Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Day 14; Kryptonite

Lembar demi lembar kertas berserakan di lantai. Mengikuti suara remasan yang terus menerus terjadi, lantas berakhir dengan suara gebrakan pada meja berukuran sedang itu.

Pelaku dari semua itu adalah aku. Aku yang tengah frustrasi karena suara-suara aneh di kepala yang senantiasa mendengungkan kalimat menyebalkan. Alhasil, aku tidak bisa fokus pada tulisanku.

Berbicara tentang tulisan, saat ini aku tengah membuat coretan kecil tentang apa yang akan aku tulis selanjutnya nanti di laptop. Hanya sebuah catatan tentang alur imajiner yang sudah bersarang lama di kepala. Bercerita tentang sosok yang menghabiskan sisa umurnya dalam ketenangan.

Menyandar pada punggung kursi, aku menengadah ke lelangit kamarku. Mencoba untuk mencari ilham, kata orang-orang. Sayangnya itu tidak kunjung datang. Membuatku mengembuskan napas berat beberapa kali, dengan akhir menelungkupkan kepala di atas meja.

Di saat seperti ini, entah dari mana datangnya sebuah pemikiran tentang apa yang kulakukan. Mempertanyakan kembali tentang eksistensi diriku dalam kegiatan ini. Apa yang sudah kuhasilkan dalam beberapa tahun yang telah kuhabiskan untuk mengobral imajinasiku kepada orang-orang?

Tidak ada.

Aku terkekeh kecil ketika otakku yang begitu pesimistis menjawab itu sesegera mungkin. Namun, aku tidak memungkirinya. Jika hanya mendapatkan pembaca, semua penulis akan mendapatkannya. Setidaknya satu kali, oleh dirinya sendiri. Namun, bukan itu yang kucari. Bukan itu yang kuinginkan. Aku tidak ingin mengakuinya, tetapi hati kecilku selalu memberontak memintanya dari kedalaman sana.

Sebuah pengakuan.

Hanya itu. Hanya sebuah ungkapan dimana aku bisa dibanggakan atas apa yang membuatku bahagia. Namun, hingga sekarang tak pernah kudapatkan.

Katakan aku mendapatkan itu dari beberapa anonimus di dunia maya, tetapi hal itu sama sekali tidak bisa memuaskanku. Aku haus akan itu dari orang-orang yang setiap hari kulihat wajahnya. Aku ingin mendengar mereka yang bersenang hati karena itu.

Sayangnya, sudah suatu rahasia umum bahwa aku tidak akan mendapatkannya. Mungkin tidak jika aku berusaha. Akan tetapi, aku dapat merasakan sebuah rantai tak kasat mata yang melilit kakiku agar diam di tempat. Mau tak mau, aku pun menurutinya. Sebegitu lemahnya diri ini.

Tekanan itu terus mendesakku. Mendesak agar aku melepaskan pena, demi sebuah pegangan yang bahkan aku tidak tahu apakah aku bisa memegangnya hingga nanti. Pun demikian imajinasi yang kian meliar, meminta untuk dibebaskan. Keduanya bertabrakan, membuatku terpaku pada tempat yang tak seharusnya.

"Ah, sial ..."

Aku bergumam pelan kala nyeri menyerang kepalaku. Seolah peringatan bahwa pemakaiannya sudah melewati batas kewajaran. Kuremat kedua sisi di atas telinga, mengaduh menahan sakit, sebelum mengeluarkannya dalam bentuk tangis berkepanjangan.

Aku lelah. Lelah mempertahankan stigma yang tak bisa kutolak ini. Lelah menahan diri untuk tidak terlalu jatuh dalam imajinasi. Dapat kudengar jiwaku yang merintih. Pun teriakan dari kantung mata yang menebal akibat kurang tidur dalam beberapa hari belakangan ini.

Kupaksakan badan bergerak. Bahkan untuk sekadar berpindah menuju tempat tidur yang hanya berjarak setengah meter rasanya berat luar biasa. Beban batin ini benar-benar menguras seluruh tenagaku. Membuat perasaanku terus berombak dalam setiap detiknya.

Derit ranjang terdengar begitu kuhempaskan badan dengan pasrah ke atasnya. Sedikit mengulat, aku berhasil memperbaiki posisi. Kini, dengan raga yang telentang menghadap atas, kembali kulihat lelangit kamar. Tetap sama. Kecuali perasaanku kala memandanginya.

Kapan aku bebas?

Ah, lelangit kamarku pun tiba-tiba mengabur.

.

Pancor, 30 Mei 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro