3. Kita sama?
Happy Reading
Vote komen skuy tinggal pencet bintang
~Fall in You~
•••••••
Senin adalah hari yang sangat jarang dinantikan oleh kebanyakan orang, khususnya murid-murid sekolahan, karena mereka akan bertemu dengan sekolah dan pelajaran.
Dan salah satu murid yang tidak suka dengan hari senin bahkan hari-hari sekolah lain adalah Han Seojun, pemuda dengan wajah tampan, tingginya gak nahan dan tatapannya yang tajam.
Tapi untuk hari ini dia datang ke sekolah pagi-pagi, sungguh jarang dan sangat langka, jika bisa diapresiasikan maka sebaiknya diberikan apresiasi.
Seojun datang memasuki sekolah yang masih sepi, tangannya dia masukan ke saku celana seragamnya, gayanya sungguh cool.
Ketika memasuki kelas dia langsung dihadapkan dengan suasana yang sepi, entah teman-teman sekelasnya yang malas atau dia yang terlalu rajin, atau jangan-jangan tiba-tiba ini adalah hari minggu, tentu saja untuk kalimat terakhir itu hanyalah kehaluan.
Awal mula Seojun datang pagi itu semua karena ibunya yang mengomelinya, lebih tepatnya permintaan untuk sesekali menjadi murid yang rajin walaupun itu hanya datang ke sekolah pagi-pagi, niat Seojun ingin mengabaikan dan lanjut tidur tapi setelah melihat tatapan ibunya yang penuh harap, dia urungkan dan inilah mengapa dia disini.
Ketika dia meletakkan tas dimejanya dan siap untuk melanjutkan tidur yang tertunda, sebuah suara terdengar dari meja guru. Seojun mengernyit, dia menatap meja itu sebelum dikejutkan oleh seseorang yang muncul dari sana.
"Kenapa kau muncul dari sana, hah?" Seojun menatap kesal orang tersebut.
Mendengar ada seseorang yang bersuara membuat orang yang muncul dari bawah meja guru itu menatap Seojun bingung.
"Aku sedang membersihkan kelas, apa itu salah?" Tanya orang itu.
Seojun berdecak, dia nyaris mengira itu adalah penghuni kelas atau semacamnya.
"Kau membersihkan kelas sendirian? Sepagi ini? Apa kau terlalu rajin atau tidak ada kerjaan eh Kang Soojin," tanya Seojun beruntun. Sebenarnya dia hanya mengalihkan rasa terkejutnya.
Kang Soojin menatap Seojun dengan tatapan heran. "Kau sendiri kenapa datang pagi? Apa sekarang kau sadar bahwa jadwal piketmu hari ini?" Dia malah mengembalikan pertanyaan Seojun.
"Aku piket hari senin?"
Soojin memutar bola matanya, ternyata pemuda ini bahkan tidak tau, bisa saja pemuda itu juga lupa hari. "Sudahlah lupakan, lanjutkan saja tidurmu," ujar Soojin menyudahi percakapan yang tidak penting.
Karena mendapat respon seperti itu membuat Seojun menerima saja dan melanjutkan ritual paginya, alias tidur di kelas, ketika dia ingin menelungkupkan wajahnya dibalik lipatan tangannya yang sudah lebih dulu diatas meja, tatapannya melihat Soojin yang saat ini memasuki beberapa sampah ke kantung besar transparan yang semuanya terisi beberapa macam sampah.
Soojin mengikat itu menggunakan tali, kemudian dia menariknya keluar kelas, tangan perempuan itu menutup kelas dan hilang dari pandangan Seojun.
Pemuda tampan itu mencoba untuk tidak peduli dan melanjutkan tidur, tapi nyatanya setelah beberapa detik, dia tidak bisa tidur.
Seojun berdecak dan mengumpat, akhirnya dia bangkit berdiri dan berlari keluar kelas.
Pemuda itu mencari keberadaan Soojin yang cepat sekali menghilang, langkahnya membawa kearah tangga dan benar saja perempuan itu baru saja ingin menuruni tangga.
"Kang Soojin," panggil Seojun membuat yang dipanggil menoleh.
Seojun menghampiri Soojin dan dia berdecak. "Kenapa sih kau melakukan hal-hal seperti ini?" Sepertinya itu bukan pertanyaan karena pemuda itu tidak menggunakan nada bertanya.
"Apa?" Soojin bingung.
"Lupakan." Tangan Seojun memegang kantung yang dipegang Soojin. "Biar aku saja," ujar pemuda itu.
"Baiklah," ujar Soojin, dia juga tidak mungkin menolak karena Seojun juga piket hari ini.
Baru beberapa langkah dan Seojun ingin mengangkat kantung itu supaya lebih mudah, ternyata malah tidak mudah karena berat.
Melihat Seojun yang tidak jadi mengangkat kantung sampah itu membuat Soojin bertanya. "Mau aku bantu?"
Seojun mendelik. "Tidak," ujarnya merasa gengsi karena tidak kuat, dia merutuki siapapun yang membuang sampah sembarang dan membuat kantung ini jadi penuh.
"Kenapa sampah ini banyak sekali?" Desisnya kesal.
"Karena ini hari senin, biasanya anak-anak yang mengikuti ekskul ataupun hari-hari menjelang weekend akan merasa malas untuk piket, jadi sampah menumpuk pada hari senin," jawab Soojin menjelaskan.
"Aku akan menendang siapapun yang membuang sampah sembarangan," ujar Seojun, kemudian tidak ada pembicaraan lagi karena mereka memutuskan untuk fokus membuang sampah.
Ketika sudah selesai membuang sampah, Seojun mencuci tangannya disalah satu wastafel yang tersedia diluar gedung kelas, biasanya digunakan untuk anak-anak ekskul atau lain hal.
"Ini." Seojun melihat minuman dingin berada didepan wajahnya, dia lalu mengambilnya.
"Terimakasih Han Seojun atas bantuanmu," ucap Soojin lagi, gadis itu melangkah mendekati tempat duduk terdekat dan beristirahat sejenak.
Seojun juga menghampiri perempuan itu dan duduk disampingnya, dia memang sudah biasa melakukan tugas seperti tadi, tapi jika disekolah sangat malas untuk melakukannya.
"Aku pikir kau tidak akan melakukan itu mengingat kau anak orang kaya," ujar Seojun sebelum dia meneguk minumannya.
Soojin tertawa kecil membuat pemuda disampingnya mengernyit bingung, karena yang dia ucapkan bukanlah lelucon melainkan sindiran.
"Mungkin memang iya aku dulu seperti itu," ujar Soojin, kedua matanya melihat kearah depan.
"Dulu?"
"Maksudnya, setiap orang bisa berubahkan, walaupun dulu malas-malasan atau berbuat hal-hal yang tidak menyenangkan." Soojin mencoba merubah kata-katanya, karena tidak mungkin dia berbicara seolah-olah dia sudah melakukan hal jahat, padahal sekarang dia tidak melakukan apapun.
Seojun menatap perempuan disampingnya dan mengangguk. "Begitu," tanggapnya. "Apa kau yakin orang bisa berubah?" Tanyanya yang sungguh mengejutkan.
"Apa?"
Seojun menatap perempuan yang saat ini juga menatapnya. "Ya bisa saja dia hanya pura-pura atau hal lain," jelasnya.
"Apa kau sekarang sedang membicarakan Suho?" Tanya Soojin.
"Untuk apa aku membicarakan bedebah itu?" Seojun mendengus.
Soojin menatap Seojun beberapa lama sebelum mendengus geli, membuat pemuda itu menatap tidak suka kearahnya. "Semua bisa berubah tergantung dari apa dia bisa mengingat kesalahannya atau tidak," ujar Soojin.
"Semua tergantung dari diri mereka sendiri," tambahnya lagi. "Contohnya seperti kau yang mencoba memaafkan Suho atau kalian saling meminta maaf dan menjadi teman baik lagi." Setelah Soojin mengucapkan itu dia berdiri.
"Aku akan kembali ke kelas, terimakasih sekali lagi Han Seojun." Soojin mengangkat tangan, kemudian dia berjalan meninggalkan Seojun yang hanya bisa menatap punggung perempuan itu.
•••••••
"Apa aku tidak salah lihat?" Tanya Sooah mencolek Taehoon yang saat ini juga tidak kalah terkejut.
Apa yang dilihat oleh couple itu adalah dimana mereka saat ini sedang istirahat dan berada di kantin untuk makan, masalahnya bukan pada itu tapi pada keadaan saat ini.
"Han Seojun, kau tidak salah dudukkan?" Tanya Taehoon yang langsung diangguki oleh Sooah.
Seojun mengunyah makanannya dan menelan setelah itu dia berbicara. "Ani, aku hanya ingin duduk disini, apa masalah?" Tanya pemuda itu.
Taehoon langsung menggeleng. "Sesukamu," ujarnya tidak mau memperpanjang, takut dengan Seojun lebih tepatnya.
"Tumben sekali kau satu meja dengan Lee Suho." Akhirnya malah Sooah yang berbicara, perempuan rambut pendek itu penarasan melihat Seojun yang saat ini duduk didekat Jukyung dan Suho.
"Hanya satu meja apa salahnya? Lagipula aku tidak duduk didekatnya, aku duduk didekat Jukyung," ujar pemuda itu sebelum kembali mengunyah daging di piringnya.
Sooah mengangguk. "Apa ini persaingan? Woaaahh." Perempuan itu menatap takjub, dia mengerling kearah trio itu.
"Tapi menurutku akan lebih baik jika Lee Suho bersama Kang Soo, Han Seojun bersama Im Juu," ucap perempuan itu mengusap dagunya seolah-olah sedang menilai, dia melirik kearah Soojin yang berada disamping Seojun.
"Benarkah Kang Soo?"
Hening beberapa saat sebelum Sooah memanggil Soojin lagi. "Kang Soojin!"
"Y-ya apa?" Tanya Soojin, dia menatap Sooah bingung, membuat perempuan berambut pendek itu kesal.
"Kau itu kenapa melamun terus sih? Tanyanya sembari cemberut, dia memanyunkan bibirnya.
"Maafkan aku, bisa ulangi pertanyaannya?" Tanya Soojin merasa tidak enak dengan Sooah.
"Malas." Sooah masih ngambek, tapi perempuan itu malah terlihat imut, membuat Taehoon gemas sendiri.
"Jadi.. Sooah bertanya apakah kau cocok dengan Suho atau tidak?"
"Bukan begitu, maksudku menurutku lebih cocok Suho dan Soojin, lalu Seojun dengan Jukyung," ralat Sooah mendelik tajam kearah Taehoon karena salah.
"Ya maksudku juga seperti itu." Taehoon hanya bisa mengelus dada sabar.
Mendengar hal itu membuat Soojin teringat dengan masa dimana mereka melakukan perkemahan, disana Sooah juga berkata demikian yang membuat dirinya jadi penuh harap hingga menginginkan Suho memiliki perasaan yang sama untuknya, tapi kenyataannya pemuda itu lebih memilih Jukyung.
Kemudian Soojin berdehem, dia berusaha meredakan rasa sesak dihatinya. "Lalu aku harus menjawab apa?" Tanyanya pura-pura bingung.
Sooah kembali menatapnya sebal. "Kang Soo... Kau tidak mengerti, sudahlah," ambeknya lalu meninggalkan mejanya, sebelum pergi dia menghentakkan kakinya, benar-benar seperti anak kecil.
"Tunggu sayang, Sooah, tunggu." Taehoon mengejar Sooah seperti adegan-adegan salah paham di drama, sungguh pasangan yang serasi sekali.
Soojin menggelengkan kepalanya tidak habis pikir mempunyai teman seperti itu, dalam hati dia meminta maaf ke Sooah, karena dia juga tidak bisa menjawab pertanyaan perempuan itu.
"Soojin-ah,"
Soojin melihat Jukyung yang saat ini sudah berdiri disamping Seojun yang masih setia mengunyah makanannya. "Biar aku yang menenangkan Sooah-ya," ujar perempuan cantik itu, sebenarnya Soojin tidak masalah bila Sooah marah lagi padanya mengingat akhir-akhir ini Sooah sering ngambek, mungkin efek dia sedang kedatangan bulan.
Soojin hanya bisa mengangguk, dia melihat Jukyung berdiri diikuti oleh Suho yang seperti ingin berbicara dengan Jukyung, dalam hati Soojin, mau dia kembali ke keadaan semula, Suho tetap melihat Jukyung, hanya perempuan cantik itu bukan dirinya.
"Tidak perlu memelototi seperti itu," ujar Seojun, tampak pemuda itu baru saja meminum air mineral dari botol yang dia beli.
"Aku tidak memelototi," sanggah Soojin, memang benar dia melihat tapi tidak sampai memelototi.
Seojun mendengus, kemudian pemuda itu bangkit berdiri untuk membawa nampannya dan membuang sisa-sisa makannya ke tempat sampah.
Tapi sebelum pemuda itu benar-benar pergi, matanya melirik Soojin. "Jangan sampai kau jatuh ke dalam masalah yang sama dua kali," ujarnya.
Belum sempat Soojin memproses apa maksud kalimat Seojun, pemuda itu sudah menghilang dari pandangannya, menyisakan banyak tanda tanya dan prasangka yang mengarah pada satu hal.
Seojun mengalami hal yang sama dengan dirinya.
••••••
To be continued
Tinggalkan jejak
Thank you :)
Salam hangat
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro