Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 33 : Kristal

Sejak suci merekam aksi intimidasinya, Juwita menjadi sedikit pendiam dan tertutup. Gadis itu juga sedikit menghindar dari teman-temannya. Juwita bahkan menghindar  dari Airlangga yang sangat dia suka. Sedangkan saat bertemu Gama, gadis itu hanya "say hai" saja.

Setiap diajak kumpul bersama tiga temannya, Juwita berusaha untuk menghindar dengan alasan cepat pulang. Dia benar-benar mencemaskan pamornya yang tak lama lagi akan jatuh. Sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Meski belum siap dengan kemungkinan buruk yang akan terjadi, Juwita mau tak mau tetap harus bersiap-siap dengan kejadian nantinya. Dia harus bersiap dengan cibiran siswa lainnya di sekolah. Seperti, Cantik-cantik hatinya busuk, ternyata bermuka dua, drama queen, munafik, fake girl, dan segenap cemooh lainnya.

Berhubung dirinya masih diliputi rasa cemas, dia memutuskan untuk mematikan ponselnya sementara. Namun, malam ini tergerak hatinya untuk menyalakan ponselnya. Mendadak, pikiran tentang video itu beralih ke sosok Kristal yang disampaikan Rifa.

"Kristal, siapa? Mengapa Bunda Kak Suci menangis saat memelukku dan menyebut Kristal?" lirih Juwita.

Setelah ponselnya menyala, pesan masuk dengan cepatnya ke aplikasi WhatsApp. Ada sekitar ratusan pesan masuk, termasuk pesan grup yang tadi dia abaikan. Satu persatu pesan akhirnya dia baca.

Airlangga:
Juwi di mana? (11.01)

Juwi, kok kamu diem aja? Marah, ya sama aku? (11.30)

Juwi serius, kamu di mana sih? Pulang bareng yuk? (13.30)

Ya udah, kalau kamu udah baca pesan ini. Balas, ya. (15.50)

Juwita sengaja mematikan laporan pesan. Pesan Airlangga sudah dibacanya, tetapi cowok itu tidak akan tahu. Membaca pesan Airlangga yang tampaknya mencari dia, Juwita menutup mulutnya dan menangis.

"Gimana kalau Kak Airlangga tahu? Aku udah jahatin Alleta lagi. Enggak lama lagi dia pasti ngejauhin aku," ucapnya tanpa membalas pesan Airlangga.

Setelahnya, gadis itu membuka pesan dari teman-teman lainnya. Gadis itu merasa tidak perlu membalas semua pesan. Dia membuka pesan yang perlu dibaca saja. Satu pesan masuk dari nomor tak dikenal membuatnya terkejut karena icon sebuah file video.

Matanya melotot dan langsung membuka pesan itu. Dadanya juga berdebar.

O821 ....
Hey, ini vidio Lo. Gak akan gue sebar. Semua ini demi Bunda Gue dan Kristal.

"Ini pasti dari Suci." Juwita memegang dadanya seolah kembali mendapat teka-teki baru, Kristal. "Demi Kristal?"

Juwita menggigit bibirnya. Matanya memanas, tiap mendengar nama Kristal hatinya selalu bertanya-tanya, dadanya juga berdebar hebat.  Juwita teringat sahabat Bunda Rifa yang tadi membuat wanita itu menangis.

"Kristal? Nama yang bagus," desisnya seraya mengusap air mata.

Meski masih belum terlalu larut malam, gadis itu mematikan lampu kamarnya dan membaringkan tubuhnya. Sepertinya, sejak kejadian video yang diambil Suci pikirannya terkuras dan perasaannya terguncang hebat. Gadis itu bahkan melewatkan makan siang dan makan malam hingga matanya terpejam.

***

Gadis delapan tahun tampak berjalan di sebuah taman yang penuh dengan bunga-bunga. Angin sepoi-sepoi mengembus pelan tubuhnya hingga rambut hitam panjangnya melayang ringan. Gadis itu tersenyum dan memutar tubuhnya lalu mengangkat tangannya.

Anak keci itu tentu saja senang berada di tempat menyenangkan seperti ini. Udara yang sangat sejuk, bunyi curahan air terjun yang tenang dan denting lonceng kecil. Gadis itu tersenyum seraya berlari pelan. Sesekali gadis itu memetik bunga yang warnanya menarik hatinya.

Selama berjalan sambil memetik bunga akhirnya dia sampai di hamparan padang rumput yang diselingi bunga-bunga putih. Di tengah hamparan bunga yang luas itu, ada sebuah pondong rindang. Dia melihat seorang wanita yang sendirian berayun dengan ayunan yang menggantung di salah satu ranting pohon.

Wanita itu makin mengayun dan rambutnya melambai sesuai gerakan ayunan. Melihat keseruan berayun,  gadis kecil itu tampak tersenyum senang dan berlari kecil karena ingin mencoba ayunan itu juga.

Wanita itu tersadar ada gadis kecil yang mendekatinya. Dia pun tersenyum dan mengentikan ayunan. Lalu dia berdiri dan berjalan mendekati gadis kecil itu.

Netra gadis kecil itu membulat saat melihat wanita yang sangat cantik. Bergaun putih, berambut panjang, dan wajahnya sangat cerah karena cahaya yang terpancar dari wajahnya. Perlahan wanita itu mendekat dengan wajah yang amat semeringah?

"Juwita ...," panggil wanita cantik itu dengan suara yang terdengar sangat lembut.

Gadis kecil itu mengerutkan keningnya dan mundur selangkah demi selangkah seiring mendekatnya wanita cantik bergaun putih itu.

Wanita itu merentangkan tangannya seolah ingin sekali menggendong Juwita kecil. Lalu dia berjongkok dengan tangan yang masih terentang. "Juwita ...."

"Kristal?" panggilnya ragu.

Wanita itu tersenyum dan masih merentangkan kedua tangannya. Wajah lembut wanita itu membuat Juwita kecil merasa nyaman dan percaya. Juwita kecil perlahan melangkah mendekati.

"Kristal?" panggil Juwita.

Wanita itu memeluk Juwita kecil saat Juwita sudah sampai di pelukannya. Wanita tegar itu masih tersenyum lembut. Lalu, dia mengecup pipi Juwita kecil. "Bunda," bisik wanita itu di telinga Juwita kecil.

"Bunda?" tanya Juwita dengan suara kecil.

"Iya," bisik wanita itu.

Juwita melonggarkan pelukannya dan menatap wanita itu lekat-lekat. Wajah bersinarnya terlihat sedikit asing, sama sekali dia tak pernah bertemu wanita ini.

"Jangan sedih lagi, ya," pesan wanita itu.

"Iya," jawab Juwita.

"Janji?"

"Janji," ucap Juwita kecil.

Wanita yang dipanggil Bunda itu menggandengnya dan membimbingnya menuju ayunan. Lalu, wanita itu memangku Juwita kecil dan mulai menganyun ayunan. Keduanya berada daalm satu ayunan. Juwita kecil tertawa takjub, dia bermain ayunan sambil melihat keindahan taman itu.

Langit berwana merah muda, pelangi yang membelah pertengahan bukit hijau. Di tengah bukit ada air terjun indah. Juwita kecil tersenyum seraya menatap wanita muda yang memangkunya.

"Bunda?" panggil Juwita.

Wanita itu menoleh dan mengecup ubun-ubun Juwita kecil. "Kamu jangan sedih, kamu harus kuat. Kamu jarus jagain Ayah, Ibu, dan adik kamu," ucap wanita itu.

"Aku enggak sedih, Bunda," jawab Juwita polos.

"Kamu sekarang sudah besar. Bunda senang melihat kamu," timpal wanita itu.

"Kenapa aku belum pernah melihat Bunda?" aku hanya melihat Ibu.

"Kamu sayang Ibu?" tanya wanita itu.

"Aku sayang ibu," jawab Juwita kecil.

Wanita itu tersenyum dan menunjuk ke sebuah arah. Di mana Ibu Juwita sedang berjalan mencarinya. Juwita menoleh sekilas ke arah ibunya.

"Tapi aku mau bersama Bunda juga," ucap Juwita.

"Kamu boleh kapan aja datang ke sini menemui Bunda. Suatu saat kita ketemu lagi lebih lama lagi. Sekarang, kamu harus kembali bersama ibu kamu," ucap wanita itu.

"Tapi?"

Wanita berbaju putih itu tersenyum mantap sebelum mengusap kepala Juwita kecil.

"Juwita, Juwita," terdengar suara Yeni memanggil dan mencarinya.

"Itu ibu. Dia adalah ibu kamu yang sebenarnya, dia sangat menyayangi kamu. Sama sepertiku," ucap wanita itu.

"Bunda pergi dulu," pamit wanita itu.

"Enggak, aku mau sama Bunda juga," rengek Juwita. "Bunda, aku mau main sama Bunda."

Wanita berbaju putih itu menggeleng dan meneteskan airmata.

"Aku mau di sini, aku suka di sini," rengek Juwita seraya memeluk tubuh wanita itu,

Wanita itu tampak menangis tanpa suara. Tatapannya kosong. Akhirnya wanita itu menyandarkan kepalanya ke salah satu tali ayunan. Perlahan sosok wanita itu tampak kabur dan menghilang berganti dengan angin yang mengembus Juwita kecil. Kini Juwita duduk sendiri di ayunan itu,

"Bunda!!!" pekik Juwita seorang diri di ayunan.

"Bunda!"

"Bunda!" panggil Juwita dengan tangis yang membuncah. "Jangan tinggalin aku di sini."

"Bunda! " ucap Juwita seraya membuka matanya.

"Kristal," desisnya setelah sadar dari mimpi.

"Ternyata aku tadi bermimpi," ucapnya seraya mendudukkan tubuhnya dan melihat jam di nakas sebelah ranjangnya. "Masih setengah empat."

Gadis itu kembali membaringkan tubuhnya. Tangannya meraba remot AC yang tergeletak di sekitar dia berbaring. Lalu menaikkan suhu kamarnya. Gadis itu merasa kedinginan, mendadak dia merasa tidak enak badan.

"Ternyata mimpi itu lagi," desisnya pelan. Kembali dia menutup matanya dan berharap bermimpi yang sama.

Kristal

Terima kasih teman-teman sudah mengikuti cerita ini. Kalian pernah gak, mimpi tapi jadi kita tapi masih kecil? Author pernah ....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro