Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 5 : Berpapasan

Jam kosong, sebuah istilah untuk jam pelajaran yang mana guru mata pelajaran berhalangan hadir. Saat ini jam PKN kosong,  Bu Sukma sebagai guru mata pelajaran meninggalkan tugas untuk mengisi jam kosong. Sambil mengerjakan tugas, Juwita mengirim pesan instan WhatsApp untuk adiknya. Gadis itu berancana pulang bersama Gama dan meminta Alleta membawa pulang mobil Nissan Juke miliknya.

Cil, Booocil! lagi ngapain? Balas cepat gak pakai lama!

Aku lagi mencatat, Kak. Ada apa, Kak? Aku balesnya sembunyi-sembunyi.

Gak nanya! Ntar pulang jemput kunci mobil di parkiran. Tolong bawa mobil pulang.

Kak, aku bawa mobil pulang? Yang bener aja. Aku gak punya SIM.

BOMAT! Bodo Amat! Awas kalau lo ngilang.

Setelah berdebat dalam whatsApp, Juwita pun merasa semuanya akan aman-aman saja. Nanti dia akan pulang diantar Gama. Gadis itu penasaran dengan apa yang akan disampaikan Gama. Sambil terseyum-senyum dia melirik jam di pergelangan tangannya. Masih ada waktu dua jam lagi untuk pulang bersama Gama.

Lagi-lagi Juwita membayangkan betapa irinya para gadis di sekolah ini jika Gama benar-benar menjadi kekasihnya. Meski jujur dalam hati, dia masih sebatas suka. Gama nantinya juga akan menambah prestasi pencitraan dirinya.

Sukses! Setelah dirinya pernah ditolak Airlangga, setidaknya Gama adalah pengganti yang lumayan. Dirinya tidak perlu berusaha melakukan pendekatan yang cukup menyulitkan seperti yang dia lakukan pada Airlangga dulu.

Sekelebat bayangan kisah jatuh cinta mendadak muncul dalam pikiran Juwita. Pagi itu saat dirinya masih kelas X, Juwita baru saja sampai ke sekolah. Gadis itu seperti biasa datang pagi-pagi. Tanpa sengaja, dia melihat sosok cowok berhelm full face mengendarai motor Kawasaki Ninja dengan santai menuju parkiran.

Hidung mancung Juwita menangkap aroma parfum maskulin cowok tadi. Pandangannya masih mengikuti cowok bermotor tadi yang kini memarkirkan motornya di parkiran. Cowok itu akhirnya membuka helmnya dengan pelan bagaikan slow motion film-film romantis yang pernah dia tonton.

"Astaga! Siapa itu?" lirihnya.

Cowok itu menggantungkan helmnya dan segera turun dari motornya. Juwita berjalan pelan mengikuti langkah cowok itu dari jauh. Cowok itu berjalan santai, tiap langkahnya bagi Juwita waktu seolah berhenti. Setiap cowok itu mengusap rambut hitam legamnya, bagi Juwita itu adalah sebuah keindahan.

Ketika cowok itu menghentikan langkahnya, Juwita juga ikut menghentikan langkahnya. Dari jauh, gadis itu memperhatikan gerak-gerik cowok yang belum dia ketahui namanya. Dia sendiri merasa heran, mengapa mendadak terpesona dengan cowok hitam manis itu? Sebelumnya, dia pernah tertarik dengan seorang cowok, tetapi mengapa cowok ini memiliki magnet yang seperti sengaja menariknya untuk mendekati?

"Aku suka, dia sosok yang enak dilihat. Tiba-tiba aku berdebar. Apa aku jatuh cinta?" ucap Juwita pelan.

Masih mengikuti langkah cowok itu, akhirnya Juwita sampai di kelas XI IPS 1, kelas cowok yang membuatnya penasaran. Sebagai gadis idola sekolah, di depan kelas itu dirinya justru digoda cowok-cowok kelas XI IPS 1.

"Juwi!" goda salah satu siswa.

"Juwi, pacar Abang," sambung cowok lainnya.

Juwita hanya menanggapi dengan senyuman ramah. Sambil berjalan pelan melewati gerombolan cowok XI IPS yang berdiri di depan kelas mereka sesekali matanya melihat sosok cowok yang membuatnya penasaran tadi. Dia tidak berhasil menemukan sosok itu. Juwita pun melangkah meninggalkan kelas XI IPS 1.

"Juwi!" panggil seorang siswa yang sepertinya cowok.

Juwita langsung menoleh, penasaran dengan sumber suara. Matanya langsung menangkap wajah salah satu kakak OSIS --Sabda yang saat itu belum menjadi ketua OSIS.

"Kak Sabda?"

Thanks God, cowok itu sekelas dengan Kak Sabda.

"Tumben lewat sini?" tanya Sabda heran.

"Eh, iya Kak. Kebetulan aku pengen muter-muterin sekolah, Kak. Aku belum hafal lokasi sekolah ini," jawab Juwita berbohong.

"Perlu aku temani, nggak?" tanya Sabda dengan lagak sok perhatian.

Juwita meninggikan alisnya. Gadis itu berpikir cara selanjutnya untuk melakukan pendekatan dengan cowok tadi. Berhubung mereka sekelas, gadis itu berniat memanfaatkan Sabda untuk kenalan dengan cowok itu.

"Enggak, Kak. Kayaknya aku mau langsung ke kelas. Oh, iya Kak. Minta nomor HP, dong?" tanya Juwita langsung tanpa basa-basi.

Sabda terbelalak saat Juwita meminta nomor ponselnya. Cowok itu benar-benar terkejut saat cewek paling cantik satu sekolahan meminta nomor ponselnya. Seperti kejatuhan durian runtuh, cowok itu merasa tidak percaya. Di saat cowok-cowok lain berusaha mencari nomornya, dia justru dimintai nomor ponselnya oleh Juwita. Catat, dimintai.

Getaran-getaran pendekatan menurut sabda sepertinya akan terjadi. Siapa yang menolak jika ada cewek cantik kesambet yang menjadikan dirinya sebagai pacar. Tidak perlu antrian, Juwita datang sendiri. Sabda pun semeringah.

"0852 ..., bla bla bla," ucap Sabda bersemangat. Dia tidak tahu kalau Juwita memanfaatkan dirinya untuk melakukan pendekatan dengan cowok misterius yang dia temui tadi.

"Oke makasih, Kak," ucap Juwita setelah menyimpan nomor ponsel Sabda.

"Sama-sama, call me," timpal Sabda percaya diri sambil mendekatkan tangannya ke telinga sebagai isyarat menelepon.

Mimpi Anda?

Juwita hanya tersenyum manis seraya mengacungkan jari jempolnya. Sedikitpun dia tidak tertarik dengan Sabda. Gadis itu hanya tertarik pada cowok eksotis bermotor Kawasaki Ninja yang dia temukan tadi.

***

Pulang sekolah, Juwita sengaja pulang belakangan. Gadis itu akan menemui adiknya di parkiran. Sebisa mungkin pertemuan dengan Alleta tidak dilihat orang lain. Akhirnya, dia berjalan melewati tangga kelas IPS yang bangunannya berada di sisi barat.

SMA Cendekia memiliki tiga bangunan utama berlantai dua. Di bagian timur ada bagunan khusus aula, ruang guru, mushola, ruang OSIS, ekstrakurikuler dan kantin. Sementara di tengah bangunan khusus IPA dan di barat bangunan khusus IPS. Antara lantai dua ketiga bangunan itu dihubungkan oleh jembatan yang menyambungkan masing-masing koridor.

Juwita menuruni pelan tangga gedung IPS. Tanpa sengaja gadis itu berpapasan dengan cowok yang dulu adalah cowok misterius, siapa lagi kalau bukan Airlangga.

Saat mereka berpapasan tatapan mata Juwita memasuki ruangan sempit di dalam mata Airlangga. Ruangan yang membuatnya selalu penasaran. Meski pemilik ruangan itu sejenak pernah dia singgahi. Namun, Airlangga tetap dalam pendiriannya.

Gadis itu langsung tertunduk membuang pandangannya dari mata Airlangga. Sedikit saja, dia bisa kembali terjatuh ke dasar hati yang dalam tanpa kepastian. Airlangga adalah segalanya, cowok itu memiliki visual yang membuat Juwita menyerah.

"Ke mana?" tanya Airlangga yang menghalangi Juwita di tangga. cowok itu menghalangi langkah Juwita dengan santai.

"Ke parkiran, kenapa?" ucap Juwita dingin. Gadis itu menunjukkan sikap dingin sejak Gama hanya menganggapnya sahabat.

Selain Alleta, Airlangga tahu dengan sifat asli Juwita. Juwita tidak perlu memasang sifat manis bak peri cerita negeri dongeng saat berada di dekat Airlangga. Mereka pernah dekat. Cowok itu selalu ada, tetapi tidak ada kesempatan bagi Juwita untuk menjadi kekasihnya.

"Aku anterin, ya?"

"Enggak perlu!" jawab Juwita sinis. "Aku bisa jalan sendiri!"

"Hem, entar kamu digodain cowok gimana?"

"Udah digodain, kok," ucap Juwita mengalihkan pandangan ke arah lain. Sejujurnya dia tak kuat menatap wajah lembut Airlangga.

Kenapa giliran mau PDKT sama Gama, preman ini malah muncul. Datang tak dijemput pulang tak diantar. Berat banget cobaan gue.

"Siapa yang godain?"

"Nih, kamu godain aku!" gerutu Juwita seraya memberanikan diri menatap wajah Airlangga.

"Ha ha ha, serius?" goda Airlangga

"Aku serius, kamu lagi godain aku kan?"

"Aku mungkin akan godain kamu terus," jawab Airlangga santai. Cowok itu memasukkan jemari kedua tangannya ke saku celana abu-abunya yang berwarna agak lusuh.

"Gosah gombal, Bung!" rutuk Juwita.

"Aku lupa kalau kamu enggak butuh gombalan aku lagi. Aku lupa kalau kelihatannya sekarang udah punya pacar," komentar Airlangga.

"Trus kenapa? Enggak suka kalau aku punya pacar?"

Yes, dia akhirnya cemburu. Lumayan juga nih, kalau pesona Gama bikin dia cemburu. Sadar, ya, Airlangga! Enggak usah sok kecakepan pernah nolak gue. Gue cewek nomor satu, number one, Gue masikh enggakrela!

"Suka, suka, suka. No problem. Itu haknya kamu loh!"

Yah batal, dia malah bilang suka. Dia Gak keberatan dong kalau gue pacaran sama Gama.  Oke baiklah! Pendekatan ini gue lanjutkan. Welcome Gama!

"Kenapa jawaban kakak begitu? Cemburu?" semprot Juwita tidak mau kalah. Gadis itu kini mencoba menantang Airlangga sekadar ingin tahu bagaimana perasaan Airlangga jika Juwita mengaku kalau sudah punya pacar. Padahal, Gama belum resmi menyatakan perasaannya.

"Enggak lah, aku malah seneng temenku punya pacar baru.  kalau kuperhatikan dari jauh, kelihatannya lebih bersemangat," terang Airlangga.

Oh, jadi lo masih perhatiin gue? I see .... Trus gimana kalau gue pacaran sama cowok paling ganteng di sekolaj ini? Gue sangat berharap lo nyesel karena keputusan bego lo itu.

"Ya, dong," jawab Juwita singkat.

"Pasti pacar kamu ganteng banget!" tebak Airlangga.

Nah itu, lo udah tahu!

"Enggak juga, gantengan kamu kok!" jawab Juwita menunduk seraya menghindari tubuh Airlangga yang menghalangi langkahnya tadi.

"Juwi," panggil Airlangga.

"Apa, Kak? Sorry banget, aku buru-buru," ucap Juwita berlalu meninggalkan Airlangga.

Di tangga, Juwita mendongak ke atas. Matanya menangkap sosok Airlangga yang berdiri dan sedang melihatnya dari atas. Juwita tersenyum singkat sebelum dirinya meninggalkan Airlangga dengan langkah yang cukup berat.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro