
Bab 17 : Cowok Ajaib
Alleta melihat Gama memanggilnya dan melambaikan tangan. Tetapi, gadis itu tak menghentikan langkahnya meski Gama memanggilnya. Juwita pun akhirnya memutuskan memanggilnya dengan elegan dan santai.
"Alleta, sini Say!" panggil Juwita.
Panggilan Juwita membuat langkah Alleta terhenti. Juwita tahu kalau Alleta tak ingin ribut-ribut dengannya. Alleta pun akhirnya berjalan pelan kembali ke ruang tamu dengan menunduk. Juwita tahu kalau kini adiknya itu menahan tangis. Sebab pipi Alleta terlihat merah, dan hidungnya kembang kempis.
Perut Juwita terasa seperti digelitik. Lucu sekali rasanya setelah mengerjai Alleta yang sangat lembek itu. Gadis itu tidak serius bergelendot di bahu Gama. Juwita mengulum senyum saat Gama terkejut melihat Alleta.
Kayaknya lo suka sama Alleta. Oke, gue ikuti permainan lo, Ga. Seru juga, sih.
"Jadi kalian sepupuan?" tanya Gama tak percaya.
"Iya," jawab Juwita santai.
"Pantesan, ya. Kalian sama-sama pinter," puji Gama.
Alleta masih berdiri di depan mereka berdua. Gadis itu bingung tidak tahu akan bersikap seperti apa.
"Jangan berdiri di situ, dong. Ayo sini gabung," ajak Gama.
Alleta menggeleng pelan. Dia tidak berani menatap Gama.
"Kenapa? Kamu sibuk apa, sih?" tanya Gama ingin tahu. Setelah Gama bertanya dan tidak dijawab Alleta, akhirnya cowok itu menoleh pada Juwita. "Sibuk apa dia?" tanya Gama.
"Enggak tahu, Ga."
"Ayo, ajak dia gabung sama kita. Kalau kamu yang ajak kayaknya dia mau," ucap Gama.
"Letta, ayo ganti baju nanti ke sini," ucap Juwita kalem.
***
Gama berdecak kagum tak berkedip setelah Alleta masuk ke ruang tamu. Gadis itu mengganti pakaian rumahnya dengan pakaian yang lebih bagus. Dia mengenakan blus longgar berwarna pastel dipadu kulot hitam. Leher jenjangnya tampak indah karena kalung perak berliontin mutiara melingkar manis di lehernya.
Masih baru seperempat kecantikan Alleta yang terlihat. Alleta tidak melepas kacamata bergagang hitamnya dan tetap menggulung rambut kecoklatannya. Gadis itu berjalan pelan dan senyum basa-basi pada Gama dan Juwita. Setelahnya, dia masih canggung untuk bergabung dengan Juwita dan Gama hingga dirinya masih berdiri.
"Eh, kalung kamu bagus. Cocok banget kalau kamu yang pakai," puji Gama. Gama memuji kalung pemberiannya yang sengaja dipakai Alleta. "Ya, kan Ju?" ucap Gama meminta dukungan Juwita.
"Iya."
Enggak, biasa aja.
"Duduk sini, yuk!" ajak Gama seraya menepuk sofa di sebelahnya.
Ih, Gama apaan sih! Beneran gak nyangka deh, dia kegatelan banget. Godain Alleta lagi, najong¹.
"Alleta, tamu ibarat raja. Kamu duduk sana, gih," sambung Juwita.
Alleta merasa ragu-ragu untuk duduk di sebelah Gama. Begitu duduk di sebelah Gama, sesekali dia menatap wajah Gama dan Juwita bergantian. Wajah Gama terlihat fair, tetapi luar biasa kalau Juwita, dia sangat bisa berekting di depan Gama. Saat Gama membelakangi Juwita, Juwita membesarkan matanya pada Alleta. Kadang-kadang Juwita juga mengepalkan tangannya di belakang kepala Gama.
Mau marah rasanya tidak mungkin. Tetapi kadang sikap Juwita terlihat lucu. Dia harus berpura-pura baik dan melotot saat Gama membelakanginya.
"Enggak nyangka, ya. Kita bisa ketemu di sini. Kamu kok enggak cerita kalau kalian sodaraan," ucap Gama basa-basi,
"Kakak enggak nanya," jawab Alleta.
"Iya sih, aku belom nanya. Tapi kejutan banget bisa ketemu kalian di sini," sambung Gama semeringah.
"Iya, he he," jawab Alleta.
"Ju, aduh. Dari tadi kamu diem aja. Maaf aku keasikan ngobrol sama Alleta."
"Oh, enggak apa-apa. Aku seneng loh kalau kalian akrab," ujar Juwita. "Oh, iya. Gama di minum dulu tehnya."
"Oh, iya hampir lupa." Gama langsung mengabil secangkir teh rendah gula yang masih terhidang di meja ruang tamu. Keasikan ngobrol membuatnya langsung menyeruput teh yang masih panas itu.
"Augh, panas," rintih Gama.
Ha ha, bego.
"Aduh, Kak Gama enggak apa-apa," tanggap Alleta. Gadis itu cepat-cepat mengambil tissu dan mengusap bibir tebal Gama yang kepanasan.
Juwita mengulum senyum menahan tawa melihat Gama kepanasan. Juwita menahan tawa dengan senyum hingga dia tidak menyadari kalau adiknya kini saling tatap mata dengan Gama.
Alleta menatap mata Gama, begitu pun Gama. Cowok itu menatap Alleta lekat-lekat sambil menerima usapan tisu di pipi bawah Gama yang basah karena tumpahan teh. "Alleta udah, aku enggak apa-apa, kok," ucap Gama pelan.
"Oh, maaf," sahut Alleta menjauhkan tangan dan menggeser tubuhnya.
Dih, mereka sok romantis. Gue jadi obat nyamuk.
"Ekhem." Juwita pura-pura berdeham menghentikan aktifitas Gama dan Alleta. "Kamu enggak apa-apa, Ga?" tanya Juwita.
Gama menoleh ke kanan di posisi Juwita duduk. Mereka duduk bertiga dengan Gama berada di posisi tengah. "Enggak apa-apa. Maaf, tadi aku terlalu bersemangat sampai enggak tahu kalau teh itu masih panas."
"Seharusnya aku yang minta maaf. Aku yang nyuruh kamu minum. Aku lupa kalau teh itu masih panas," papar Juwita.
"Enggak apa-apa. Itu enggak terlalu panas, kok. Tapi cuma ngagetin dikit aja," jawab Gama. "He he."
"Aku juga minta maaf, Kak Gama. Tadi aku yang buat teh. Aku ngasih air panas enggak nyampur air dingin," sambung Alleta.
"Sudah sudah, enggak apa-apa. Kalian nggak usah merasa bersalah hehe. Ini agar-agarnya boleh dimakan enggak nih?" tanya Gama.
"Boleh dong. Tenang aja, aku udah nyiapin tadi. Semuanya bebas gula, rendah lemak, dan rendah kalori," papar Juwita.
"Ah, aduh aku jadi malu, ngerepotin. Tapi memang, kita akan lebih sehat kalau mengurangi makan yang manis-manis," cerita Gama.
"Gitu, ya?" tanya Alleta.
"Iya, dan aku seneng banget bisa nerapin hidup sehat begini," jawab Gama bersemangat.
Gama melanjutkan obrolan membosankan perihal hidup sehat. Setelah bercerita dan berbangga hati karena pola hidup sehatnya itu, Gama kembali mulai bercerita tentang kenakalan remaja. Jika kebanyakan cowok-cowok diam-diam merokok di bawah usia delapan belas tahun, Gama sama sekali tidak pernah mencoba merokok. Lagi-lagi cowok itu mengedepankan slogan pola hidup sehat.
Obrolan menggebu-gebu itu ditanggapi baik oleh Alleta. Sementara Juwita yang dibelakangi Gama hanya bisa mengembuskan napas, mendesah, menarik sudut bibir, memajukan bibirnya, memutar bola mata ke atas, dan menjulurkan lidah.
Bosan deh gue. Sumpah!
Lama memunggungi Juwita, akhirnya Gama tersadar kalau Juwita seperti tidak dihiraukan. "Aduh, Juwi maaf," ucap Gama.
"Oh, enggak apa-apa," sambung Juwita tersenyum.
"Sekarang kita ngomongin apa, nih?" tanya Gama.
"Ya apa aja boleh. Aku mau dengerin kok. Iya kan, Letta?" tanya Juwita pada Letta.
"Iya, iya bener," jawab Alleta.
"Sebelum kita lanjut lagi, silakan dimakan dulu biskuitnya," tawar Juwita.
Gama melihat biskuit yang dihidangkan di meja. Cowok itu sepertinya sedang berpikir dan ingin mencoba menanyakan bahan baku biskuit itu. Sebelum Gama bertanya, Juwita langsung menyela. "Itu biskuit gandum, kalorinya sekitar 27, hehe."
"Hehehe," sambil senyum basa-basi akhirnya Gama mengambil biskuit itu dan mulai menggigitnya tanpa ragu.
Fuih! Untung tadi gue googling dulu kandungan kalorinya. Ribet banget urusan sama cowok ajaib.
Setelah berbasa basi dan makan biskuit sama-sama. Gama pun berinisatif untuk membuat sebuah keseruan. "Oke, dari tadi kita udah cerita-cerita. Sekarang saatnya kita seru-serun. Ta ... Da...," ucap Gama seraya mengeluarkan buku kumpulan soal matematika.
"Hah!" Juwita terkejut.
"Seru, kan? Ayo, kita bertiga memecahkan soal susah," ajak Gama bersemangat.
Hah, ya kali gue mau. Tiap hari belajar melulu. Mending gue kabur, ah. Belajar aja sama Alleta. Bodo amat, nyerah deh gue.
"Aduh, Gama. Kamu belajarnya sama Alleta aja, ya. Aku mau ke apotik dulu. Aku lemes nih, butuh suplemen," tolak Juwita. Setelahnya gadis itu pergi meninggalkan Gama dan Alleta di ruang tamu.
Dasar cowok ajaib.
"Loh, loh Juwita," panggil Gama.
Alleta menutup mulunya dengan tangan seraya menahan tawa karena Kakaknya yang kabur begitu saja. Setelahnya Gama menoleh ke Alleta yang masih duduk manis.
"Alleta, yuk kita bahas nomor 101," ajak Gama.
Alleta mengangguk. "Oke, Kak."
Catan kaki :
1. Najong = najis. Biasa dipakai anak sekarang refleks karena kesal
Author's note:
vote jangan lupa gaes, votenya jadi doa dariku karena kamu udah berbaik hati vote. Semoga rezekimu lancar.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro