13. Date
Kini Nathan sudah berada di pintu masuk tempat wisata, lelaki itu menepati janjinya untuk membawa Safira jalan-jalan ketika weekend.
Ia meraih ponsel miliknya dari saku, jemarinya tergerak mencari salah satu kontak dan meneleponnya.
"Lo udah di mana?" tanya Nathan ketika panggilan tersambung.
"Aku udah di deket pintu masuk," jawab seorang di seberang telpon.
"Gue udah beli tiketnya, gue tunggu lo di samping loket," kata Nathan.
"Iya, aku udah deket, kok."
Nathan berdecak kesal. "Harusnya tadi gue jemput lo di rumah, jadinya kita gak perlu saling tunggu!"
Lelaki itu mematikan sambungan telepon secara sepihak, tiba-tiba sebuah tangan menutup matanya dari belakang.
"Iya, maaf," lirih seseorang di belakangnya.
Nathan tersenyum lalu menurunkan tangan Safira dan berbalik menghadap gadis itu. Merangkul bahu si gadis, Nathan mengajaknya masuk ke dalam.
Tempat wisata sangat ramai, banyak orang berlalu-lalang dan mengantri menaiki wahana. Tentu saja karena hari ini adalah hari libur.
Nathan mengajak Safira untuk menaiki salah satu wahana yang cukup ekstrim yakni roller coaster.
Gadis itu tampak antusias dengan ajakan Nathan, keduanya mengantri giliran mereka sampai akhirnya bisa naik.
Setelah memastikan pengunjung aman, roller coaster mulai bergerak pelan sampai akhirnya mereka naik.
Dari atas sana semua benda terlihat kecil di mata Safira. Ia menggenggam jemari Nathan ketika merasakan roller coaster mulai turun. Semua pengunjung berteriak histeris termasuk dirinya.
Meski sudah turun, Safira merasakan jantungnya masih tertinggal di atas. Sekali lagi dirinya berteriak ketika jalur roller coaster-nya memutar lalu menanjak, benar-benar permainan yang memacu adrenalinnya.
Keduanya turun setelah roller coaster berhenti. Tak selesai di sana, kini giliran Safira yang mengajak Nathan untuk naik wahana lain yang tak kalah ekstrim hingga wajah Nathan memucat setelah mencoba semua wahana yang diinginkan gadisnya.
Safira tertawa melihat wajah pucat pasi Nathan, dirinya tak menyangka jika Nathan akan lemas hanya karena hal semacam itu.
Tak terasa hari mulai sore, keduanya memutuskan untuk mencari tempat makan terdekat dan mengisi energi sebelum melanjutkan permainan lain.
Senyum Safira tak pernah luntur sejak masuk dan bermain beberapa wahana bersama Nathan. Gadis itu senang karena bisa berkencan dengan seseorang yang spesial baginya.
Setelah selesai mengisi perut keduanya kembali memutari tempat wahana dan mencari permainan lain.
Mata Safira tertuju pada sebuah kemidi putar yang sangat besar, ia menunjuk permainan tersebut pada Nathan lalu keduanya naik.
Safira tertawa lepas melihat Nathan yang menaiki kuda di belakangnya. Sesekali lelaki itu memotret Safira dengan ponselnya selama menaiki permainan itu.
………
Malam telah tiba, Nathan dan Safira kini tengah berjalan bergandengan tangan bak sepasang kekasih.
Setelah makan malam, Keduanya memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar sebelum akhirnya mengakhiri kencan mereka dan pulang.
Keduanya berhenti setelah melihat penjual permen kapas, Nathan mendekati penjual tersebut dan memesan satu permen kapas.
Ia memberikan permen tersebut pada Safira lalu membayar, setelahnya keduanya kembali berputar-putar tak jelas.
Safira memakan permen kapas miliknya hingga sisa setengah, seketika Nathan ikut melahap suapan besar permen kapas tadi ketika Safira hendak menggigitnya.
Wajah keduanya sangat dekat, bahkan hampir menempel. Mata Safira membola karena terkejut, dengan cepat ia mundurkan kepalanya dan memberikan permen tadi pada Nathan.
Lelaki itu terkekeh melihat wajah Safira yang mulai memerah, hanya dengan perlakuan kecilnya saja gadis itu malu.
Nathan mengusak rambut gadisnya, salah satu kebiasaan lelaki itu jika merasa gemas pada Safira.
Setelah berhasil menetralkan detak jantungnya, Safira melirik jam tangan yang terpasang apik di tangan kirinya. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
"Nath, udah malam. Aku harus pulang," kata Safira.
Lelaki itu melihat jam di ponsel miliknya, benar juga sudah seharian ia mengajak Safira berjalan-jalan.
"Biar aku anter, ya?" tawar si lelaki.
Safira menggeleng. "Gak usah, aku bisa naik bus. Arah rumah kita berlawanan."
"Tapiー" Safira menyela. "Gak apa-apa."
Setelahnya Safira dan Nathan berpisah di sana. Safira melambaikan tangannya sebelum berjalan menjauh.
Bibir gadis itu bergerak membentuk kata terima kasih tanpa suara. Nathan mengangguk melihatnya.
Gadis itu berjalan sendiri di pinggir trotoar sambil sesekali memeriksa ponsel miliknya. Melihat apakah Nathan akan mengiriminya pesan atau menelponnya.
Dan benar saja dugaan Safira, lelaki itu mengiriminya pesan yang berisi "Udah sampai di mana?"
Safira mengetik balasan "Masih nunggu bus di halte." Kemudian mengirimnya.
Tak lama setelah balasannya terkirim, Nathan meleponnya. Ia tekan tombol hijau pada benda pipih tersebut lalu menempelkannya di telinga.
"Kenapa nelpon?" tanya Safira, gadis itu tersenyum meski Nathan tak bisa melihatnya.
"Coba lo lihat ke belakang," kata Nathan.
Safira menurut dan berbalik, alangkah terkejutnya ia karena melihat Nathan berdiri kurang lebih sepuluh meter di belakangnya.
Entah kenapa kaki membawa Safira berlari mendekati Nathan. Lelaki itu merentangkan tangannya dan mendekap Safira setelah gadisnya sampai.
Safira mendongak. "Kenapa balik lagi?" tanyanya.
Nathan tak menjawab melainkan membuat mimik wajahnya seperti orang yang tengah mengingat-ingat sesuatu.
Lelaki itu melepaskan pelukannya, mendekatkan kepalanya ke telinga Safira.
"Gue ngelupain sesuatu," bisiknya.
"Lupa apa?" Safira tampak penasaran. "Kamu gak nitip barang ke aku, kok."
"Gue lupa sesuatu yang penting, yang harusnya tak terlupakan," katanya lagi.
"Iya, apa?" geram Safira karena dibuat penasaran.
Nathan mendekat. "Ada sesuatu di rambut lo." Sambil menunjuk ke kepala gadisnya.
"Mana?" Safira menunduk, jemarinya meraba kepalanya tetapi tak menemukan sesuatu.
Gadis itu mematung ketika Nathan mengecup dahinya, ia bisa merasakan jantungnya berdebar kencang karena Nathan.
Lelaki itu selalu memiliki seribu cara untuk membuat hatinya luluh dan jantungnya berdisko.
Nathan meraih dagu Safira, membuat gadis itu mendongak dan keduanya saling bertukar tatap.
"Gue gak akan ninggalin cewek pulang sendirian malem-malem kayak gini. Gue bukan pengecut," lirih Nathan.
Lelaki itu melepaskan jaket yang ia kenakan dan memasangkannya pada Safira.
"Nanti kamu kedinginan." Safira mencoba melepas jaketnya, tetapi dicegah Nathan.
Lelaki itu berdiri di belakang Safira lalu memeluknya dari belakang. Memasukkan kedua tangannya yang menggenggam jemari Safira ke dalam saku jaket.
Ia menyandarkan dagunya di bahu Safira lalu berbisik, "Sekarang udah gak kedinginan."
Safira kembali tersenyum, hatinya menghangat mendapat perkakuan manis dari Nathan. Lalu keduanya berjalan dengan posisi yang masih sama sambil melemparkan candaan untuk mengusir keheningan malam.
To be continue ....
Si Mamat makan jambu
selamat hari sabtu
Eh, ga nyambung ya? 😂😂
aku kembali membawa kemesraan Nathan dan Safira cieelah
gimana sama part ini? apakah greget? baper mungkin? atau malah geli?
Aku pribadi pilih opsi terakhir si wkwk
Dahlah, happy reading
jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote and comment yang banyak
lup yu all
26/06/2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro