Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

49. Menepati Janji

Nathan mengetuk pintu rumah Safira. Setelah memikirkannya matang-matang dan mendapat beberapa pencerahan dari Rafa, akhirnya hari ini ia akan membuktikan keseriusannya terhadap Safira.

Asisten rumah tangga gadis itu membuka pintu dan mempersilakan Nathan untuk masuk. Setelah beberapa kali bertandang ke rumah, ia memang menjadi sedikit akrab dengan pegawai di rumah Safira.

Lelaki itu duduk di sofa. "Saya panggilkan Non Safira dulu, Aden mau minum apa?" tanya si asisten rumah tangga.

"Apa aja, Bi," balas Nathan ramah. Wanita paruh baya itu mengangguk lalu pergi dari sana.

Tak lama, Safira datang. Gadis itu terlihat menggemaskan bagi Nathan hanya karena mengenakan baby doll dengan gambar doraemon di seluruh pakaiannya.

"Nathan, ngapain kamu pagi-pagi ke sini?" tanya Safira. Ia mendudukkan diri di sofa seberang, berhadapan langsung dengan Nathan.

"Gue mau ajak lo ke suatu tempat. Gue mau buktiin keseriusan gue, Saf," kata Nathan mantap.

Belum Safira menanggapi ucapan si lelaki, asisten rumah tangganya datang dengan membawa nampan yang berisi dua gelas minuman dan sepiring kue yang dibuat Safira semalam.

Nathan mengucapkan terima kasih setelahnya si asisten rumah tangga mengangguk dan pergi. Ia tahu jika majikan dan tamunya itu memerlukan privasi untuk bicara berdua.

"Kamu serius?" tanya Safira memastikan. Nathan kembali mengangguk dengan mantap.

Safira tersenyum tipis melihatnya. "Aku mandi dan ganti baju dulu, kamu tunggu di sini, ya," kata Safira, gadis itu hendak beranjak dari ruang tamu.

"Belum mandi? Pantes aja dari tadi aku cium bau acem," kata Nathan sambil mengibaskan tangannya di depan hidung, seolah mengusir aroma yang tidak mengenakkan indera penciumannya.

Safira mencebikkan bibir mendengar penuturan kekasihnya. "Enak aja, aku masih wangi walau belum mandi, ya," sanggahnya lalu pergi dari sana sambil menghentakkan kaki karena kesal. Nathan menggelengkan kepalanya pelan, terkekeh melihat tingkah gadisnya yang lucu.

Suara pintu terbuka terdengar tepat setelah Safira masuk ke dalam kamar. Nathan yang tengah mengambil camilan di atas meja mendongak dan melihat seorang gadis keluar dari dalam kamar.

Tatapan keduanya bertemu, si gadis langsung mengerutkan keningnya bingung setelah melihat Nathan.

Niatnya ingin pergi ke dapur ia urungkan, langkahnya kini beralih ke ruang tamu tempat di mana Nathan menunggu Safira.

Gadis itu langsung duduk berhadapan dengan Nathan. "Lo siapa?" tanyanya tanpa basa-basi.

Nathan menelan roti yang ia kunyah lalu menyeruput minuman dingin miliknya dengan santai sebelum menjawab.

Si gadis tampak memperhatikan penampilan Nathan dari atas hingga ke bawah. "Ganteng juga, penampilannya keren, pasti anak orang kaya," batin si gadis.

"Gue Nathan. Gue temenー" Belum selesai Nathan memperkenalkan diri, Safira tiba-tiba datang dan memotong ucapan Nathan. "Nath, berangkat sekarang, yuk!"

Si gadis tampak berdecak melihat kakaknya datang. Ia berdiri lalu melipat kedua tangannya di depan dada. "Oh, temen lo?" tanyanya ketus.

Safira tersenyum lalu dengan beraninya melingkarkan kedua tangan di lengan Nathan. "Ini pacar aku, namanya Nathan."

Si gadis berdecih lalu pergi dari sana. Safira yang melihatnya menyunggingkan senyum sinis, sedangkan Nathan yang melihatnya hanya bisa menggaruk belakang kepala karena bingung.

"Dia siapa? Gue baru lihat," tanyanya.

"Sari, anaknya mak lampir," kata Safira dengan ketus. Nathan hanya manggut-manggut mengerti, ia baru pertama kali melihat adik satu ayah Safira.

Gadis itu tidak mirip dengan kakaknya, wajah Safira polos seperti anak kecil, sifatnya juga baik dan menggemaskan, sedangkan adiknya, mungkin wajahnya memang cukup cantik, namun itu karena riasan yang ia kenakan. Ia tidak suka cara Sari menatapnya, seolah dirinya adalah mangsa yang akan diterkam oleh singa yang kelaparan.

"Mau berangkat sekarang?" beo Nathan mengulangi pertanyaan Safira. Gadis itu mengangguk menjawabnya.

Nathan mengambil gelas minuman lalu menegaknya hingga habis sebelum akhirnya mereka pergi.

Setelah memakaikan helm dan membantu Safira naik ke atas motornya, Nathan lalu mengendarai mesin beroda dua tersebut keluar dari pelataran rumah Safira. Ia melajukan motornya sedikit lebih kencang agar mereka cepat sampai ke tujuan.

Sejujurnya Safira gugup karena Nathan akan membawanya ke basecamp, ke tempat yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya.

Ia takut jika teman-teman Nathan akan berlaku nekat sama seperti Gema karena merasa tidak terima akan keputusan Nathan untuk keluar dari kelompok mereka dan alasan lelaki itu keluar adalah dirinya.

Safira terus melamun memikirkan hal-hal buruk yang belum tentu terjadi, hingga dirinya tidak sadar jika mereka telah sampai.

Nathan menyenggol Safira, membuat gadis itu terlempar paksa dari dunia khayalannya. Ia yang sudah tersadar dari lamunan langsung saja turun dari motor Nathan.

"Lo kenapa ngelamun dari tadi, Saf? Mikirin apa?" tanya Nathan yang membantu melepas helm yang dikenakan oleh gadisnya.

"Aku takut, Nath," cicit Safira.

Lelaki itu menggenggam jemari Safira erat, menyiratkan bahwa dirinya akan melindungi Safira dari gangguan teman-temannya.

Ia meyakinkan dan menenangkan gadisnya, setelah sedikit relax, Safira mengangguk lalu keduanya berjalan masuk beriringan.

Banyak sekali anggota kelompok yang ternyata tengah berada di sana, mungkin karena ini adalah hari sabtu dan sekolah libur.

Safira semakin merapatkan diri pada Nathan setelah mendapatkan beragam tatapan dari orang-orang asing tersebut.

Nathan langsung menuju ke salah satu ruangan, di sana telah berkumpul beberapa orang yang sengaja Nathan hubungi sebelum datang ke basecamp.

"Sorry gue telat," kata Nathan yang langsung duduk di salah satu sofa. Ia juga menyiratkan agar Safira duduk di sampingnya dengan menepuk sisi sofa yang masih kosong.

"Jadi kenapa lo ngumpulin kita ke sini, Nath?" tanya salah satu di antaranya.

Nathan mengilangkan kedua kakinya lalu menatap temannya satu per satu. "Seperti yang gue bilang di chat tadi, gue mau ngomong sesuatu yang serius sama kalian."

Suasana di ruangan itu mendadak menegang. Semua orang terlihat penasaran tentang apa yang akan disampaikan oleh ketua mereka.

Nathan mengambil sesuatu dari kantung jaket yang ia kenakan. Itu adalah kain yang bertuliskan leader yang tempo hari diikatkan di lengan Nathan sebagai tanda.

Ia meletakkan kain itu ke atas meja. Ia juga melepas jaket kebanggannya dan menaruhnya di samping kain.

"Gue memutuskan untuk benar-benar keluar dari sini. Secepatnya kalian cari kandidat yang cocok buat gantiin gue sebagai ketua."

Semua orang yang ada di sana saling berpandangan lalu berbisik-bisik. Mereka tampaknya tidak rela Nathan melepaskan jabatan penting itu.

"Nath, kenapa tiba-tiba? Apa semua ini karena .... " Lelaki itu tidak melanjutkan ucapannya setelah mendapat pelototan dari Nathan.

"Sorry, mungkin keputusan gue bikin kalian kecewa, tapi ini semua gak ada hubungannya sama Safira. Ini murni keinginan gue sendiri," kata Nathan.

Ia menggenggam jemari Safira lalu bangkit. Kedua orang itu hendak pergi dari sana, namun salah satu dari mereka mencegah.

"Pikirin lagi, Nath. Lo segalanya buat kelompok ini. Selama lo memimpin geng kita jadi lebih besar dari sebelumnya," pinta lelaki itu.

Nathan menggeleng. Baginya menepati janji kepada Safira lebih penting. Ia tidak ingin dicap sebagai lelaki pengecut lagi.

"Gue harap kalian mau menerima keputusan gue dengan lapang dada. Sukses terus buat kalian, jangan karena gue out, hubungan pertemanan kita jadi bubar. Kalian tetep sahabat buat gue."

Nathan menepuk pundak temannya lalu tersenyum. Setelahnya ia menarik Safira keluar dari sana. Nathan merasa lega setelahnya, ia berharap Safira benar-benar memaafkan dirinya setelah ini.

Lelaki itu berhenti setelahnya. Ia menggenggam kedua jemari Safira dan menatap gadisnya dalam.

"Gue udah buktiin ke lo, jadi lo mau maafin gue, 'kan?" tanya Nathan.

Safira diam seolah tengah berpikir. Lalu ia menggeleng. "Kamu emang udah tepati janji ke aku, tapi maaf, Nath. Aku gak bisa," desahnya.

Nathan terkejut mendengar jawaban Safira. Ia terlihat sedih dan kecewa. Genggaman tangannya melonggar. "Kenapa gak bisa?"

Safira menatap kekasihnya dengan tatapan sendu. "Iya, aku gak bisa. Gak bisa nolak permintaan maaf kamu," sambungnya.

Nathan yang tadinya menunduk langsung membulatkan kedua matanya. Ia dapat melihat Safira tersenyum kecil seolah puas karena berhasil menjahilinya.

Nathan langsung mencubit hidung Safira hingga memerah. Gadis itu balas mencubit lengan Nathan hingga ia terpaksa melepaskan cubitannya pada hidung Safira.

"Akh, sakit. Kok, lo cubit gue, Saf?" kata Nathan sambil mengelus lengannya yang memerah.

"Kamu duluan yang cubit aku. Dikira gak sakit apa?" ketusnya.

Nathan yang melihat wajah cemberut gadisnya langsung mengusak rambut Safira, ia terkekeh melihat tingkah menggemaskan kekasihnya. "Uluh, pacar Nathan ngambek."

"Nathan!" Safira menaikkan satu oktaf suaranya, ia kesal karena lelaki itu mengejek dan membuat rambutnya berantakan.

Ia berdecak sebal lalu merapikan rambutnya, namun gadis itu terkejut karena Nathan tiba-tiba memeluknya dari belakang.

"Makasih karena lo selalu kasih gue kesempatan dan memaafkan semua kesalahan gue, Saf. Makasih karena lo udah mau bertahan sejauh ini, gue janji gak akan pernah ngecewain lo lagi," bisiknya.

Safira berbalik lalu menangkup wajah Nathan. "Jangan berjanji kalau kamu gak yakin bisa menepatinya."

Gadis itu mengurai pelukan Nathan. "Tetap jadi Nathan yang aku kenal dan tetap bertahan di sisi aku apa pun yang terjadi ya, Nath."

Nathan mengangguk mantap. Ia akan berusaha keras untuk membahagiakan Safira, tidak akan pernah ia biarkan gadis itu menangis karenanya lagi, terkecuali tangis kebahagiaan.


To be continue ....


Aku kembali, gak nyangka udh part 49 aja
besok nih cerita bakal tamat, ucapkan selamat tinggal pada Nathan, Safira, Rafa dan pacar aku si Gema 😂😂

So gimana sama part ini?
Ada yang seneng mereka baikan? Atau malah sebel?

Udh panjang ini, ya
jgn minta tambah lg, wkwk
Jgn lupa tinggalkan jejak stalh baca, yaw
Papai all

28/08/2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro