Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12. Darmawisata

Happy Reading

••••••••

Setelah ujian yang sangat melelahkan terlewati, akhirnya mereka semua mendapati darmawisata menyenangkan disalahsatu daerah perbukitan dengan udara masih bersih dan nyaman.

Semua siswa khususnya kelas dua tampak bersorak gembira, karena hari ini mereka akan pergi untuk darmawisata, bahkan beberapa diantaranya sampai berjoget-ria.

"Akhirnya kita bebass" seorang pemuda bernama Taehoon bersorak diangguki oleh beberapa pemuda lain.

Mereka saat ini sedang bersiap untuk memasuki minibus yang akan membawa mereka pada tempat tujuan.

"Ayo sini duduk denganku," beberapa sudah sibuk memanggil teman untuk duduk bersama, sementara itu perempuan dengan rambut sepunggung tampak mencari tempat duduk, dia merasa familiar dengan kejadian ini, seperti sudah mengalami walaupun dia memang pernah mengalami ini, jadi dirinya tau akan bagaimana alurnya.

Kalau saja dia adalah dirinya yang dulu, pasti akan duduk disamping pemuda yang saat ini duduk di depan dan tampak menunggu seseorang, dia pasti akan mencoba tidak peka dengan perasaan orang lain, sayangnya itu dulu, sebelum dia kembali ke masa sekarang lagi.

Pandangan teralihkan untuk melihat kedalam bus, lalu dirinya melihat seorang pemuda yang duduk di deretan tengah dekat jendela sedang bersidekap dan menyumpal telinganya menggunakan earphone, jangan lupakan mata yang terpejam entah tidur atau tidak, jadi tanpa pikir panjang, perempuan tersebut memutuskan untuk duduk disamping pemuda itu.

Saat dirinya baru saja memposisikan dengan nyaman punggung pada sandaran kursi, sosok disebelah menegur dengan sinis. Rupanya pemuda itu menyadari.

"Kenapa kau duduk disini?" Tanya lelaki itu tidak ramah. Bintang satu.

Perempuan yang kita tahu bernama Kang Soojin mengernyit bingung, lalu melihat sandaran kursinya kemudian kembali menatap pemuda disampingnya. "Apakah kursi ini sudah di booking? Tidak ada namamu disini," pernyataan sekaligus pertanyaan dari mulut Soojin dengan wajah tanpa dosa membuat pemuda disampingnya mendengus kesal dan tidak memperpanjang pembicaraan, pemuda itu hanya menatap keluar jendela, sementara Soojin hanya menggelengkan kepala, mengetahui bahwa pemuda disampingnya sedang tidak ingin diganggu.

"Kang Soo, kenapa kau duduk disamping Han Seojun? Kau bisa duduk disampingku." Sebuah suara dari arah belakang membuat Soojin harus memutar lehernya hanya untuk menampilkan perempuan imut rambut pendek bersama dengan pemuda yang tengah merengut disebelahnya.

"Aku tidak mau menganggu orang pacaran," balas Soojin pada Sua, perempuan berambut pendek itu.

"Tapi tidak harus disamping lelaki berandal itukan," Sua masih berisik dan tidak menerima Soojin duduk disamping Seojun.

Kemudian terdengar gerutuan dari mulut brandalan yang dimaksud Sua, pemuda itu melirik hanya untuk menatap kearah Sua. "Berisik, kalau kau mau dia, ambil saja," ujarnya dengan tatapan tajam dan membuat Sua langsung ciut bersembunyi dibelakang punggung Taehoon yang sama ngerinya.

Seorang Seojun tidak ramah dari dulu bahkan sampai sekarang, dia terlalu malas mendapati perdebatan yang tidak berguna, lagipula dia juga bingung mengapa perempuan disampingnya ini memilih untuk duduk didekatnya. Bikin pusing saja.

"Kau menatapku seperti ingin menghujatku, kalau kau tidak senang, aku pindah saja," Soojin tau jika Seojun tidak ingin dirinya disamping pemuda itu, jadi lebih baik pindah tempat duduk daripada merasakan aura tidak mengenakkan dari arah samping. Inginnya sih seperti itu namun tiba-tiba Seojun mengibaskan tangan seolah menyuruhnya untuk tetap duduk.

"Terserah, lagipula bus sudah penuh, kau mau duduk dibawah lantai dan diinjak?" Nada tanya retoris dan penuh sarkasme keluar dari mulut Seojun.

Soojin langsung melihat kearah suasana bis dalam hati hanya bisa menyetujui, karena bis memang sudah penuh dan Soojin juga malas mencari tempat duduk lagi yang jaraknya lumayan jauh. Katakanlah tadi dirinya sedang dirasuki oleh sesuatu hingga memilih tempat duduk ini.

"Ngomong-ngomong bagaimana dengan nilaimu?" Pertanyaan mulus keluar dari bibir tipis Soojin tanpa beban seperti perempuan tersebut memilih topik pembicaraan yang bagus namun berbanding terbalik dengan reaksi Seojun yang langsung mendengus seperti sebal akan sesuatu.

"Apakah itu pertanyaan yang keluar dari mulutmu setelah aku perbolehkan duduk?"

Soojin menaikkan bibir keatas sebagai respon, dia hanya ingin ada pembicaraan walaupun dirinya sudah tau nilai Seojun karena mereka satu kelas.

"Setidaknya lebih baikkan?"

"Hm" deheman dari Seojun sebagai balasan untuk pertanyaan Soojin.

"Lalu kenapa kau begitu kesal?"

"Secara tidak langsung baik karena bantuanmu, aku malas mengakuinya," jawaban Seojun membuat Soojin nyaris tertawa dengan keras, untung saja Soojin sempat mengontrolnya dengan baik, Jika tidak, mood Seojun pasti akan tambah buruk.

"Ambilah sisi positifnya, kau bisa ikut darmawisata," balas Soojin dengan punggung yang kini bersandar pada sandaran kursi, mata cantik perempuan itu melihat ke depan dan tidak sengaja mendapati dua orang berbeda gender duduk bersebelahan di deretan paling depan, tanpa sadar bibirnya terangkat membentuk senyum.

"Aku berharap tidak ikut,"

"Kenapa?"

"Malas menyaksikan lagi drama mereka," Seojun mengerling kearah dua sejoli yang sedang ditatap oleh Soojin.

"Cemburu?" Tanya Soojin dengan senyuman mengejek.

"Kau bisa berkaca setelah ini," sarkasme Seojun keluar lagi dan itu membuat Soojin semakin melebarkan senyumnya.

"Aku hanya bercanda Han Seojun, hentikan aura surammu itu,"

"Siapa yang suram? Aku hanya malas,"

"Baiklah, pemalas,"

•••••••••••

Sua bersorak gembira di dalam tenda yang diisi oleh beberapa wanita namun untuk saat ini hanya ada dua orang teman dekatnya.

"Bukankah bagus Jukyung, kau lebih dekat dengan Seojun," kerling Sua dengan penuh godaan dan tepukan pada bahu perempuan cantik.

"Huh? Y-ya," jawab Jukyung sekenanya.

Sua masih melebarkan senyumnya dan kali ini tatapannya mengarah pada teman perempuan satunya lagi. "Kalau kau bagaimana Kang Soo?" Tanya perempuan itu.

Soojin yang ditanya Sua mengangkat alisnya bingung. "Bagaimana apanya?" Pertanyaan keluar dengan penuh kepura-puraan, padahal sudah jelas Soojin mengetahui maksud dari perkataan Sua.

"Tadi kan kau sekelompok dengan Suho, lalu di gendong, bagaimana perasaanmu? Bukankah kau menyukai Suho?" Tanya Sua secara beruntun, bahkan sepertinya perempuan cerewet itu berbicara dengan satu nafas.

"Biasa saja, lagipula memangnya aku suka dengan Suho?" respon sekaligus pertanyaan balik dari Soojin sembari perempuan itu merapihkan beberapa barang yang dibawanya dari rumah untuk keperluan darmawisata.

"Kaukan sudah lama mengenal Suho, kalian teman dari kecil dan selalu bersama, masa tidak ada rasa satu sama lain?" Sua mengomentari dengan wajah merengut, sementara Soojin terdiam beberapa saat memikirkan kalimat Sua.

"Jika saja ini aku yang dulu, pasti aku akan tersipu malu, namun mengapa rasanya sekarang sedikit berbeda?" Soojin mengutarakan di dalam hati mengenai apa yang dirasakannya kali ini. Aneh saja, pada saat bermain game dan satu kelompok dengan Suho, dirinya merasakan hal tersebut biasa, tapi bukan berati dirinya tidak senang, tentu saja hatinya ikut bahagia, sayangnya saat melihat wajah Jukyung, dia jadi merasa bersalah.

"Kang Soo??" Panggilan dari Sua menyadarkan dari pikirannya yang rumit. Dirinya langsung menatap perempuan disampingnya.

"Perihal aku mengenal Suho lebih lama itu tidak ada hubungannya dengan perasaan suka, sudahlah Sua, lebih baik kita siap-siap untuk acara selanjutnya," balas Soojin dengan nada kesal, sepertinya dia tidak sadar kalau dirinya terganggu dengan pertanyaan tersebut.

"Aku duluan," responnya lagi sebelum pergi keluar tenda untuk ke acara selanjutnya, dia meninggalkan kedua temannya begitu saja, entah mengapa suasana hatinya jadi berubah.

Saat berada diluar tenda, Soojin tidak berjalan kearah panggung utama melainkan dirinya malah berjalan menuju kearah berlawanan.

Soojin sampai disebuah tempat dengan beberapa pohon dan juga ada bangku panjang, mungkin bisa dibilang ini taman, namun karena malam jadi suasananya sepi terkesan horror, akan tetapi Soojin sama sekali tidak merasa merinding.

Akhirnya dia memutuskan untuk duduk disana, perihal nanti dirinya akan dicari oleh teman-temannya, dia pikirkan belakangan karena saat ini yang dia butuhkan hanya ketenangan sekaligus menyendiri.

Kepalanya mendongak untuk melihat langit tanpa bintang, seperti hatinya saat ini gelap dan tidak ada cahaya disana, ditambah dengan ke-apes-an dirinya kembali ke masa kelamnya, dia hanya ingin menikmati kehidupan bukan mengulanginya kembali.

Soojin menghela nafas cukup keras hingga embun seperti menguap dari mulutnya karena suasana malam yang dingin.

"Hembusanmu seperti tidak ada harapan lagi." Sebuah suara mendekat dari arah belakangnya, Soojin melihat kebelakang dan mendapati Seojun berjalan mendekat padanya dengan kedua tangan dimasukan ke dalam saku jaket. Pemuda itu duduk disampingnya tanpa bicara.

"Seharusnya kau di panggungkan?" Tanya perempuan berambut panjang itu pada pemuda dihadapannya.

"Ya harusnya, tapi aku kabur," jelas Seojun tanpa dosa membuat Soojin mengerutkan dahinya tidak mengerti. "Aku kabur karena bosan, lagipula bukankah mengerikan saat kau tau apa yang akan terjadi?" Perkataan sekaligus pertanyaan tambahan dari Seojun membuat Soojin mengangguk paham.

Kemudian suasana menjadi hening, tidak ada yang berbicara hanya ada suara serangga-serangga yang mengisi keheningan malam. Membuat keduanya tampak menikmati ketenangan tersebut sebelum Soojin mendapatkan sebuah pemikiran.

"Aku selalu bertanya-tanya mengapa kita kembali, apakah ini termasuk hukuman?" Pertanyaan Soojin membuka keheningan diantara mereka berdua.

Pemuda bernama Seojun tidak langsung menjawab, dia hanya bersandar pada kursi panjang dan mendongak keatas hanya untuk melihat langit tanpa bintang, beberapa detik hening lalu akhirnya dia merespon.

"Jika kau bilang ini hukuman mungkin saja, tapi aku rasa bukan," ujar Seojun.

"Kenapa?"

"Karena hukuman ini termasuk indah, maksudku, kita sudah pernah melewatinya jadi seharusnya kita lebih unggul daripada yang lain, benarkan?" Ucapan Seojun sekaligus pertanyaan retorisnya keluar, dan hal itu membuat Soojin terdiam, mencoba memahami.

"Menurutmu ini indah?" Tanya perempuan tersebut kepada pemuda disebelahnya.

"Ya beberapa," jawab Seojun sembari mengangkat bahu, menunjukkan dia menjawab seadanya. Namun hal tersebut ditangkap berbeda oleh Soojin.

"Menurutku ini buruk, mungkin bagimu beberapa, tapi bagiku buruk,"

Seojun mengerutkan kening setelah mendengar perkataan perempuan disebelahnya. "Termasuk bertemu teman-temanmu?" Pertanyaan tersebut membuat Soojin terdiam, dia membeku seketika.

Seojun menghela nafas. "Aku tau buruk untukmu karena ayahmu, tapi tidak semuanya, karena kau bertemu teman-teman lagi," tambah pemuda itu bijak. "Lagipula banyak yang ingin kembali ke masa sekolah," lanjutnya.

Perkataan milik pemuda itu membuat seorang Soojin membeku untuk beberapa saat karena merasa perkataan itu benar, selama ini dia merasa masa sekolahnya buruk, tapi tidak semuanya karena masih ada yang menyenangkan.

"Aku pikir kali ini kau benar," kata Soojin akhirnya, dia melihat Seojun. "Aku menganggap kesempatan ini bisa merubah semuanya, termasuk hubunganku dengan Jukyung," tambahnya lagi.

"Baguslah kalau kau mengerti,"

"Terimakasih seongsaenim"

"Jangan buat aku melemparmu ke sumur,"

Soojin tertawa saat mendapati reaksi Seojun yang ketus, dia menepuk bahu pemuda disebelahnya cukup keras karena menghasilkan ringisan.

"Kau perbaikilah nilaimu"

"Berisik,"

~to be continued

Thanks for reading

Jangan lupa tinggalkan jejak

~kizu~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro