15. Meluruskan
Happy reading
••••••••
Pagi ini Kang Soojin sudah menyiapkan diri untuk membuat skenario terbaik tentang permasalahan panas di sekolahnya, dia akan meluruskan atau mungkin bisa dibilang men-dinginkan masalah yang dia alami, dia juga sudah berjanji akan menjelaskan kepada teman-temannya terutama Sua.
Soojin membuka pagar rumahnya dan menghembuskan nafas, dari semalam dia memikirkan kalimat apa yang sesuai untuk menjelaskan semuanya, tapi sebenarnya dia tidak begitu yakin tentang penjelasan yang ingin dikatakan karena dia sendiripun bingung.
Soojin memijit pelipisnya saat kalimat dari pemuda bernama Seojun serta ekspresi pemuda tinggi itu tiba-tiba muncul dan membuat Soojin berpikir keras karena tidak menyangka bahwa ternyata pemuda itu benar-benar melewati beberapa hal tidak terduga dengan sangat berat.
Soojin menghembuskan nafas lagi setelah pikirannya tambah rumit, dia memutuskan untuk segera pergi ke sekolah atau akan terlambat nantinya, baru saja dia mulai melangkah tiba-tiba harus terhenti ketika dia melihat pemuda dengan jaket abu-abu serta motor sport berdiri tenang di jalan dekat rumahnya. Soojin menyadari itu siapa dan menghampirinya.
"Ada apa? Apa ada masalah?" Tanya Soojin ke pemuda yang sebenarnya adalah pembuat onar dari masalah Soojin.
Pemuda itu membuka helm dan mengibaskan poninya dengan keren seperti iklan pencuci rambut di televisi, matanya yang tajam serta postur wajahnya yang sempurna membuat siapa saja bergetar melihatnya. Tentunya Soojin tidak termasuk di dalamnya.
"Aku akan mengantarmu ke sekolah." Suara khas seorang remaja pria yang dalam dan tenang masuk ke telinga Soojin yang membuat perempuan itu mengerutkan dahinya.
"Kau? Aku? Ke sekolah bersama?" Soojin bertanya dengan sorot mata yang mengatakan -apa-kau-bercanda-
Tapi sepertinya ekspresi pemuda di hadapannya mengatakan keseriusan dan tidak ada candaan sekalipun, tentu saja itu membuat Soojin menghela nafas lagi.
"Dengar ya Han Seojun, apa kau tidak tau gosip kemarin menyebar sangat cepat? Aku pusing dan semuanya sangat parah karena kau, dan jika kita ke sekolah bersama, semua akan tambah parah, apa kau paham?" Soojin berkata dengan menekankan setiap kata supaya pemuda dihadapannya mengerti situasi tapi sepertinya Seojun sama sekali tidak mendengarkan dan hanya menyerahkan helm ke tangan Soojin.
"Seperti yang aku bilang padamu Soojin, bantu aku, mulai sekarang kita akan memulai status yang berbeda," kata Seojun dengan wajah serius tanpa main-main lalu perlahan pemuda itu memakai helmnya.
"Naiklah, atau kita akan terlambat," perintah Seojun dengan menyalakan mesin motornya, suara mesin terdengar sementara dia menunggu Soojin untuk duduk di belakangnya.
"Tapi aku belum menjawab setuju, soal kemarinkan!" Soojin masih bersikeras sementara tangan kecilnya mencengkram helm milik Seojun.
Seojun menatap Soojin dengan ekspresi datar. "Aku tidak memaksamu, tapi apa yang kau harapkan setelah gosip sudah beredar semakin jauh? Kita jalani dan ikuti arus, jika kau tidak suka, kita bisa berpikir lagi bagaimana selanjutnya, sekarang cepat naik!"
Soojin menatap pemuda dihadapannya beberapa detik sebelum dia dengan pasrah naik ke motor Seojun, dia berboncengan dengan pemuda yang menyebalkan, bukan pertama kali dia dibonceng, tapi untuk kali ini berbeda karena mereka akan pergi ke sekolah bersama. Seperti sepasang kekasih.
Kemudian Seojun melajukan motor, dan Soojin hanya berpegangan pada apapun selain tidak menyentuh Seojun. Kalau perlu dia hanya berpegang teguh pada prinsip yang dipegangnya sekarang.
Jadi begitulah perjalanan mereka sampai di halaman sekolah, Seojun memarkirkan motornya, diikuti oleh Soojin yang turun dari motor, perempuan cantik itu membuka helm dan menyerahkannya kepada Seojun, lalu dia pergi begitu saja tanpa menunggu Seojun.
"Hei, tunggu!" Seojun protes karena ditinggal seperti tukang ojek, sementara Soojin hanya melambai tidak peduli pada Seojun. Lantas pemuda tersebut meletakkan dua helm di motornya dan segera berlari mengikuti Soojin.
Pemuda itu berjalan disamping Soojin, "Kita harus jalan bersama." Katanya dengan nada friendly yang dibuat-buat, tentu saja Soojin merinding mendengarnya.
Soojin melirik pemuda itu dan mendengus kesal. "Seojun, kau pilih tanganku atau kakiku untuk mengenai wajahmu?" Pertanyaan retoris penuh ancaman itu direspon oleh Seojun dengan dengusan walaupun bibirnya melengkung keatas menahan tawa.
"Kang Soojin jangan terlalu kasar padaku."
"Orang sepertimu butuh kekerasan untuk memperbaiki perilakumu"
"Oh. Benarkah?"
Soojin memutar kedua matanya saat pemuda itu kembali berperilaku menyebalkan, akhirnya Soojin kembali berjalan cepat meninggalkan Seojun, sebenarnya dia sudah merasakan perasaan diawasi sejak tadi oleh beberapa siswa di sekolahnya, apalagi perempuan-perempuan lain tampak bergosip panas saat dia dan Seojun terlihat bersama
Soojin merasa perjalanan ke kelasnya terasa panjang dan dia hanya bisa mengerang kesal dalam hati, ingin cepat sampai di kelas dan duduk dengan tenang. Sayangnya saat tiba di kelas, beberapa teman perempuan sekelasnya langsung menghampiri Soojin seperti lalat lalu mengucapkan selamat padanya.
"Kang Soojin selamat!"
"Selamat ya, aku tidak menyangka kamu benar-benar pacaran dengan Han Seojun"
"Pasti enak deh"
Perkataan dan kalimat selamat selalu berdatangan ke Soojin bahkan sampai dia sudah duduk di kursinya. Berbeda sekali ketika Seojun masuk ke kelas, semua langsung diam dan menatap hingga pemuda itu duduk di kursi paling belakang, menatap dingin semuanya sebelum menyembunyikan wajahnya dilipatan tangan. Tidak peduli dengan sekitar.
Soojin pikir ada untungnya menjadi pemuda yang nakal dan terkenal galak, jadi tidak perlu diinterograsi seperti dirinya saat ini.
"Soojin, kenapa bisa pacaran dengan seojun, apa dia benar memaksamu?"
Itu pertanyaan pertama.
"Aku dengar dia hanya memanfaatkanmu, benarkah?"
Pertanyaan kedua.
"Apakah benar tadi kamu memeluknya selama perjalanan kesini?"
Pertanyaan ketiga yang ngawur.
"Tunggu sebentar"
Soojin menarik nafasnya, kesabarannya sangat diuji sekarang saat menghadapi beberapa pertanyaan. Dia melihat siswa perempuan yang bertanya padanya.
"Pertama dan kedua, Seojun tidak memaksaku, kita benar pa..."
Soojin melirik pemuda tersangka utama dalam masalah ini, dia bisa melihat Seojun sedang melihatnya seperti menunggu jawaban.
"Kita benar pacaran, ya, itu semua mengalir saja"
Semua mengangguk seperti mendapat berita besar yang baru mereka pahami.
"Lalu untuk pertanyaan ketiga, kalian salah lihat, aku tidak memeluknya, mungkin kalaupun iya karena Seojun membawa motornya dengan cepat," ungkap Soojin dengan tersenyum paksa, dirinya melirik Seojun dengan tajam sementara yang dilirik hanya tersenyum puas.
"Jadi kalian bisa kembali ke tempat duduk, dan biarkan aku sendirian, oke?"
Semuanya hanya bisa menuruti perintah Soojin, sementara yang bersangkutan langsung menenggelamkan kepalanya dilipatan tangan, lelah dengan kenyataan hidup yang penuh kesalahpahaman.
Namun, tiba-tiba seseorang mengetuk mejanya, Soojin mendongak, netranya bertemu teman sepermainan yang dari kemarin dia abaikan.
"Sua-ya?"
Soojin bisa menatap Sua yang seperti paling butuh penjelasannya, dia menghela nafas dan berdiri dari kursi. "Ayo kita bicara." Ucapnya dengan senyuman tipis, Sua mengangguk dengan nada lega. Soojin memutuskan untuk membicarakan semuanya.
•••••••••••
"Apa?!!!"
"Kau bilang apa Kang Soo?"
"Sua-ya sabar!"
"Bagaimana bisa Im ju, aku... Aku seperti salah dengar, apa telingaku bermasalah ya?"
"Tidak, Sua-ya, aku juga mendengar itu."
Sua menatap Jukyung dengan pandangan seperti habis gagal dalam mendapat doorprize, dia menatap Jukyung kemudian menatap biang masalah, Soojin.
"Bisa ulangi lagi Kang Soo?" Sua berusaha menetralkan degup jantungnya dan rasa warasnya.
Sua bisa melihat Soojin menghela nafas kemudian berkata. "Aku memang berpacaran dengan Seojun."
"Apa?? Tapi bagaimana? Kau bilang kemarin hanya salah paham," Teriak Sua dengan dramatis, sementara disampingnya Jukyung menenangkan.
"Tidak ada yang bagaimana, Sua, aku memang pacaran dengannya, aku hanya terkejut karena hubungan kami tiba-tiba terekspos," bohong Soojin menatap Sua dengan senyum, masalahnya perempuan imut itu seperti kehilangan separuh jiwanya ketika mendengar perkataan Soojin, tentu saja, siapa yang tidak terkejut saat temanmu yang lurus tiba-tiba pacaran dengan seseorang diluar ekspetasi.
"Tapi.. tapi Seojun itu brandalan." Sua berkata dengan gemetar.
"Ya aku tau."
"Dia brengsek."
Soojin mengangguk, mengiyakan dengan sepenuh hati.
"Dan... Dan.."
Soojin melihat Sua seperti kehilangan kata-kata, namun perempuan lucu itu masih ingin berbicara.
"Dan apa?" Tanya Soojin hati-hati karena tidak mau membuat Sua tambah sensitif.
"Dan aku merasa Kang Soo lebih cocok dengan Suho." Kata perempuan imut itu dengan helaan nafas, Soojin sudah menduga alasan itulah Sua marah, temannya itu lebih menggunakan firasat dan chemistry yang terjalin, seperti sebuah adegan di drama, teman perempuannya merasakan perasaan menggunakan chemistry dari seseorang, contohnya ya, tentu saja pasangan.
"Sua-ya, kau tau, terkadang hal yang kamu anggap cocok, belum tentu akan bisa bersama." Kata Soojin dengan nada sedih seperti harus menelan pil pahit, ini adalah kalimat yang sebenarnya, kenyataan yang membuatnya terpuruk dan merasakan ini untuk kedua kali.
"Tapi.. tapi.. aku melihat kamu seperti dipaksa oleh si brandalan itu." Kata Sua dengan nada sedih, sementara Soojin tertawa dalam hati, temannya ini sangat peka, namun tetap saja dia harus meluruskan walaupun dengan berat hati.
"Tidak ada yang dipaksa atau memaksa, ini murni perasaan," kata Soojin dengan mulus walaupun dalam hati dia mengutuk Seojun karena dia harus mengeluarkan kalimat ini.
"Benarkah? Kau menyukai Seojun?" Tanya Sua yang sangat peka ini, mata perempuan itu menatap lurus ke matanya, sementara Soojin menjawab dengan anggukan. "Ya," dengan senyuman paksa, tentu saja tidak ada yang menyadarinya karena Soojin sangat jago menjaga ekspresi.
"Baiklah, jika kamu berkata demikian," Sua menjawab dengan pasrah, sementara Jukyung yang sedari tadi diam hanya menepuk bahu Sua lalu ikut tersenyum.
"Ayo kita pelukan," kata Jukyung dengan suara lucunya, semuanya mengangguk dan saling berpelukan seperti teletubbies, bahkan Sua sambil menangis.
"Sua-ya jangan menangis," kata Jukyung sambil tertawa, Soojinpun hanya tersenyum melihat mereka, lalu matanya menatap leher Jukyung yang terdapat benda berkilau disana.
Kalung itu.
To be continued.
Kalung apakah itu?
Halo semuanya, karena chap ini udah disimpen di draft kelamaan, mungkin dah basi kali ya hahaha, maaf ya lama dan chapnya pendek, aku lagi pelan-pelan inget alur, dan maklumi soal plot hole, authornya harus baca ulang.
Semoga kalian sehat selalu, terimakasih atas dukungannya
Miss you all.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro