
Bab 21 : 2500 Meter
Keesokan harinya, Juwita dan Alleta benar-benar menemui Gama di simpang empat. Gadis-gadis cantik itu mengenakan pakaian olahraga seadanya. Juwita mengenakan celana trening berwarna abu-abu pudar. Gadis itu memadukannya denga kaos oblong berwarna senada. Rambut panjang hitamnya dia kuncir ekor kuda dengan niat agar rambutnya tidak menggangu pergerakannya.
Sementara Alleta, gadis itu mengenakan celana trening parasut berwarna merah muda dengan jaket yang senada warna dan bahannya. Alleta juga menguncir rambutnya. Gadis itu juga menambahkan bando kaos berwarna putih di keningnya supaya anak rambutnya tidak menggangu pergerakannya.
Mata Juwita menangkap Gama yang sedang pemanasan di trotoar jalan. Baru melihatnya saja, Juwita rasanya pusing dan mual.
Bisa-bisanya ada cowok yang amit-amit kelewat sempurna kayak Gama. Lihat tuh, belum mulai joging dia udah keringetan!
Setelah puas mengumpat, Juwita menatap Alleta yang berada di sebelahnya. Alleta tampak sesekali mencuri-curi pandang ke arah Gama sambil sesekali meremas tangannya karena gugup.
"Lihat tuh, pacar lo! Nyari-nyari kerjaan banget!" desis Juwita,
"Kok, pacarku sih," protes Alleta pelan.
"Ini gara-gara gue telanjur ngaku suka olahraga, malah sekarang gue kena batunya!" umpat Juwita. Sementara Alleta tersenyum singkat lalu menutup bibirnya.
"Mmm, Kak?" tanya Alleta dengan suara pelan.
"Apa?"
"Kita kok janjiannya sama Kak Gama di sini?"
Juwita mengembuskan napas. "Gini nih, kalau deket sama cowok kelewat sempurna. Dia ngajak kita joging dua setengah kilo!" ucap Juwita ketus.
Alleta hanya menanggapinya dengan mata melotot. "Enggak apa-apa, Kak. Sekali-sekali, kita juga udah lama enggak olahraga,"jawabnya.
"Gue mah enggak, lo aja kali!"
Gama mulai menyadari kalau dua gadis yang dia kira sepupuan itu sudah sampai. Cowok itu menghentikan pemanasannya dan langsung menghampiri Juwita dan Alleta yang tak jauh berdiri darinya.
"Hai Juwi, hai Alleta?" sapanya.
"Hai, Kak," jawab Alleta ramah.
Dih, sumpah ribet!
"Hai," jawab Juwita singkat.
"Loh, kok kamu kayanya beda banget? Apa kamu kurang sehat?" tanya Gama.
"Oh, aku baik-baik aja kok. Aku siap buat joging dua setengah kilo," jawab Juwita seraya meregangkan tangannya seolah sedang pemanasan.
"Wah, jadi semangat nih kalau gitu," ucap Gama.
Yeah!
"Tenang aja, aku biasa kok. Dulu malah ayahku ngajakin joging lima kilo aku sanggup, ya kan Let?" ucap Juwita seraya minta dukungan Alleta.
"Hm, iya," jawab Alleta diiringi anggukan.
Padahal sebenarnya, Juwita joging tidak sampai lima kilometer. Gadis itu justru ngambek dan memesan transportasi online hingga ayahnya memarahinya.
Akhirnya dengan berat hati, Juwita terpaksa joging bersama Gama dan Alleta. Sepanjang perjalanan hanya diisi keluhan dalam hati meski pura-pura semangat yang dia tampilkan.
Capek! Capek! Tuhan, tolong ....
Sadar Juwita tertinggal, akhirnya Alleta dan Gama menoleh kebelakang. Juwita langsung memposisikan tubuhnya kembali tegap setelah berjalan terseok-seok di luar pantauan Gama dan Alleta.
"Ayo, semangat!" ucap Gama seraya berlari kecil.
Ya ampun, cowok ajaib ini terbuat dari apa sih! Kuat banget, dari tadi sama sekali enggak jalan, dia lari gak berhenti-berhenti. Mungkin emaknya ngidam beton kali. Si Alleta juga, kenapa dia kuat gitu? Apa itu yang namanya power of love?
Tak terasa akhirnya mereka sampai di gelanggang olahraga dengan tubuh berkeringat dan segar. Meski segar, tetap saja Juwita merasa capek. Gadis itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa capeknya. Dia pun berjalan dengan gerakan yang cukup lambat.
"Capek, ya?" tanya Gama.
Enggak capek lagi namanya, tapi lo nguji gue banget!
"Enggak, masih kuat kok," jawab Juwita santai.
"Kalau kamu, Alleta?"
"Capek sedikit, hehe," jawab Alleta Jujur.
Gama tersenyum simpul. Cowok itu kini menghentikan lari-lari kecilnya dengan berjalan mengiringi Alleta dan Juwita. "Sekali seminggu aku biasa ke sini. Kadang sendiri, kadang sama Randi," ucap Gama seraya menyebut nama teman sebangkunya.
"Oh," jawab Juwita.
"Kamu katanya biasa olahraga? Berarti kalian olahraga berdua?" tanya Gama penasaran.
Nguji kebenaran banget nih cowok! Ngebongkar kenyataan iya juga!
"Aku biasa olahraga yang gak pakai otot. Ya, aku olahraganya catur sama yoga," jawab Juwita asal.
"Oh, gitu," sambung Gama.
"Maaf, ya kemaren aku lupa cerita kalau aku sukanya yoga sama catur," pungkas Juwita.
Gama tertawa pelan. Lalu pandangan cowok itu beralih ke Alleta. " Enggak apa-apa, Kalau kamu?"
"Aku jarang olahraga, Kak. Tapi aku sering main basket sama ayahku," jawab Alleta Jujur.
"Pas banget, biar kalori berkurang sedikit lagi. Gimana kalau kita main basket?" ajak Gama dengan mata berbinar-binar.
Gama emang beneran jadi cobaan hidup gue karena kebanyakan bohong dan jaim. Lihat nih, habis ngajak joging dua setengah kilo, skrg dia ngajakin main basket. Emang dia kira gue robot? Nih, si Alleta juga masih kuat! Awas aja kalau ntar malem minta dipijitin Mbok Isah.
"Gimana?" tanya Gama bersemangat?
"Aduh, kalau aku kayaknya skip dulu deh. Kakiku kayak kesemutan gitu," bohong Juwita.
"Waduh, ya udah deh. Kalau gitu kamu duduk aja dulu ya. Alleta juga kalau capek duduk aja. Aku mau main basket bentar aja," papar Gama.
"Aku ikut main basket, deh," usul Alleta.
Gama tersenyum dan mengangguk. Mereka meninggalkan Juwita yang duduk di pinggir lapangan basket yang terbuka. Gama berjalan ke pinggir lapangan lainnya untuk mengambil sebuah bola berwarna oranye itu. Dari pinggir lapangan cowok itu mencoba melempar bola, kebetulan dalam sekali lemparan bola itu masuk ke dalam ringnya. Alleta memberikan tepukan sebagai pengganti pujian.
"Alleta, ayo coba!"
Alleta berjalan mengambil bola basket dan mencoba melemparnya, tetapi gadis itu gagal memasukkan ke dalam ring.
"Semangat!" ucap Gama.
Dari pinggir lapangan Juwita hanya menahan umpatan. Sesekali gadis itu menggeleng melihat Gama yang sepertinya sangat berenergi.
Emaknya mungkin selama hamil minum doping (5). Beneran gak ada capeknya tu cowok. Gue pernah bergelendot sih, dan emang ototnya terbentuk bagus banget. Tapi, ya itu. Gue eneg lihat cowok kelewat perfeksionis kayak dia. Dia pinter, ganteng nomor satu di sekolah, anak orang kaya, rajin olahraga, makanannya sehat banget sampe kalori aja dihitungnya. Hampir kayak enggak punya kekurangan.
"Ayo," ajak Gama dari tengah lapangan.
Juwita senyum sekilas dan menggeleng pelan. Gama menanggapi dengan mengacungkan jempol sebelum cowok itu berebut bola basket dengan Alleta.
Katanya yang ketiga setan, dari sini aja udah jelas setannya gue. Mereka asik-asik main basket. Apa mereka gue tinggal aja kali, ya?
Juwita menggaruk kepalanya yang sedikit gatal karena keringat. Matanya masih melihat sosok Gama dan Alleta yang asik bermain basket. Gadis itu berdiri dan mengendap-ngendap meninggalkan Alleta dan Gama yang tengah asik bermain. Selangkah demi selangkah, akhirnya gadis itu benar-benar menjauh dari lapangan basket.
Juwita berjalan pelan sambil melihat waktu di pergelangan tangannya. Selanjutnya gadis itu berjalan pelan tanpa arah dan tujuan.
"Olahraga?" tanya seseorang yang bersuarakan cowok.
Juwita menghentikan langkahnya, sejenak gadis itu menoleh. Matanya melotot terkejut saat melihat sosok cowok yang menanyainya.
Catatan kaki :
5. Doping : Obat kuat yang diam-diam dipakai atlet. Jika atlet ketahuan meminum doping (lewat tes urine) biasanya akan didiskualifikasi dalam event olahraga.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro