Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19. Khawatir

Safira dan Nathan kini tengah dalam perjalanan mengantar si gadis pulang setelah selesai belajar bersama. Sebenarnya tidak bisa disebut begitu karena hanya Safira yang belajar sementara Nathan sibuk dengan ponselnya.

Seketika gadis itu teringat jika ia belum membeli perlengkapan bulanannya karena stok di rumah sudah menipis.

Ia menepuk punggung Nathan pelan dan sang empu menoleh.

"Nath, kita mampir ke minimarket dulu, ya. Aku mau beli sesuatu," katanya lalu Nathan mengangguk.

Setelah sampai, Safira langsung masuk dan mengambil keranjang yang tersedia di dalam, bahkan ia melupakan Nathan yang langsung ikut mengekor di belakangnya.

Safira mengambil beberapa keperluan dapur dan alat mandi serta beberapa camilan dan kebutuhan wanita.

Gadis itu sibuk memilah produk mana yang akan ia beli, sesekali melihat label harga. Ia harus berhemat, pasalnya ini adalah akhir bulan dan keuangannya sudah menipis.

Setelah sekiranya selesai membeli barang yang ia butuhkan, gadis itu langsung beranjak ke kasir.

Nathan membawakan belanjaan gadis itu setelahnya dan mereka berdua keluar dari minimarket.

Safira kembali memeriksa barang yang dibawa Nathan, setelah dirasa tak ada yang kurang gadis itu menggandeng tangan Nathan.

Tetapi langkahnya terhenti ketika melihat seseorang yang baru turun dari mobilnya dan sepertinya hendak menuju ke arah minimarket juga.

"Papa," batin Safira, ia panik sekarang. Dengan cepat ia menarik tangan Nathan dan berjalan dengan tergesa.

"Nath, ayo cepet!" katanya sambil menyeret kekasihnya.

Nathan sedikit bingung kenapa tiba-tiba Safira menjadi panik dan wajahnya berubah pucat seolah baru bertemu dengan hantu. Bisa ia lihat bahu gadis itu bergetar.

Ingin ia bertanya apa yang terjadi padanya, tetapi Nathan pikir itu akan membuat gadisnya tidak nyaman, jadi ia urungkan niatnya.

Lelaki itu melajukan motornya setelah keduanya naik dan perlahan motor mulai bergerak menjauhi area minimarket.

Di sepanjang jalan Safira hanya diam, lebih sering melamun. Nathan sangat penasaran ada apa dengan gadisnya, tetapi mulutnya kaku.

Bahkan gadis itu langsung turun dan berjalan duluan ke dalam rumah tanpa menunggu Nathan.

Setelah membuka kunci pintu rumah, Safira langsung mengusir Nathan dengan halus. "Nath, kamu pulang aja, ya. Aku capek hari ini."

Nathan kira Safira akan menceritakan hal yang membuatnya tiba-tiba berubah gundah, tetapi kenyataannya gadis itu malah mengusirnya.

"Lo kenapa, Saf?" tanya Nathan, ia sudah tak tahan lagi memendamnya.

"Aku gak apa-apa, cuma sedikit pusing," bohong Safira.

"Lo sakit? Kita ke rumah sakit aja, ya?" tawar Nathan, ia merasa iba melihat wajah Safira yang masih tampak pucat.

"Aku cuma butuh istirahat aja, jadi mending sekarang kamu pulang." Lagi, Safira mengusirnya.

Nathan memaksakan senyum lalu membelai rambut gadisnya. "Kalau perlu sesuatu langsung telpon gue, oke?" Safira hanya mengangguk.

Gadis itu langsung masuk ke rumahnya setelah motor Nathan melaju, menjauh dari sana.

Safira menutup pintu dan menguncinya, ia menjatuhkan dirinya di balik pintu.

"Kenapa harus ketemu Papa lagi? Untung aja tadi aku cepet pergi jadi Papa gak sempet liat aku," dengkusnya.

Kepalanya mendadak pening, hanya melihat wajah ayahnya saja membuat Safira muak, segala kenangan pahit itu mulai memasuki pikirannya dan tanpa sadar membuat Safira menangis.

Bayangan ketika ibunya meninggal menyakiti kepalanya, dengan langkah sempoyongan Safira berjalan ke kamar mandi.

Gadis itu langsung mengguyur kepalanya dengan air dingin berulang kali sampai merasa puas. Ia selalu melakukan hal itu jika sedang tertekan.

Setelah merasa tenang, Safira keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang basah, tidak memedulikam jika lantainya akan menjadi licin karena tetesan air dibajunya.

Mengambil pakaian ganti di dalam lemari dan kembali ke kamar mandi untuk mengganti bajunya.

Mengambil kain pel lalu mulai mengelap bekas air yang tercecer di mana-mana.

Ia rebahkan diri di ranjang setelah selesai mengepel lantai dan hendak menutup kedua mata sebelum suara ketukan pintu mengalihkan fokusnya.

Safira berjalan cepat dan membuka pintu. "Nathan, kamu ngapain balik lagi?" tanyanya terkejut.

Nathan melihat Safira sejenak sebelum kemudian ia merentangkan tangan dan memeluk gadisnya.

"Gue khawatir sama lo." Lelaki itu menyodorkan sebuah plastik bening. "Gue bawain obat sama makanan."

Safira tersenyum lalu mengambil plastik makanan yang diberikan pada Nathan lalu menyuruh lelaki itu masuk ke dalam.

"Mau minum apa?" tawarnya. Nathan hanya menggeleng, lelaki itu mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya, sebuah minuman kaleng.

"Makan, terus diminum obatnya. Jangan sampai sakit," kata Nathan.

Safira beranjak ke dapur dan meletakkan makanan yang dibawa Nathan ke atas piring lalu kembali.

Gadis itu makan dengan lahap meski dirinya tidak lapar, ia bersyukur karena memiliki Nathan yang perhatian padanya.

Setelah selesai ia hendak meminum obatnya, Nathan membukakan bungkus obat dan botol air mineral lalu menggesernya ke dekat Safira setelahnya gadis itu meminum obatnya.

"Makasih, Nath." Senyum Safira mengembang, tanpa sadar gadis itu sudah melupakan kekesalannya pada sang ayah.

Nathan hanya berdeham sebagai respons. Kini keduanya terjebak oleh keheningan sampai Nathan akhirnya membuka suara. "Masih gak mau cerita sama gue?"

Safira yang masih diam di tempatnya terkejut mendengar pertanyaan Nathan. "Maksudnya?" tanya Safira pura-pura bodoh.

"Gue tahu ada yang lo sembunyiin dari gue, lo ga bisa bohong sama gue, Saf." Sorot mata Nathan menampakkan kepedulian, Safira yang melihat itu sedikit luluh, tetapi dirinya masih enggan menceritakannya.

"Gue gak akan maksa lo buat cerita, itu privasi lo." Nathan menggenggam jemari Safira. "Gue selalu ada buat lo, Saf. Lo gak sendirian di dunia ini, gue bakal selalu ada di sisi lo meski dunia musuhin lo sekali pun. Jadi jangan selalu memendam sakit sendirian, ada gue kalau lo mau membaginya."

Mata Safira membulat sempurna. Sebesar itukah perasaan Nathan untuknya? Sungguh ia masih memikirkan perkataan Gema, memang benar dirinya tidaklah pantas untuk Nathan.

Siapa dirinya? Ia hanyalah gadis biasa yang sudah menyembunyikan hal besar dari Nathan tanpa ingin mengungkapnya. Ia sangat tahu jika lelaki itu sangat membenci sebuah kebohongan, ia tak ingin Nathan pergi darinya setelah mengetahui semuanya.

Safira ingin menjadi egois kali ini, ia ingin Nathan hanya untuk dirinya, ia tak ingin berbagi dengan siapa pun. Sudah cukup ia selalu membagi kebehagiannya dengan orang lain yang berakhir dengan mereka merampas sisa kebahagiaan miliknya.

"Aーaku ... aku." Safira bingung bagaimana harus menjelaskannya.

"Aku perlu waktu sendiri, suatu saat aku bakal jelasin semuanya ke kamu, Nath. Jadi jangan pernah tinggalin aku apa pun yang terjadi," kata Safira akhirnya.

Hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya untuk saat ini. Nathan mengembuskan napas panjang setelah itu mengangguk paham.

"Jangan bikin gue khawatir lagi," katanya.

Senyum Safira terbit setelahnya, ia menganggukkan kepalanya. "Aku janji gak bakal bikin kamu khawatir lagi, makasih karena selalu peduli."

Nathan kini bisa kembali tenang setelah memastikan keadaan kekasihnya. Hanya saja di dalam hatinya masih tersisa pertanyaan tentang apa yang membuat gadisnya tiba-tiba bersedih setelah pulang dari minimarket.

Lelaki itu menyuruh Safira untuk segera istirahat dan dirinya pamit untuk pulang.

Dalam perjalanan pulang Nathan masih memikirkan kejadian tadi, selama di rumahnya gadis itu masih baik-baik saja.

Ketika berbelanja di minimarket ia juga masih memamerkan senyum. Wajah ketakutannya terbit ketika ia keluar dari sana.

Nathan kembali mengingat-ingat, Safira menjadi panik setelah melihat sebuah mobil yang terparkir di pinggir jalan.

Mobil yang ditumpangi oleh lelaki paruh baya yang sepertinya juga akan pergi ke minimarket.

"Tapi apa hubungannya kesedihan Safira dengan itu?" pikirnya.

Kepalanya jadi pusing. Ia segera melupakan pikiran konyolnya dan mempercepat laju motor agar segera sampai ke rumah.

To be continue ....



Udh hari sabtu aja, ak kembali membawa kelanjutan cerita Nathan dan Safira
gimana sama part ini? Makin penasaran sama Safira gak?

Btw thankyou buat 3k view-nya, ya semuanya
View-nya naik lumayan cepet tp vote-nya masih stuck, huhu sedih ak tuh

Dah segitu aja, makasih yg udh mau mampir
jngn lupa vote dan komennya
klo chap ini tembus lebih dri 20 vote dan 50 comment, update selanjutnya ak bkl double


10/07/2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro