Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6. Happy Birthday

"Kaori-chan, bisa bantu aku menyusun data anggota klub?" Yukie memeluk beberapa map dokumen kemudian diletakkan di atas meja. Saat ini mereka sedang berada di pojok perpustakaan. Sepi. Ini masih jam istirahat makan siang.

Kaori mengangguk, kemudian membuka satu map dokumen. Jantungnya langsung melonjak, karena langsung disuguhi biodata dari Konoha.

Yukie menatapnya bingung, "Kamu kenapa?"

Kaori menggeleng tegas, "Tidak." kemudian ia kembali melihat biodata itu. Membacanya satu per satu dalam hati.

"Tiga puluh... eh? 30 September?" gumamnya.

Kaori menengadah, Dua hari lagi dong? batinnya.

Kaori kembali fokus pada pekerjaannya. Mencoba fokus lebih tepatnya. Sesekali ia memikirkan hadiah apa yang akan diberikan kepada Konoha.

***

Setelah selesai latihan rutin, Kaori pamit untuk pulang lebih dulu. Ia sudah tahu hadiah apa yang akan diberikan pada Konoha.

Entah ini cocok atau tidak, tapi ini adalah hadiah yang dibuat oleh tangannya sendiri.

Sampailah ia pada toko perlengkapan alat jahit. Berkeliling ia di antara rak yang tingginya menyamai dirinya.

Setelah mendapatkan semua peralatan dan bahan, segera ia pulang untuk membuatnya. Untungnya tidak ada PR untuk besok.

Sampai di kamar, setelah ganti baju dan membersihkan diri, segera ia menuju meja belajarnya. Ditemani penerang yang cukup, pertama Kaori membuat polanya, kemudian mengukurnya, dan seterusnya sampai waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi.

Kegiatan ia hentikan, sisanya ia lanjutkan di sekolah nanti. Persiapannya sudah hampir 70% menurutnya. Segera ia pergi ke alam mimpi sejenak.

***

Kaori kini berada di atap sekolah. Sekarang waktunya jam makan siang. Fokus ia menjahit sesuatu untuk diberikan pada Konoha besok. Sampai-sampai bekal makanan yang ada di depannya belum dibuka.

Kaori menggunting sisa benang lantas bernapas lega.

"Akhirnya sudah selesai." Kaori tersenyum kegirangan seraya memandangi hasil buatannya.

Sebuah boneka berukuran sebesar telapak tangannya dari kain flanel. Boneka itu menyerupai Konoha denga mengenakan jersey nomor 7.

Kemudian terdengar suara pintu terbuka. Buru-buru ia memasukan boneka itu ke dalam saku roknya. Pura-puranya membuka kotak bekal makannya.

Nampak seseorang dari balik pintu, "Oh? Suzumeda?"

Kaori menegang, ia tahu siapa orang yang memanggilnya dengan mana belakangnya. Bahkan satu-satunya di antara teman-temannya. Suara ini juga Kaori kenal.

Menengadah ia pada yang memanggilnya. Benar saja, itu Konoha sambil membawa satu kantong plastik berisi roti dan dua botol minuman.

"Konoha-san?"

Konoha pun duduk berjarak dengan Kaori. Sembari ia mengambil roti dan membuka bungkusnya, "Kamu baru makan?"

Kaori hanya mengangguk.

"Cepat habiskan, dua puluh menit lagi bel pergantian pelajaran akan berbunyi." Konoha yang kini mengunyah rotinya.

Kaori mengangguk lagi, diangkatnya kotak bekal makan itu dan mengambil sumpit.

Andai waktu berjalan lambat, aku ingin seperti ini lebih lama, batinnya menahan senyum.

"Suzumeda, semalam tidur pukul berapa?"

Kaori langsung menoleh pada Konoha, "Eh?"

"Kamu terlihat kurang tidur."

"O-oh... ini.. a-aku begadang mengerjakan tugas sampai pukul dua pagi." Kaori gelagapan kemudian tertawa canggung.

"Oh. Jangan diulangi lagi, ya. Enggak baik buat kesehatanmu." Konoha melempar senyum, sampai menampakkan matanya yang tinggal segaris.

Kaori mengulum bibirnya, menahan diri. Pandangannya ke arah lain supaya tidak ketahuan kalau Kaori terlihat gelisah akibat senyumannya.

Manis, batinnya

***

Besoknya, Kaori datang ke sekolah dengan rasa senang, ia memang seperti itu. Selalu. Namun ada hal yang membuatnya senang.

"Pagi, Suzumeda."

Kaori yang kini berjalan di koridor, menoleh ke sumber suara yang ada di sampingnya. Hampir saja jantungnya melompat keluar dari tubuhnya karena Konoha ada di sampingnya kini. Beriringan berjalan.

"Pa-pagi." Kaori mengembangkan senyum untuk menutupi rasa terkejutnya.

Melanjutkan kaki melangkah mereka menuju kelas masing-masing. Tidak ada pembicaraan lagi. Kaori sibuk mendengar argumen otak dan hatinya.

Langsung kuberi hadiahnya atau nanti saja, ya? pikirnya.

"A-anu, begini Konoha-san." Kaori melirik ke arah lain, sedang Konoha menoleh padanya.

"Ya?"

"Begini, a-"

"Ah! Aku lupa!" seru Konoha menepuk keningnya, "maaf, Suzumeda, aku ke kelas dulu, ya. Ada tugas yang belum kuselesaikan."

"Eh? Ah.. hmm... oke." Kaori berusaha menyunggingkan senyum.

"Sampai ketemu di atap pada saat jam makan siang, ya." Konoha pamit, segera berlalu.

Kaori diam terpaku, mencerna kalimat terakhir tadi. Setelahnya, ia menahan diri untuk tidak teriak. Ingin melompat rasanya.

Namun...

Pada saat jam makan siang, sudah hampir dua puluh menit lagi bel berbunyi, Konoha belum menampakkan dirinya.

Ingin menyusul ke kelasnya, namun, dia terlalu malu. Apalagi itu koridor kelas 3. Bisa-bisa ditatap aneh oleh senior di sana. Itu, sih, yang dipikirkan Kaori.

Kaori membuang napas kecewa, ia langsung saja membuka kotak bekal makanannya dengan kasar. Ia sudah sangat lapar. Duh, kalau begini Kaori berada di mode galak. Sekali salah, bisa kena hantaman.

Hadiah yang di saku roknya kini tidak jadi ia berikan.

Bahkan sampai setelah latihan rutin pun, hadiahnya masih belum sempat diberikan. Baru saja Kaori menghampiri Konoha, tapi sudah lebih dulu Bokuto, seniornya, berseru.

"Teman-teman, hari ini ulang tahun Konoha!"

Kaori berhenti melangkah. Tidak jadi menghampiri karena beberapa anggota klub menghampiri Konoha untuk sekadar memberi ucapan selamat ulang tahun.

"Oke, setelah ini kita ke konbini, ya." ucap Konoha.

"Yey! Ditraktir!"

"Bayar sendiri-sendiri, lah!"

Semua anggota jadi kecewa. Konoha tertawa puas, "Lagian sekarang tanggal tua."

Kaori dari kejauhan menyaksikan keseruan para anggota klub voli putra. Sambil bersedekap lantas tersenyum. Matanya tertuju pada Konoha yang sesekali tersenyum, tertawa.

Aduh, ternyata senyum itu menular, ya, pikirnya.

Kaori yang tadinya ingin marah karena Konoha tidak menepati janji, malah jadi lupa akan hal itu.

***

Setelah berberes, waktunya pulang. Kaori memilih pulang lebih dulu.

"Suzumeda!"

Kaori yang baru sampai gerbang sekolah, menghentikan langkah, ia menoleh pada seseorang yang memanggilnya yang kini sudah di sisinya.

"Konoha-san?"

"Kamu mau langsung pulang?"

Kaori hanya merespon dengan anggukan.

"Bisa nanti saja, enggak?"

"Kenapa?"

"Hmm.. aku mau minta maaf soal tadi. Padahal sudah janji akan ke atap saat jam makan siang." Konoha melakukan ojigi sebentar kemudian menegakkan tubuhnya.

"Oh, tidak apa-apa." Kaori dengan senyumnya yang khas, sebenarnya juga ia sudah lupa akan hal ini.

"Sebagai gantinya, aku akan traktir kamu, lalu aku mengantarmu pulang."

"Eh? Tidak perlu-"

"Sebagai menebus rasa bersalahku. Ya?"

Kaori mengangguk, "Baiklah."

Berjalan beriringan mereka. Ditemani terangnya lampu jalanan, dan suara embusan angin malam yang hangat. Beberapa terlihat dedaunan kering berjatuhan di jalanan. Terang saja, ini sudah memasuki musim gugur.

"Suzumeda, mana hadiahku?" tanya Konoha tiba-tiba.

"Hah?" Kaori sempat terlonjak, "hadiah apa?" Kaori melirik ke arah lain. Bohong. Padahal hadiah untuknya masih tersimpan rapi dalam tasnya.

"Hari ini aku ulang tahun. Kamu tidak memberiku hadiah?"

Kaori terkekeh pelan, "Aku saja baru tahu dari Bokuto-san kalau hari ini ulang tahunmu. Aku mana sempat mempersiapkan."

"Yah... kupikir kamu tahu karena kamu punya biodata para anggota klub."

Kaori menegang, mengingat ia dua hari lalu membaca seluruh biodata Konoha berkali-kali.

"Iya, sih, tapi mungkin biodatamu terlewat saat direkap ulang."

"Begitukah? Kalau begitu, aku boleh pinjam ponselmu?"

Kaori menghentikan langkah, ia menatap Konoha dengan bingung, "Untuk apa?"

Konoha, berdiri di hadapannya kini, "Tidak apa-apa. Sebentar saja."

Kaori membuka tas bahunya, kemudian mencari ponselnya. Setelahnya, diberikan pada Konoha.

Konoha terlihat sedang mengetik sesuatu dengan kedua ibu jarinya. Setelahnya, diberikan pada Kaori.

"Aku menandakan di kalendermu. Tahun depan, kamu jangan lupa memberiku hadiah."

Kaori tertawa geli. Ini lucu. Baru kali ini ada orang yang dengan sendirinya membuat pengingat ulang tahun di kalender ponselnya.

Kaori berhenti tertawa setelah mengulang kalimatnya tadi. Tahun depan, katanya.

"Tapi... Konoha-san, kan, tahun depan sudah tidak di sini."

Konoha menengadah, "Benar juga." kembali menatap Kaori, "Aku akan sisihkan waktuku untum bisa bertemu denganmu."

Detak jantung Kaori kian cepat dari biasanya. Ia tidak mau berandai-andai lebih jauh. Tidak.

"Bertemu denganku hanya untuk mengambil hadiahmu, kan?" Kaori menaikan satu alis.

"Itu poin terakhir. Yang pertama, aku cuma ingin bertemu kamu."

Sungguh, Kaori sedang di ambang tidak ingin merasa diberi harapan dan harapannya melebihi ekspektasi.

Apa maksud dari kalimatnya?

Apa ini saatnya aku menyatakan? Tapi bukankah terlalu cepat?

Tapi kalimatnya tadi seperti tanda bahwa ia juga merasakan hal yang sama denganku.

Konoha melambaikan tangannya di depan Kaori, "Hey!"

Kaori tersadar dari perdebatan batinnya, "Eh? Ah? Sampai mana tadi?"

"Kamu kenapa?" tanya Konoha dengan nada khawatir.

"Ti-tidak. A-ayo pulang." Kaori melangkah lebih dulu.

"Hey, Suzumeda. Mampir dulu ke konbini." Konoha menyamakan langkah dengan Kaori.

***

Kaori menghempaskan diri ke kasur kesayangannya. Memejamkan mata sebentar. Yang muncul malah sosok Konoha sedang tersenyum. Buru-buru ia membuka mata.

Kemudian menoleh ke tasnya yang ada di sampingnya. Membuang napas kecewa.

Pada akhirnya hadiah tersebut tidak diberikan. Ia merasa sia-sia mengerjakannya sampai begadang.

Dibukanya tas tersebut dan mengeluarkan sebuah kotak berukuran sedang. Diambilnya boneka buatannya. Ditatapnya. Sesekali ia usapkan kedua pipi boneka itu.

"Selamat ulang tahun."

[Bersambung]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro