Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Day 9; Rubatosis

Matahari kembali ke peraduan, digantikan oleh purnama yang seketika memancarkan pesonanya. Ditambah dengan kerlip gemintang, membuat suasana semakin memukau.

Ia hanya memandangi semua itu dari balik kaca gelap yang berfungsi sebagai pelindung kamarnya. Mencoba memahami keindahan alam dari sudut sempit di mana ia mengurung diri. Mencoba menelaah kemungkinan ia bisa menjadi seperti itu suatu hari nanti.

Namun, apakah ia pantas untuk bersinar?

Menghela napas panjang, ia pun segera menarik tirai bermotif bunga itu. Hilangkan pemandangan rembulan dan gemintang yang saling bercumbu di langit malam. Jika ia memaksa untuk melihat itu, yang ada ia akan tertekan karena berangan menjadi sesuatu yang tidak bisa ia lakukan.

Kasur pegas itu melesak ke dalam begitu diberi beban dengan berat yang lumayan jika disandingkan dengan tinggi tubuhnya. Padahal, ia merasa cukup dengan itu. Namun, entah mengapa masih saja ada yang mengomentari penampilannya.

Helaan napas terdengar samar kala matanya menatap lelangit kamar yang sedikit temaram. Bohlam lampu dengan nyala kekuningan itu sepertinya akan mendekati masa terakhirnya. Diam-diam ia menyampaikan terima kasih karena bohlam itu mau menerangi suatu ruangan kumuh di mana seonggok daging bernyawa mengisinya.

Namun, dasar dirinya yang memang tak tegaan bahkan terhadap benda mati, ia pun segera menekan sakelar. Memutus arus agar si Bohlam bisa beristirahat dan menyimpan energi di dalam kumparannya. Sementara dirinya kini hanya bisa melihat satu warna; hitam.

Suasana yang kelam itu benar-benar menimbulkan kesunyian yang begitu khas. Begitu damai nan tenang. Yang mana malah mengajak pikirannya untuk mengembara ke berbagai muara di antah berantah sana. Memikirkan berbagai ide absurd yang tak akan pernah dimengerti logika.

Dalam gelap itu ia menghidupkan berbagai imajinasi yang dimiliki. Mulai membangun dunia sendiri di mana ialah pemimpinnya. Menjadi raja dari sekian khayalan yang beranak pinak.

Hingga, suara samar menghentak keheningan. Timbulkan efek remang yang segera menjalar ke seluruh permukaan kulit. Ia sendiri segera berhenti bersandiwara. Fokus mengantisipasi bunyi yang kian menggelegar itu.

Hingga akhirnya ia sadar bahwa itu adalah detak dari pemompa darahnya sendiri. Suara pukulan perlambang kehidupan. Membuatnya terkekeh kecil. Merasa bodoh karena sempat takut dengan diri sendiri.

Akhirnya, ia pun mengubah posisi di dalam kegelapan. Mencari pose ternyaman untuk mendengarkan musik kehidupannya sendiri. Yang setiap hentaknya selalu dihitung dengan cermat. Tak ubahnya menghitung domba yang melompati pagar.

Detak yang kadang menghentak dan kadang melemah itu membuatnya menyadari sesuatu. Bahwa kehidupannya sama persis. Kadang bergairah, kadang juga begitu lemah tiada semangat. Namun, mampu memberikan warna tersendiri yang berbeda di setiap ritmenya.

Terkadang, ingin sekali ia mematikan detak itu. Ingin menghentikan suaranya yang kadang mengganggu lelap. Suara yang menandakan betapa lemah dirinya di kehidupan nyata. Walau demikian, selalu ada hal yang mampu untuk membuat detak itu kembali menyala dalam kegelapan.

Memikirkan itu membuatnya lupa sudah sampai mana hitungannya terhadap suara itu. Dalam kelam ia mencoba merangkai hitungannya kembali. Sayangnya tidak bisa. Konsentrasinya sudah buyar seketika. Berbagai suara acak nan khayal memasuki kepala. Membuatnya meringis karena tidak bisa menampung itu semua.

Perlahan, detak jantungnya meningkat. Mengikuti kadar adrenalin yang naik secara ajaib. Membuatnya perlahan pusing dan kesulitan bernapas. Yang entah mengapa ia nantikan.

Dengan begitu, suara itu juga akan mati, kan?

.

Pancor, 10 Desember 2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro