17. Hai Pencinta!
Tulisan tangan Tami kecil dan bulat, berjarak cukup jauh satu kata dengan kata yang lain menandakan ia memang benar-benar memiliki kepribadian yang suka menjaga jarak. Di rentetan tulisan itu, ia menulis sebuah dongeng;
Hai pencinta,
Terkadang kau harus melupakan dulu cintamu seperti Bunga Matahari yang cintanya membesar dengan tabah pada Matahari. Siapa yang mengikuti siapa? Sebenarnya, siapa yang jatuh cinta kepada siapa?
Karena, suatu hari, yang sebenarnya, setiap hari, Matahari merajai langit. Tinggi dan tinggi, ia sudah tahu kemana cahayanya masuk. Ke hutan, gunung, taman, bahkan menembus ventilasi. Sementara jauh di bawah sana, Beda dengan matahari, ada sebuah bunga bernama bunga matahari, dia tumbuh, menguncup, mekar, dan mati. Persamaan dari keduanya hanyalah, bahwasanya mereka tahu, untuk siapa mereka hidup. Untuk Tuhannya.
Matahari selalu saja berada di tempat tinggi. Sedangkan Bunga matahari selalu berada di bumi, di bawah Matahari. Bunga Matahari selalu mengarah ke Matahari. Ketika matahari semakin tinggi dan dikagumi oleh semua makhluk bumi, bunga matahari masih terpaku dan bersedih. Ia tak bisa menjangkau matahari lebih dari pandangan. Semua makhluk di taman mencoba menghiburnya. Termasuk air, angin dan tanah.
Tuan Angin bilang, "Bunga Matahari, kamu ini memang bunga matahari."
Bunga matahari bengong, "Kenapa?"
"Karena mata kamu selalu mengarah ke Matahari."
Bunga Matahari sedih. Dia hanya bisa hidup, mekar, mati. tidak seperti matahari, yang tinggi, yang terang dan hebat! Tapi mengapa ia hanya bisa memperhatikan Matahari..?
Runi menutup buku itu.
Malam itu, Runi tak bisa tidur. Padahal apa susahnya tidur? Bukankah kita hanya perlu memejamkan mata dan melepaskan semua. Merelakan sebagian dari diri kita terlepas entah ke dimensi mana, entah ke langit lapis ke berapa, untuk terbang dan bermimpi tentang apa. Dan kita akan memeluk dunia kita sendiri.
Tapi, seseorang sudah berhasil meringkus perhatian Runi sedemikian kerasnya. Di antara lampu temaram di kamarnya, Runi membaca sebuah buku maroon yang Tami tinggalkan begitu saja di perpustakaan tadi siang. Sebuah buku dengan tulisan tangan kecil-kecil berderet di sana. Ia membaca sebuah dongeng Bunga Matahari dan Matahari.
Ia memang pernah mendengar sebuah legenda Bunga Matahari, tentang seorang Nimfa bernama Clytie yang jatuh cinta pada Dewa Matahari bernama Helios. Cintanya yang besar membuatnya selalu memandangi Helios yang selalu sibuk di angkasa dan tak pernah menyadari perasaan Clytie. Sampai akhirnya, dari dalam tubuh Clytie perlahan-lahan muncul akar dan ia berubah menjadi bunga matahari.
Dan Clytie menghabiskan waktunya untuk menunggu matahari datang setiap hari.
Tapi itu hanya legenda Yunani. Hanya dongeng sebelum tidur sewaktu ia masih kanak-kanak. Runi kecil benci dongeng sedih, ia ingat betul bagaimana akhirnya Marina menghibur dan berkata, bahwa sebenarnya bunga Matahari dilahirkan atas nama cinta Tuhan pada bumi. bukan tentang Dewa atau apapun yang seolah menjadikan sesuatu layaknya kutukan. Dan lagipula, sebenarnya, bunga matahari tak pernah benar-benar malang.
Bunga matahari tidak tahu apa-apa. Runi berbisik pelan.
Runi melanjutkan membuka lembaran buku maroon itu. Ia juga membaca puisi-puisi Tami. Runi tak bisa menghentikan dirinya untuk tidak membaca. Ia memahamkan dirinya bahwa ini tidak masalah. Ini bukan diary. Ini hanya sebuah buku kumpulan puisi walau pada kenyataannya buku itu lebih mirip buku gado-gado yang apapun yang Tami ingat, ia catat begitu saja. Sesekali ia tersenyum, sebab selain puisi, Tami sering menambahkan gambar-gambar ekspresi lucu atau bosan hasil buatannya sendiri. Di bawah sebuah gambar itu, Tami bubuhkan judul 'boring'. Jika ditebak, ia pasti membuatnya ketika bosan dengan pelajaran di kelas. Ia juga menemukan gambar kartun yang sedang menangis. Entah apa maksudnya. Di beberapa lembar, buku itu diselingi dengan kata-kata aneh, semacam; Wolverine, Fakta Perang, Filistin, World war, Sungai Eufrat yang mengering, gunung emas, suku natufian, desa Abu Huraira, sarang laba-laba dan masih banyak catatan-catatan kecil yang ditulis Tami, beserta angka-angka yang menunjukkan halaman buku yang Tami baca selama ini.
Runi menutup buku itu. Lama ia berpikir.
Diamerasa wawasannya benar-benar primitif.
AN. Hai Pecinta! Selamat membaca! :)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro