Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 1


Keadaan dulu saat masih baik-baik saja.

"Serkay, sudahlah jangan menggodaku terus. Kau bisa datang tidak?" Ebrar berdecak Serkay selalu saja menggodanya pria itu memang tidak bisa di ajak bicara serius. Hari ini mereka harus mulai fitting baju untuk acara pertunanan mereka nantinya.
Acara pertunangan mereka di jadwalkan satu bulan lagi, mulai hari inimereka sudah sibuk menyiapkan keperluan termasuk fitting baju tunangan mereka nantinya.

Oke, sebenarnya yang sibuk menyiapkan keperluan pertunangan hanyalah Ebrar beserta Ilya, ibunya dan juga Flora calon ibu mertuanya. Sedangkan Serkay masih sibuk dengan banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan.

"Baik, baik sayang sebentar lagi aku menyusulmu setelah aku menyelesaikan pekerjaanku." Serkay terkekeh.

"Baiklah aku menunggumu."

"Tunggu aku sayang dan jangan marah lagi, aku cinta padamu."

"Aku tidak marah padamu."

"Lalu?"

"Hanya sedikit kesal saja."

"Rasanya itu sama saja."

"Sudahlah aku akan menutup sambungan telponnya."

"Aku cinta padamu."

"Aku juga cinta padamu."
Sambungan terputus Serkay menatap layar ponselnya yang sudah mati. Ia tersenyum dan menaruh ponselnya di saku jas dan kembali bekerja pada laptopnya. Menggoda kekasihnya adalah hal yang paling di sukainya. Serkay bisa membayangkan wajah kesal Ebrar saat ia menggoda wanita itu.

Serkay mengelus pinggiran bibirnya dengan jari telunjuk dan jempolnya, Serkay menutup laptopnya dengan cepat dan memutuskan untuk menemui Ebrar. Ia tidak bisa berlama-lama mengerjakan pekerjaannnya jika pikirannya tertuju pada kekasih tercintanya.

Sedetik kemudian pria itu melesat keluar dari kantor sembari meneriaki nama Albert, tangan kanannya. "Albert siapkan mobil untukku sekarang."

"Baik, Tuan Serkay."

"Emm Tuan Serkay tunggu sebentar." Melek bangkit dari duduknya ketika melihat Tuannya baru saja keluar dari ruangan.

"Ada apa Melek cepat katakan aku sedang terburu-buru."

"Tuan Serkay anda siang ini ada pertemuan dengan pemegang saham dari Dubai." Melek menggeser layar tab yang ada di tangannya.

"Kau batalkan saja pertemuannya Melek karena hari ini aku punya pertemuan yang lebih penting." alih-alih mendengarkan sekretarisnya itu, ia lebih memilih merapikan jasnya dan melirik jam tangannya.

"Tapi Tuan.."

"Tidak ada tapi Melek." Serkay meraih kunci mobil yang di serahkan oleh Albert dan melenggang pergi dari sana.

"Eh, eh Tuan Serkay." Melek menatap punggung Serkay yang makin menjauh sembari meneriaki nama Tuannnya itu.

"Sudahlah Melek kau ikuti saja perintah Tuanmu itu," celetuk Albert yang berdiri di samping Melek.

"Eh, kau sejak kapan kau berada di sini." Albert hanya melirik Melek dari ujung matanya sembari melipat kedua tangannya di dada. "Apa?" sergah Melek mendelik pada Albert dan berkacak pinggang.

"Eh Melek kau tidak akan pernah tahu rasanya ketika seseorang sedang jatuh cinta."

"Apa maksudmu?"

"Kau tidak melihat Tuanmu itu sedang jatuh cinta."

"Lalu apa hubungannya denganku?"

"Ah sudahlah percuma bicara denganmu."

"Hei, Albert apa maksudmu? Kemari kau."

***

"Bagaimana, kau menyukainya?" Serkay menyerahkan satu buket bunga lili putih kesukaan wanita itu.

"Sangat menyukainya, terima kasih sayang," sahut Ebrar girang meraih bunga itu sembari memeluk Serkay dan mengecup singkat pipi pria itu.

"Jangan berterima kasih padaku." Serkay terkekeh membalas kecupan Ebrar.

"Bagaimana pekerjaanmu?"

"Yah sama seperti biasanya, jadi bagiamana rencana kita hari ini?"

"Tentu saja yang pertama harus kita lakukan adalah Fitting baju. Karena aku harus mencari baju yang paling indah untuk aku kenakan saat pertunangan kita nantinya."

"Kau tahu Ebrar, kau mengenakan baju apapun terlihat cantik. Apalagi jika tidak mengenakan apapun." Serkay menyengir memerlihatkan derean giginya yang rapi, "aduh, kenapa kau mencubitku." Serkay meringis mengelus bekas cubitan Ebrar.

"Sudah tidak usah lebay cepat kita harus ke tempat Nyonya Alisa sekarang." Ebrar melesat naik ke dalam mobil sambil mengenakan kaca mata hitamnya dan menarik spion atas melihat pantulan dirinya di sana sembari memperbaiki rambut lurusnya.

"Aye Captain, your wish is my command." Serkay menyusul Ebrar masuk ke mobil dan melajukan mobilnya membelah jalanan kota Istanbul. Di sepanjang perjalanan serkay tidak berhenti menggenggam tangan Ebrar dan mencium punggung tangan wanita itu dengan lembut. Sedangkan Ebrar menikmati perjalanannya bersama Serkay saat ini.

***

Serkay Aleksey pria arogan dan sedikit brengsek sudah membuatnya jatuh cinta, Ebrar akui dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama pada Serkay. Pertama kali ia bertemu dengan pria brengsek yang ia cintai ini adalah di salah satu toko bunga yang bernama Guzel Florist, saat itu Ebrar sedang terburu-buru dan harus mencari buket bunga untuk ia bawa ke bandara. Ia ingin memberikan sebuket bunga untuk Hande yang baru saja datang dari Amerika, ia dan Hande sudah berteman sejak remaja namun gadis itu terpaksa harus pindah ke Amerika karena sedang menempuh pendidikan dan hari ini ia datang ke Istanbul.

Tepat saat itu juga Serkay berada di sana dan tak di sangka lelaki itu juga sedang membeli buket bunga. Dengan keadaan toko yang sedang ramai menjadimakin gaduh karena ulah mereka berdua.

"Buatkan aku sebuket bunga mawar merah, temanku baru saja datang dari luar negri dan ia sangat suka dengan mawar." Ebrar menunjuk bunga mawar yang berada di dalam ember kepada pelayan toko.

Pelayan toko tersenyum ramah sembari mengangguk. "Baik Nona silakan menunggu saya akan mebuatkannya." Kemudian Ebrar duduk di salah satu bangku panjang  yang berada di tengah halaman toko. Ia memainkan ponselnya sembari menunggu pelayan toko.

Serkay mengambil satu tangkai mawar yang berada dalam ember dan memberikannya pada pelayan toko sebagai isyarat. "Hai Nona, aku ingin mencari sebuket bunga mawar merah untuk kuberikan pada temanku."

"Baik Tuan silakan menunggu."
Serkay menggeser posisinya dan mengambil ponselnya yang berbunyi dalam saku jasnya.

"Satu buket bunga mawar merah sudah selesai." ucap pelayan toko hingga membuat Ebrar mengangkat wajah dan Serkay berbalik secara bersamaan. Ebrar berdiri dan hendak mengambil buket bunga itu tapi kalah cepat oleh Serkay. Pria itu sudah lebih dulu mengambil buketnya dan membayar pad apelayan toko.

Ebrar yang melihat itu tidak terima dan menarik lengan Serkay hingga pria itu hampir kehilangan keseimbangan.
"Hei! Kau pikir apa yang kau lakukan hah!" Serkay mematikan ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku jas.

"Hei Tuan sok kaya itu bungaku, aku yang lebih dulu datang ke sini dan memesannya!" geram Ebrar.

Serkay mengibaskan tangan Ebrar dan menyeka bekas sentuhan wanita itu di lengannya. "Hei Nona sok tahu jaga bicaramu, kau pikir kau sedang bicara dengan siapa!"

"Aku tidak peduli bicara dengan siapa yang pasti kau sudah menyerobot antrean Tuan." Ebrar menatap Serkay tajam sambil berkacak pinggang.

"Aku sedang terburu-buru, lagipula aku dari tadi mengantre di sini untuk membeli bunga ini." decak Serkay malas, sungguh ini masih pagi kenapa ia harus bertemu dengan wanita menyebalkan seperti ini!

"Aku tidak peduli Tuan! Kau pikir aku di sini mengantre untuk mencuci baju? Aku juga di sini mengantre untuk membeli bunga." terdengar suara Ebrar penuh tekanan di setiap katanya.

"Begini saja aku akan membayarmu untuk bunga ini dua kali lipat, karena aku perlu mmebawa bunga ini sekarang." Serkay merogoh saku celananya dan mengeluarkan beberapa lembar uang.

"Tidak perlu." sembur Ebrar dengan wajah merah padam menahan emosinya yang sudah naik ke ubun-ubun.

Benar-benar pria ini sangat angkuh ia mau menyelesaikan masalah dengan uang yang ia miliki!

"Kau tahu, kau sudah menghabiskan sepuluh menit waktuku hanya untuk meladeni dirimu. Nona berikan saja dia buket bunga yang baru!" Serkay memijat pelipisnya menggunakan telunjuk dan memerintahkan pelayan toko yang sedari tadi berdiri memperhaatikan mereka beradu mulut.

Sebenarnya bukan hanya pelayan toko, pemilik toko dan seluruh pengunjung di sana pun diam terpaku melihat keributan yang sudah Ebrar dan Serkay buat. Mereka seperti sedang menonton sepasang kekasih yang sedang bertengkar saja. Mereka sama sekali tidak memiliki keberanian melerai pertengkaran itu.

"Hei Kau!" pekik Ebrar meneriaki Serkay dengan napas memburu.

"Nona tunggu lima menit lagi saya akan membuatkan buket bunga yang baru untuk anda." pelayan toko yang sedari tadi diam kini mulai bersuara.

"Kau ingin bermain-main rupanya denganku, baiklah kalau begitu." Ebrar mengangguk dengan senyuman menyeringai dan meremas kedua jemarinya menyiapkan kuda-kuda. Ia melirik sebuah kaktus kecil dalam pot yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Dua detik berikutnya pot itu sudah meayang ke udara dan mengenai kepala Serkay. Lemparan yang sangat tepat! Pikir Ebrar dan wanita itu tersenyum puas.

Semua orang yang tadinya hening, mengeluarkan suara pekikan kaget melihat Ebrar melempar Serkay dengan pot kaktus.

"Aduh, hei kau!" Serkay mengaduh dan memegangi kepalanya yang terkena lemparan pot kaktus.

"Tuan..kepala, itu kepala anda berdarah." Melihat Tuannya kesakitan Albert berlari mendekati Serkay dan ia kaget ketika kepala Serkay mengeluarkan banyak darah.

"Kau, awas kau! Aku akan menandai wajahmu dan memberimu pelajaran." Serkay menggigit giginya hingga berbunyi bergemelatuk dan menunjuk Ebrar dengan jari telunjuk.

"Siapa suruh mencari masalah denganku." Ebrar melipat kedua tangan di dada sembari menaikkan dagu penuh dengan keangkuhan kemudian ia berbalik menatap pelayan toko yang sedang menatapnya horor, "ada apa?" lanjutnya mendelik.

Pelayan toko menggeleng keras dan menjawab, "tidak, tidak ada Nona. Saya akan membuatkan anda buket bunganya silakan menunggu dengan tenang," kemudian ia berjalan dengan sedikit gemetar.

Masih merasa puas dengan kemenangannya hari ini, Ebrar tersenyum sumringah dan kembali duduk di bangku panjang sembari menunggu buket bunganya jadi. Sedangkan pelangganyang lainnya kembali pada tujuan utama mereka datang ke toko bunga itu. Begitu juga dengan para pelayan dan pemilik toko kembali melayani pelanggang mereka.

Ebrar masih tersenyum dan berpikir akan memberi tahu Hande apa yang sudah ia lakukan hari ini, ia merasa bangga bisa melawan pria kurang ajar yang ia temui di dalam toko bunga. Sungguh hari senin yang begitu cerah, moodnya yang tadinya jatuh sekarang sudah kembali normal lagi.

Love
💙💕
Primavera

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro