Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Day 6; Ineffable

Tangan menaikkan diri, tutupi mulut yang terbuka lebar keluarkan uap panas. Terjadi setiap beberapa menit, menjadi kebiasaan baruku di saat-saat terakhir pelajaran yang tidak kusukai. Setidaknya aku tidak sampai jatuh tertidur di tengah penjelasan guru.

Sehabis beberapa jam yang membosankan, aku pun merealisasikan tuntutan otak untuk mengurangi jumlah pemakaian energi. Ambil jaket kelam yang segera tutupi wajah dan lengan, aku pun menelungkupkan kedua bagian itu di atas meja. Siap mengantar memori menuju mimpi.

Sebenarnya, aku sudah jengan melakukan ini semua. Apa yang bisa kuperbuat di saat semua mencibir selain mengubah kebiasaan burukku—kata mereka—? Sudah menjadi rutinitas sehari-hari untuk mencuri beberapa menit agar tubuhku terlelap. Sayangnya, mereka mempermasalahkan itu semua. Hei, padahal aku yang menjalaninya, mengapa mereka yang repot?

Perlahan, duniaku mulai berubah pandang. Hal-hal berbau statis seperti buku, pelajaran, teman, serta tugas-tugas nan menumpuk seolah lenyap. Berganti rupa menjadi padang luas berumput halus dengan langit temaram dipenuhi gemintang. Begitu kontras, tetapi justru itu yang aku inginkan.

Aku yang di sana memakai gaun selutut berdiri memandangi rembulan yang menyendiri. Biarkan rambut sepinggang menggerai diri mengikuti alunan angin. Begitu sejuk, hingga tanpa sadar tubuhku sudah terebah menindih para rerumputan.

Alam benar-benar tahu cara untuk memanjakanku. Dengan alas laiknya hamparan beludru, angin yang membelai halus, hingga pertunjukan malam yang begitu romantis, semuanya berpadu untuk mengajakku menyelami keindahan sementara itu. Cukup untuk membuatku berpaling dari dunia yang seharusnya kutempati.

Desiran angin menyanyikan keinginan terpendam dari jiwa yang tengah melara. Belaiku mesra dengan lirihannya yang kian menjadi. Pun gemintang yang mengerling manja. Seolah mereka semua memintaku untuk membagi cerita.

Embuskan napas yang seketika menjadi uap dingin, aku hanya diam tak memberikan tanggapan. Otakku di sini tak menemukan apapun yang salah. Seluruh permasalahan sepertinya musnah begitu saja. Tak repot-repot membuatku memikirkannya.

Keindahan yang tak bisa kuungkapkan dengan kata. Keindahan yang kutahu selamanya akan tetap menjadi fana. Keindahan yang hanya menjadi angan-angan terpendam saja.

Tanganku naik, mencoba menggenggam haluan angin. Atau tepatnya mencoba menggenggam langit kelam berikut bintang-bintangnya. Sedetik kemudian  aku terkekeh. Walaupun kutahu itu adalah mimpi, aku tetap tak mendapatkan apa yang kuinginkan dengan mudah.

Sebegitu tidak pentingnya kah diriku? Atau ... ah, entah kata apa yang harus kupakai untuk mendeskripsikan ketidakberdayaan ini.

Lihat. Bahkan alam mimpi pun ingin aku menidurkan diri di dalam mereka. Angin yang semula keras, perlahan melembut. Tak ubahnya belaian ibunda yang kudapatkan ketika masa kecil. Cara terjitu untuk membuatku jatuh dalam ilusi berlipat.

Sampai akhirnya, semua itu mampu membuatku memejamkan mata. Lucu memang karena tertidur dua kali lipat di dalam mimpi juga. Namun, itu tidak masalah. Pun aku segera merapalkan harap nan sia-sia.

Semoga itu berlangsung selamanya.

Sudah kubilang. Itu hanyalah harapan yang percuma. Baru aku mengangankannya, sudah hancur tak bersisa. Seketika pecah seiring dengan tepukan singkat di pundak.

Dunia fana sudah memanggil rupanya.

Kukerjapkan mata, melihat rupa samar dari wajah yang kukenali. Sebelum menjelma menjadi sosok yang mungkin kusebut teman.

"Kau sudah tertidur terlalu lama. Ini waktunya pulang."

Ah, begitu ya. Keindahan ilusi maya buatanku sendiri rupanya demikian kuat. Padahal singkat kurasa,  ternyata sudah berjam-jam yang terhabiskan di dunia nyata.

Mengangguk pada sosok itu, kubereskan barang-barang yang ada. Sesekali menguap hilangkan penat tersisa. Lalu tertatih perlahan mengikuti kerumunan keluar kelas.

Berjanji akan melanjutkan mimpi ketika sampai di peraduan lagi.

.

Pancor, 06 Desember 2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro