Chapter 3. Travel
Bunuh diri itu sakitnya tak hanya di dunia. Di kehidupan
selanjutnya pun, kamu masih akan terus mengulang -ulang
rasa sakit itu sampai waktu tak terhingga. Jadi, yakin mau
bunuh diri?
(Malaikat Magang —Raja)
"Malaikat memang harus bisa memindah roh targetnya ke alam baka. Itu wajib,” kata Bang Jago saat memberi pembukaan training sebelum misi dimulai.
Tentu saja Raja sangat semangat. Apa yang ditanyakannya waktu pertama bertemu Bang Jago di Sasvata terjawab sudah. Nggak canggih amat, pindah dua dunia masih pakai pintu mulu. Emang Doraemon!
Di ruang perawatan Jago House yang luas dengan bed-bed berjejer lengkap dengan selang infus, Raja, Pais, dan Bang Jago siap untuk berlatih travel - perjalanan roh dari jasad di dunia ke Sasvata.
Raja dan Bang Jago yang akan berlatih, Pais bertugas sebagai perawat tubuh manusia mereka saat berada di Sasvata. Ini sangat krusial. Jika terjadi kesalahan, mereka bisa terjebak terlalu lama di sana, dan pulang terlambat untuk menolong Naya.
“Jangan terlalu lama di saspata, bisa-bisa lo balik udah beda bulan,” sindir Pais gagal menyebut huruf “v” .
Sebelum dua malaikat magangnya ini saling tendang, Bang Jago memulai mengambil komando.
“Perhatian, Pais, Raja!” seru Bang Jago tegas. “Ja, untuk berpindah ke Sasvata, caranya mudah. Lo cukup tekankan ujung ibu jari lo ke ujung jari tengah,” instruksi Bang Jago sangat meyakinkan.
“Gerakan ini ada maksudnya nggak, Is?” tanya Raja hanya ingin menguji pengetahuan Pais.
Pais terlihat berpikir keras sambil mengaduh.
Tak mendengar Pais menjawab, Bang Jago akhirnya menjelaskan, “Ibu jari mewakili elemen tanah, dan jari tengah mewakili elemen cahaya api. Dua elemen penyusun manusia dan malaikat bersatu,” kata Bang Jago tenang.
“Gini, Bang?”
“Jangan!” teriak Pais terlambat, karena Raja telah mempraktikkannya dan pingsan di tangan Bang Jago. Hampir saja tubuhnya menubruk logam sisi pembatas bed kalau tidak tertangkap.
Sampai di Sasvata, Raja bingung. Sayap hitamnya muncul, dan terus bergerak-gerak panik. Ya, gimana nggak panik? Dia lupa tanya bagaimana cara kembali ke dunia manusia. Soalnya, pintu yang dulu dia lewati tidak ada. Hanya Bang Jago yang bisa memanggilnya.
“Makanya sabar dulu, Bocah!” kata Bang Jago nyusul ke Sasvata.
“Gimana cara baliknya, Bang?” tanya Raja tak sabar.
“Untuk balik, tekankan ujung jari telunjuk, ke ujung ibu jari.” Bang Jago menginstruksikan tanpa mempraktikkannya.
“Gitu doang?” tanya Raja mulai keluar songongnya.
“Kalau lo nggak tahu, yang ‘gitu doang’ ini juga lo nggak bisa!” balas Bang Jago kesal.
“Pantes tadi gue coba pakai cara masuk nggak bisa.”
“Ya udah, ayo balik. Training selesai,” perintah Bang Jago tegas. Dia melirik jam tangannya, perbincangan dengan Raja barusan hanya butuh waktu 30 detik. Itu artinya dia akan sampai di ruang perawatan Jago House setelah lima hari.
Kemudian mereka kembali ke tubuh yang tidur di bed dengan selang infus di tangan. Hal yang tak terasa bagi mereka di Sasvata, tapi kenyataannya sudah lima hari Pais menjaga dan merawat jasad mereka.
“Sudah lima hari, Bang?”
“Tepat nanti malam, misi kita menyelamatkan Naya harus dijalankan,” jawab Bang Jago sambil memanggil memorinya tentang kitab hidup Naya.
“Nanti malam ingat-ingat ya, Ja. Kalau lo mau trapel bareng Naya, cari dulu tempat yang pewe. Kalau nggak mau kepala lo pecah!”
“Makasih ya, Is.”
“Nah, gitu. Tahu say thank you. Siapa lagi yang mau ngurusin tubuh lo kalau lagi trapel, ha?” timpal Pais congkak.
* * *
Di dunia manusia, Bang Jago dikenal dengan nama Tara. Selain sebagai pemilik sekaligus pemegang saham terbesar Rumah Sakit Tara Health, dia juga owner outlet restoran serba ayam “Bang Jago” yang sedang naik daun. Banyak yang mengakui rasa masakan Bang Jago seperti racikan dari surga. Endorsement dari para selebgram pun rata-rata bilang, “Masakan Kedai Ayam Bang Jago, bikin melayang!” Tak heran, harta Bang Jago di dunia manusia sampai tak bisa dibayangkan.
Seperti yang diperintahkan Bang Jago, malam ini Raja datang ke rumah Naya dengan kaus seragam Kedai Bang Jago. Dia harus menyamar sebagai kurir untuk membuat alibi. Ternyata benar apa yang dikatakan Bang Jago, training senyum lima hari lalu sangat berguna. Karena sebagai kurir, dia wajib senantiasa tersenyum. Raja jadi penasaran dengan si aneh Pais kalau sedang ditugasi jadi kurir.
Setelah Raja memencet bel di depan gerbang rumah berwarna serbaputih itu, Kakek-kakek datang menemuinya. Dia masih tampak gesit, meski tubuhnya telah dimakan usia. Matanya kecil dan cekung ke dalam. Tapi, tetap terlihat bersinar penuh rasa penasaran.
Sesuai dengan foto dan keterangan yang diberikan Bang Jago, Raja tahu dialah yang bernama Kakek Saka. Bersama istrinya, dulu dia yang mengasuh dan mengawal Ajeng, mama Naya, waktu masih kecil. Mereka berdua sudah dianggap keluarga. Bahkan, setelah istrinya meninggal, Kakek Saka memutuskan tetap mengabdikan diri untuk keluarga Ajeng sampai saat ini. Dia juga yang ikut menjaga Naya waktu kecil.
“Benar dengan Kakek Saka? Pesan ayam mentega di Kedai Bang Jago?” tanya Raja seramah mungkin dengan senyum kelewat lebar karena terapi paksa tempo hari.
“Iya, itu saya,” jawab Kakek Saka tak kalah ramah.
Raja pun langsung menyerahkan pesanan ayam mentega atas nama Kakek Saka. “Ini dari Bang Tara, Kek.”
“Syukurlah. Terima kasih, ya. Biasanya kalau saya yang pesan, Tara spesial anterin ayamnya sendiri. Lalu, kami biasa lanjut ngobrol di kursi taman situ,” kata Kakek Saka sambil menunjuk taman sebelah kanan gerbang rumah, seperti menyayangkan kedatangan Raja.
“Bang Tara tadi menyampaikan maaf, Kek, karena ada urusan mendadak. Jadi, nggak bisa anterin sendiri ke rumah Kakek. Bang Tara juga cerita, kok, kalau Kakek Saka ini pelanggan setia Kedai Bang Jago,” kata Raja tidak tega melihat wajah pucat penuh keriput ini kecewa.
Kakek Saka tersenyum. “Tara memang baik. Dia sudah saya anggap sebagai anak sendiri.”
Kemudian Raja melakukan rencana yang sudah disusun Bang Jago. Tugasnya malam ini adalah bisa masuk ke rumah Naya tanpa menimbulkan kecurigaan.
“Oh, iya, Kek. Tadi Bang Tara pesan, katanya ada titipan buat dia, ya?” tanya Raja persis yang diperintahkan Bang Jago.
“Astaga, sampai lupa.” Kakek Saka menepuk dahinya yang keriput itu. “Buku Tara tertinggal saat menemani saya makan di taman. Tunggu sebentar, ya. Kamu bisa masuk dulu dan tunggu di kursi taman,” kata Kakek Saka. Dia lalu berjalan pelan ke arah rumah, membiarkan Raja masuk.
Setelah sukses masuk dari gerbang rumah Naya, Raja cepat-cepat berjalan ke taman. Sesuai arahan Bang Jago, dia menyembunyikan diri di belakang pohon angsana raksasa. Dari tempat gelap itu, Raja bisa melihat Kakek Saka yang kebingungan mencarinya. Mungkin karena putus asa tidak menemukan Raja, Kakek akhirnya masuk lagi ke dalam rumah.
Yash! Rencana satu berhasil. Raja pun bersiap memulai rencana kedua.
Dengan mata mode penglihatan jauh yang dimiliki semua malaikat, Raja duduk khusyuk di taman, mengawasi jendela loteng rumah Naya. Namun, sudah sampai kram leher karena menengadahkan kepala, Raja belum juga melihat kemunculan Naya.
Hingga tepat tengah malam, harapan Raja akhirnya terkabul. Dia melihat Naya di bibir jendela loteng dan sudah bersiap loncat.
Tunggu …!
Tapi, kenapa tiba-tiba Naya tampak bimbang saat terdengar suara lagu dari dalam loteng.
Apa dia mau batal loncat?
Lanjut besok, ya, Dek :)
Author Note :
Dek, penasaran nggak lagu apa yang didengar Naya sampai bisa membuat Naya bimbang dan menyelamatkan nyawa Naya dari usahanya bunuh diri? Clue-nya, jin dalam botol. Hehehe...
Jangan lupa minum segelas air putih ya. Semoga kita diberi kesehatan jiwa dan raga. Amiiin.
Dek, aku mau cerita sesuatu *bilang aja mau curhat.
Dek, aku dulu selalu yakin, hidup bermanfaat untuk banyak orang adalah hal yang baik. Aku pun berusaha untuk itu. Untuk menabur kebaikan sebisaku. Namun, suatu masa, aku merasa dengan prinsip itu aku justru dimanfaatkan. Aku baru sadar bahwa bermanfaat dan dimanfaatkan orang bedanya tipis. Apalagi, aku juga mulai mengenal prinsip membuat batasan (boundary) tentang mana yang bisa aku lakukan dan mana yang tidak. Aku juga harus tegas menolak membantu orang lain, jika memang aku tak sanggup dan enggan untuk melakukannya. Aku punya hak menolak. Aku harus memutus rantai ketidakenakan ini demi kebahagiaanku dan agar aku tidak dengan mudah dimanfaatkan. Yaps, cintailah diri kita dulu, sebelum mencintai orang lain. Berbuat baiklah terhadap diri sendiri dulu, baru berbuat baik kepada orang lain.
Namun....
Akhir-akhir ini, perjalanan hidup membuatku merenungkan kembali hal itu. Aku perlu mengkaji ulang tujuanku berbuat baik apa? Harapanku membantu orang lain apa? Berkorban demi orang lain agar apa? Apakah agar aku dibalas mereka dengan kebaikan yang sama atau bahkan lebih? Atau ingin bermanfaat untuk bisa balik memanfaatkan orang lain?
Jika semua itu benar, maka aku harus siap akan sakitnya sebuah ekspektasi!
Semakin hari, semakin sering aku terluka, semakin sering aku kecewa, membuatku belajar untuk tidak lagi berekspektasi dengan manusia. Serius! Bikin makan hati.
Setelah bertahun-tahun, kini aku berusaha untuk mengubah maindset tentang makna berbuat baik dan bermanfaat untuk orang lain. Bahwa sesungguhnya aku ingin bermanfaat untuk diriku sendiri. Aku melakukan kebaikan karena aku sangat cinta dengan diriku sendiri. Aku berkorban untuk orang lain, demi diriku sendiri. Karena aku yakin janji Tuhan, bahwa satu kebaikan akan dibalas lebih banyak lagi kebaikan. Jadi, karena aku mencintai diriku sendiri, aku ingin Tuhan memberikan kebaikan yang lebih-lebih lagi. Karena aku sayang kepada diri sendiri, aku tak akan lagi terjebak dalam ekspektasi berharap dengan balasan dari manusia. Mau dibalas ya, Alhamdulillah. Mau tidak dibalas juga Alhamdulillah.
Hah, betapa leganya.
Mungkin, itulah kenapa setelah kita melakukan sebuah kebaikan, ada rasa bahagia yang semerbak mekar di hati.
Love yourself, Dek.
Salam hangat,
Nara
MEMORIES SATU TAHUN LALU....
DEK, HASIL SWABKU NEGATIF!✨
Alhamdulillah....
Berkat komen, dukungan, vote, kalian #JamaahBengek dan #BalaRaja virus ini kalah membobol pertahanan imunku. Makasih yaaaa kalian semua. Berkat kebahagiaan dari kalian, aku bisa bebas dari belenggu isolasi ini.
Alhamdulillah....
Jadi pengin banget dah bagi-bagi kebahagiaan dengan kalian semua. Kalau di Jawa namanya Bancaan (syukuran). Tapi kabarnya di Wattapad udah nggak bisa bikin acara semacam gini ya? Padahal pengen banget berbagi.
Ada usul lewat apa?
Kalau misal lewat IG @naralahmusi gimana, Dek? Nanti cara ikut bancaanya dan gimana syaratnya aku share di IG itu.
Aaakk, aku bahagia. Semoga abis baca Factory Reset, kalian juga. Udah dulu ya, sampai bertemu Jumat malam!
Oiya, jadi pesan aku ke Adek nambah satu nih :
1. Abis baca Factory Reset minum air putih satu gelas.
2. Abis baca Factory Reset tulis catatan syukur kamu :)
Semoga bermanfaat.
Semangkok!
Salam hangat,
Nara Lahmusi
IG : @naralahmusi
Wattpad :
Publisis : @dilisabook
@factoryreset__
Supported by:
@wattpad_storyyyy @catatanwattpad_id @wattpad.diary @wattpadandmovie @wattpadquotes_id
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro