihkan pandangannya.
"Tidak, tidak perlu, aku hanya ingin pulang," tolak Soojin.
"Tapi Soojin..."
"Dia bilang ingin pulang, berarti tidak ada apa-apa." Seojun yang sedari tadi diam angkat bicara, dia menatap Jukyung. "Kalian lebih baik pulang," tambahnya lagi.
"Kalau begitu aku akan mengantar Soojin, yakan sayang?" Sooah menatap Taehoon yang langsung disetujui.
Soojin menolak. "Tidak perlu, aku bisa sendiri, kalian pulanglah,"
Sooah berkacak pinggang ingin protes tapi tidak jadi karena Seojun berbicara. "Aku yang antar Soojin, kalian pulanglah."
"Kenapa kau yang antar Kang Soo? Nanti dia dapat masalah lagi," cara bicara Sooah sungguh pedas tapi Seojun tidak mengindahkan hal itu.
"Aku hanya bertanggung jawab atas kesalahanku," jawab Seojun santai.
Sooah ingin protes lagi tapi ditahan oleh Taehoon. "Sudahlah, kalau berdebat nanti semakin lama," ujarnya yang mau tidak mau berhasil membungkam Sooah.
"Kalau begitu aku mengantar Sooah dulu ya, kalian hati-hati," ujar Taehoon, kemudian dia menarik Sooah untuk mengikutinya, perempuan imut itu hanya bisa pasrah walau dengan wajah cemberut.
Setelah pasangan itu pergi, kini hanya tinggal empat orang yang hanya diam, kemudian Suho memecah keheningan. "Im Jukyung aku akan mengantarmu," ujarnya dengan ekspresi datar.
Jukyung melihat Suho kemudian dia mengangguk. "Soojin-ah hati-hati, jangan lupa istirahat ya," ucap Jukyung yang dibalas anggukan oleh Soojin.
"Oi Kau tidak bilang hati-hati padaku?" Protes Seojun.
Jukyung tertawa pelan lalu melambai pada Seojun. "Hati-hati Han Seojun, jaga Soojin-ah ya." Setelah itu Jukyung dan Suho berjalan meninggalkan mereka.
Suasana sepeninggalnya dua orang itu menjadi sangat hening dan aneh, bahkan Seojun saja yang biasanya tidak terlalu peduli menjadi dipersulit dengan keadaan ini.
"Han Seojun,"
Seojun menatap Soojin yang ternyata membuka suara duluan. "Kenapa diam? Bus terakhir akan segera tiba, jika kau ingin disini silahkan," ujar Soojin dengan nadanya yang datar. Dia berjalan begitu saja meninggalkan Seojun.
"Tunggu dulu."
Soojin berhenti, dia melihat kearah Seojun. "Apa?"
"Mau minum?"
Soojin menatap aneh atas pertanyaan Seojun, kemudian dia mendekati pemuda itu dan menyikut perut Seojun sehingga membuat pemuda itu meringis.
"Kenapa kau memukulku?" Seojun memegangi perutnya, sungguh serangan Soojin benar-benar tidak main-main.
"Kita masih sekolah, jangan menganggap umur kita dua puluhan, Han Seojun!" Peringat Soojin yang membuat Seojun menaikkan alisnya.
"Apasih, maksudku minum kopi, bukan minum alkohol, Kang Soojin," desis Seojun penuh penekanan.
Mendengar itu Soojin sama sekali tidak merasa malu karena salah, dia malah menyipitkan matanya penuh curiga. "Kenapa kau mengajakku?" Tanyanya.
"Tentu saja karena aku..."
Kalimat Seojun terhenti, dia juga bingung mengapa mengajak Soojin?mungkinkah karena merasa iba? atau merasa senasip karena tidak dilihat oleh orang yang disukai?
"Karena aku?" Soojin bertanya dengan pandangannya yang masih curiga.
"Karena aku ingin menghibur hatimu," jawab Seojun pada akhirnya dia memilih kalimat itu.
Diam beberapa saat untuk mencerna kalimat Seojun. "Kepalamu terbentur ya," balas Soojin, dia hanya menggeleng dan meninggalkan Seojun begitu saja.
Seojun kesal, dia mengejar Soojin. "Apa maksudmu? Aku ini sedang berbaik hati," jelasnya
Soojin mendengus. "Jangan out of character, Han Seojun, kau biasanya tidak peduli pada orang, hanya Jukyung yang kau anggap orang," ujar Soojin, nadanya terdengar aneh.
"Hah! Apa maksudmu?
Soojin memutar bola matanya, dia sungguh malas untuk menjelaskan. "Sudahlah lupakan."
"Kau... masih iri dengan Jukyung?"
Pertanyaan yang tiba-tiba itu sungguh membuat Soojin membeku. Tidak percaya hal itu keluar dari mulut Seojun, begitu tepat dan mengena.
"A-Apa maksudmu? Aku tidak..."
"Kau iya." Seojun memotong perkataan Soojin, dia menatap Soojin dengan sorot matanya yang seolah mengetahui semuanya
"Kang Soojin iri dengan Im Jukyung, dia selalu mendapat perhatian dari Lee Suho, benarkan?" Pertanyaan retoris dari Seojun membuat Soojin semakin terdiam, tangannya mengepal.
"Iya. Aku memang iri, aku sudah berusaha untuk mengenyahkan perasaanku, untuk menjadi baik, tapi semuanya tidak bisa hilang dalam sekejap, justru ketika dihadapkan lagi oleh kondisi ini, hatiku tidak bisa, aku.. aku juga ingin Lee Suho menatapku seperti itu, apakah itu salah? Apakah itu egois?" Soojin menatap Seojun yang masih memandanginya, dari sorot mata perempuan itu tampak frustasi, kesal dan bingung.
"Apakah itu salah? Apakah itu egois, Han Seojun?" Ucapnya lagi, tangannya mengepal, rasanya dia ingin sekali melampiaskan semuanya, dahulu dia melampiaskan ke telapak tangannya hingga mengelupas dan lecet, tapi sekarang dia tidak tau harus bagaimana.
"Iya, itu egois," jawab Seojun, kedua tangannya diletakkan ke dalam saku jaketnya. Matanya masih menatap Soojin, dia tau kondisi perempuan ini sedang tidak baik.
"Dan juga itu tidak sepenuhnya salah, tidak ada yang salah dengan kau yang masih menyukai Lee Suho, ataupun Suho yang menyukai Jukyung, begitupun sebaliknya, tidak ada yang salah disini," tambah Seojun lagi.
Mereka bertatapan seolah-olah ingin membaca satu sama lain dan mengatakan bahwa mereka mengerti tapi nyatanya Soojin memutus kontak duluan. Dia menghela nafas.
"Aku mengerti, maksudmu aku tidak boleh jadi jahat karena akan menyakiti Jukyung, benarkan?"
"Bukan begitu, maksudku..."
"Aku tanya padamu, apakah kau masih menyukai Im Jukyung?" Pertanyaan itu sukses membuat Seojun bungkam.
Pemuda itu terlihat enggan untuk menjawab dan Soojin langsung mendengus. "Dengarkan baik-baik Han Seojun, bahkan kau sendiri juga menginginkannyakan? Kau ingin Jukyung melihatmu, menatapmu lembut dan mengejarmu, benarkan? Kau hanya mencoba terlihat baik," ucap Soojin.
Karena tidak mendapati respon orang dihadapannya akhirnya Soojin berbalik meninggalkan Seojun, meninggalkan pemuda itu yang masih dalam keterdiamannya.
To be continued
Sorry lama update, karena sibuk hehe, nikmati cerita ini pelan-pelan ya dan maaf kalau ada typo ataupun kesalahan yang lain.
Silahkan tinggalkan jejak, terimakasih
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro