Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 1. Malaikat Magang

Waktu di dunia itu sangat cepat. Di sini baru satu detik,
di duniamu sudah empat hari berjalan. Maka, bila kamu
sedang terluka, bersabarlah. Bila kamu sedang sakit,
bertahanlah. Karena itu tak akan lama.
(Malaikat Magang —Raja)

“Factory Reset?” tanya cowok berkemeja putih lengan panjang yang digulung sampai batas siku. Celananya hitam, dilipat hingga atas mata kaki. Mirip karyawan Indomaret baru training. “Tunggu, tunggu .... Gue ini manusia, Om. Bukan handphone.”

“Panggil gue Bang Jago,” perintah laki-laki yang dipanggil “Om” berwibawa, serasi dengan jas hitamnya yang tampak berkelas dan mahal. Sayap hitamnya menjulur dari sayatan belakang jas. “Sekarang gue tes. Siapa nama lo?”

Cowok itu tidak fokus dengan pertanyaan Bang Jago. Matanya malah mengamati sekitar. Dia tercengang, takjub, sekaligus takut. Sepanjang penglihatannya, hanya tampak tanah lapang yang dipagari pohon-pohon pinus menjulang di antara kabut.

Tempat apa ini?

“Woi! Gue nanya, siapa nama lo?” ulang Bang Jago gemas.

“Oh, nama gue ....”

Cowok itu tiba-tiba diam. Dia memiringkan kepala mencoba mengingat-ingat. Namun, tak ada yang bisa dia ingat. Panik dan ketakutan tercetak jelas di wajahnya. Dia pun menatap curiga laki-laki, yang anehnya sudah terasa dekat baginya.

“Lo apain kepala gue, Bang?!” tanyanya memicingkan mata. “Kok, gue nggak ingat apa- apa?”

“Harus banget gue ulang?” Bang Jago mengelus dadanya yang bidang. Baru kali ini, dia menemukan calon malaikat seperti ini. “Kan, udah gue bilang tadi. Factory reset! Sekarang lo dalam kondisi nol.”

“Maksudnya gue sudah mati?” kejar cowok itu menuntut kejelasan status nyawanya.

“Tepatnya, hampir mati.”

“Syukurlah, kalau hampir.”  Ketakutan  dan rasa tidak nyaman cowok ini seolah menguap. Dia merasa pernah bertemu dengan Bang Jago meski lupa kapan dan di mana. Dia yakin, makhluk bersayap tidak jahat. “Eh, Bang. Kita pernah ketemu sebelumnya? Tapi, gue lupa lo siapa, Bang,” serunya memastikan.

Bang  Jago  geleng-geleng  mendengar  pertanyaan  calon anak didiknya.

“Dengerin! Pertama, gue ini malaikat. Kedua, lo hampir mati, bukan sudah mati. Ketiga, lo di sini atas perintah Atasan untuk mendapat tawaran khusus. And for your information, nama lo Raja.”

Dengan menyebalkan, Raja malah balik meniru gaya Bang Jago berbicara.

“Tolong,  pertanyaan  gue  juga  didengerin,  Bang.  Pertama,  ini tempat apa? Kedua, tawaran khusus apa? And for your information nih, Bang, lo itu sebenarnya malaikat apa?”

Mata Bang Jago mengilat. Telapak tangannya terbuka. Tanpa Raja sadari, gerakan Bang Jago itu membuatnya melayang-layang.  Raja terbang bebas tanpa persiapan.

“Bang! Turunin! Bang!” jerit Raja panik.

“Lo bisa diam dulu sampai gue selesai nerangin, kan?”

“Ampun, Bang Jago! Janji! Gue bakal diam,” jawab Raja ketakutan.

Bang Jago menurunkan Raja dengan hanya menutup telapak tangannya. Dia lalu menatap Raja serius.

“Gue ini malaikat maut. Dan, tempat ini bernama Sasvata, alam kedua setelah dunia.”

Raja khusyuk mendengarkan.

“Jadi, lo itu hampir mati. Tapi, Atasan ingin menawarkan dua pilihan ke lo. Pertama, lo mati, wujud lo ganti, dan akan diangkat jadi malaikat maut magang. Kedua, lo tetap hidup, tapi hilang kesadaran. Pilih mana?”

“Kalau menurut lo, Bang, gue harus pilih mana?” tanya balik Raja yang kurus, tapi berotot itu.

“Pilih kerjaan bergengsilah. Daripada mati segan, hidup nggak mampu,” jawab Bang Jago realistis.

“Jadi malaikat maksudnya, Bang?”

“Jadi seleb TikTok,” semprot Bang Jago asal. “Ya, apa lagi? Kita, kan, lagi omongin itu.”

“Boleh request wujud yang ganteng, Bang?” jawab Raja.

“Tenang, gue ubah wujud lo jadi kayak In-yeop versi kearifan lokal.”

“Asal ganteng, gue oke aja, dah,” jawab Raja santai.

“Jadi, yakin pilih mati, nih?”

“Heh! Kok mati, Bang?!” teriak Raja ngeri. “Jadi malaikat, dong!”

“Ya, tapi kan, harus mati dulu.”

“Oke, oke,” sela Raja menenangkan diri. Dia mengambil napas dalam, lalu mengeluarkannya keras. “Jadi, sekarang apa yang harus gue lakukan, Bang?”

“Lo tinggal jalan aja lewat pintu ajal itu.” Bang Jago menunjuk pintu dari kayu berbelit ranting dan daun-daun yang mulai mendekat.

“Sendirian?” tanya Raja takut-takut.

“Karena lo pilih jadi malaikat magang, gue temenin lo masuk. Habis itu, baru lo diberi identitas dan tubuh manusia untuk training dan menjalankan misi.”

Raja masih mencoba mencerna penjelasan Bang Jago. Kepalanya terasa penuh.  Banyak informasi yang  dipaksa masuk  sekaligus ke otaknya.

Akhirnya,  Raja  mengumpulkan  keberaniannya  untuk  masuk. Saat menjulurkan satu kakinya ke dalam pintu, dia menahan napas. Dia memejamkan mata, menunggu hal mengerikan apa yang akan menyambutnya. Namun, tidak ada perubahan apa pun. Dengan satu kaki di dalam pintu, dia meraba-raba wajahnya, tubuhnya, merasa masih utuh dan baik-baik saja. Dia tidak berubah wujud. Masih arwah manusia, bukan arwah monyet, atau Meganthropus palaeojavanicus.

Ternyata masuk ke dalam pintu ajal, tidak semengerikan yang dia bayangkan.

Baru ketika seluruh tubuhnya berhasil masuk ke pintu ajal, Raja merasa aneh. Seperti ada beban berat yang dilepaskan. Dia juga dibuat takjub dengan apa yang dilihatnya sekarang. Lorong panjang dengan pintu-pintu di atas langit menyambutnya. Di atas tiap pintu-pintu itu terdapat tulisan berbahasa Indonesia yang melayang-layang.

“Anak Berbakti, Ahli Syukur, Tukang Maksiat, Ahli Gibah, waduh!” cetus Raja spontan saat membaca beberapa tulisan. Ternyata semua yang manusia lakukan ada pintu ganjarannya.

“Cepat jalan. Kita masuk ke pintu paling ujung,” perintah Bang Jago yang sudah lebih dulu berjalan.

Raja  mencoba  menyamakan  langkah  dengan  Bang  Jago. Mereka pun kini berjalan bersisian di lorong pintu ajal.

“Bang,  kalau  misal  ada  manusia  yang  masuk di semua kriteria pintu gimana?” tanya Raja.

“Ya, gantian. Misal, si Ahli Gibah, kerjaan sampingannya Ahli Syukur. Masuk tuh ke pintu Ahli Gibah dulu, baru pintu Ahli Syukur,” terang Bang Jago.

“Adil juga, ya?” decak kagum Raja sambil geleng-geleng kepala.

“Tuhan, kan, emang Maha-adil. Manusia aja yang kadang masih mempertanyakan fakta itu,” jawab Bang Jago sambil tersenyum tulus. “Nah, kalau kita masuknya di sana,” ucap Bang Jago menunjuk tulisan; MALAIKAT MAGANG.

Kemudian dia berjalan semakin cepat ke arah pintu itu. Raja pun mengikuti Bang Jago dengan langkah yang semakin cepat pula. Dia tidak ingin tertinggal. Baru setelah sampai di depan pintu Malaikat Magang, mereka berdua harus masuk bergantian karena pintunya seramping ukuran tubuh manusia dalam posisi miring.

Setelah Bang Jago berhasil masuk, giliran Raja. Dia memiringkan tubuh agar muat di pintu. Dia merasa lebih relaks dan tak setakut tadi. Mungkin karena nama “pintu ajal” lebih terdengar mengerikan dibanding “pintu malaikat” . Dengan mantap, akhirnya Raja melangkah masuk menyusul Bang Jago.

Setelah berhasil masuk, Raja dihadapkan dengan suasana sibuk luar biasa. Ramainya tempat ini melebihi pasar. Para malaikat bersayap mondar-mandir ke rak-rak menjulang berisi kitab-kitab. Raja mengikuti Bang Jago yang kini sedang mengambil satu kitab dari rak. Ternyata rak itu berisi data-data manusia di dunia.

“Ini tugas pertama lo,” ucap Bang Jago sambil menyerahkan kitab itu kepadanya.

“Buat apa ini, Bang?” tanya Raja polos.

“Di buku itu tercatat bahwa target berpikir ingin mati bunuh diri. Tempat dan waktu sudah diperkirakan. Dan tugas lo, Ja, bisa menyelamatkan target dari ajal.”

“Pakai apa?”

“Setelah lo berhasil. Tugas lo berikutnya adalah factory reset ke target. Tapi, nggak sampai nol. Dia hanya ingin menghilangkan memori sedihnya,” jelas Bang Jago tanpa menjawab pertanyaan polos Raja.

“Itu termasuk tugas gue juga?” keluh Raja malas.

“Ini tugas semua malaikat magang.”

“Lalu, kenapa Atasan memilih gue sebagai malaikat magang?”

“Gue nggak bisa jawab sekarang. Mungkin nanti lo bakal nemu jawabannya sendiri,” jawab Bang Jago tersenyum aneh. Raja tahu, malaikat di depannya ini tengah menyimpan rahasia.

“Jadi, tugas pertama gue, nyelametin target agar nggak bunuh diri, kemudian mereset memorinya?”

“Masih ada satu lagi. Dan, ini adalah misi yang paling sulit.”

“Dua tugas tadi aja gue nggak paham harus ngapain. Masih tambah satu lagi. Guru killer di sekolah juga nggak gini-gini amat, Bang. Jangan bikin gue drop, lah, sebelum bertugas!”

Bang Jago semakin bahagia melihat wajah khawatir Raja. “Meski sulit, tugas inilah yang paling menantang—”

“Buruan!  Apaan,  Bang?!”  potong  Raja  tidak  ingin  semakin penasaran sekaligus deg-degan.

“Jadi, setelah lo berhasil mereset memori target, lo masih harus membahagiakan dia.”

“Lah, kenapa bahagia orang lain jadi tanggung jawab gue?”

“Dia hampir mati bunuh diri, Ja. Dan, Atasan benci dengan itu. Karena hanya Atasan yang berhak menentukan kapan manusia akan mati. Bukan seenak udel mereka sendiri. Namun, karena Atasan Maha Pengampun  dan  Penyayang, ada  orang-orang tertentu yang  diberi kesempatan untuk merasakan kebahagiaan setelah selamat dari bunuh diri. Termasuk target lo. Jadi, ini perintah.”

“Semoga cukup itu saja pekerjaan malaikat magang,” celetuk Raja sudah tampak lelah.

“Jangan senang dulu, lo masih harus menghadapi UAS untuk bisa diangkat menjadi malaikat tetap di Sasvata.”

“Buset! Kayak anak sekolah aja, Bang. Soalnya pilihan ganda, kan? Boleh open book?”

“Informasi tentang Ujian Akhir Sasvata akan diumumkan setelah tugas-tugaslo tadiberhasil,ya,”jawab Bang Jago terdengar menyebalkan. Seolah banyak sekali rahasia yang disembunyikan darinya.

“Kalau misal ..., misal nih, Bang, gue gagal melakukan tugas atau
UAS. Gimana?”

“Lo dipecat jadi malaikat,” jawab Bang Jago enteng. “Dan, arti dipecat dari malaikat adalah MATI. Ya, kalau lo gagal, berarti lo akan kembali mati.”

Raja menelan ludahnya sendiri. Bulu kuduknya berdiri. Kenapa menyeramkan sekali aturan di Sasvata?

Dia baru sadar, ternyata tugas menjadi malaikat magang tidak semudah yang dia bayangkan. Namun, dia tidak punya pilihan. Dia belum ingin mati.

“Gue  usahain,  Bang,”  jawab  Raja  akhirnya  menerima  tugas- tugasnya.

Raja  pun  memulai  tugasnya  dengan  membuka  kitab  hidup targetnya dengan hati-hati. Ajaib! Saat kitab itu membuka, muncullah bayangan seorang gadis bernama Naya. Di samping bayangan gadis itu, dilengkapi data diri. Di lembar-lembar berikutnya, tumbuh bayangan kenangan. Semacam lapisan memori sang pemilik kitab.

“Setelah ini, lo perlu tubuh manusia untuk menyamar menjadi manusia kayak malaikat lain,” jelas Bang Jago setelah Raja melihat targetnya.

“Nanti gue juga punya teman malaikat, Bang?”

“Jangan salah, di dunia manusia nggak lo doang yang malaikat. Setelah turun ke dunia, lo akan lupa dengan isi kitab Naya. Jadi, lo harus berusaha cari tahu sendiri.”

“Terus,  kalau  gue  nggak  tahu  apa-apa  tentang  Naya,  gimana caranya gue bisa bahagiain dia, Bang?”

“Kebahagiaan manusia itu beda-beda. Lo harus dekati Naya untuk tahu itu. Dan di dunia, lo akan tinggal di Jago House bareng Pais, malaikat magang juga. Tubuh manusia lo dan semua data administrasi diri lo di dunia manusia juga sudah beres,” terang Bang Jago profesional.

“Kapan gue bisa mulai kerja, Bang?”

“Satu menit dari sekarang.”

“Buset! Satu menit?!” teriak Raja tak percaya dengan misi mustahil ini. Tapi, buat malaikat, kan, nggak ada yang mustahil?

“Satu menit waktu Sasvata itu sudah sepuluh hari waktu dunia. Lo masih punya waktu buat siap-siap. Atasan ingin memberi Naya kesempatan kedua dengan Factory Reset. Dan, itu tugas lo. Kawal dia sampai bahagia. Bisa, kan?”

“Siap laksanakan, Bang!” jawab Raja dengan sikap hormat.

Bang Jago lalu mengetuk udara di depannya dan muncul begitu saja pintu ke dunia manusia. “Pintu lagi, Bang? Yaelah, nggak ada metode keren kayak teleportasikah?” tanya Raja yang mendadak diam karena tatapan tajam Bang Jago seperti mengulitinya hidup-hidup.

Dia pun mengikuti perintah Bang Jago untuk membuka pintunya. Raja mengambil napas dalam sebelum memutar kenop pintu yang berupa logam mulia. Dia tidak tahu apa yang akan dilihatnya di balik pintu itu. Monster? Hantu? Atau justru Tuhan?
Yang  jelas,  perasaan  aneh  itu  muncul  begitu  saja  saat  Raja membuka pintu. Lebih-lebih, dia bisa melihat seorang gadis berambut pendek sedang menatap langit dari jendela loteng rumahnya.

“Naya?!” ucap Raja panik.

Lanjut Jumat ya, Dek....

Authors Note :
Sungguh, menulis Authors Note bagi saya seperti membayar kerinduan yang sudah lama tertahan. Menulis kembali di Wattpad seperti malam ini, mengingatkan saya tentang setahun kemarin saat kompetisi BWM 4 berlangsung. Rasanya setiap Selasa, Rabu, Jumat malam itu menjadi  penuh perjuangan, canda, tawa, dan bahkan menangis bersama dengan nasib Naya, Raja, Pais, Bang Jago, Tan, Patih, Aura, Perkasa, Ajeng, dan Pak Dhimas. Mereka semua hidup dan tumbuh dari pahatan luka-luka masa lalu. Ya, semua tokoh di Factory Reset memiliki luka-lukanya sendiri, dan mengambil keputusan hidupnya berdasarkan memori-memori itu. Itulah kenapa Happy Ending untuk salah satu tokoh, bisa menjadi Sad Ending untuk tokoh lain.

Dek, satu hal yang sangat saya rindukan saat ini adalah mengajak Adek semua untuk meminum segelas air putih sebelum, saat, atau sesudah membaca tiap bab Factory Reset. Cukup saya yang telah kehilangan fungsi ginjal dan harus cuci darah, cukup saya saja. Sayangi ginjal, Adek, dengan rutin minum air putih ya, sebelum menyesal nantinya.

Dek, masih ingat nggak, kalau kita dengar suara kokok ayam saat subuh?

Ya, itu tandanya ada malaikat yang sedang turun ke bumi. Saat itulah salah satu waktu yang istimewa untuk berdoa dan berbuat baik untuk diri sendiri atau untuk orang lain. Ketika awal harimu dimulai dengan sebuah kebaikan, Dek, rasanya akan ada kebahagiaan dan semangat dalam dirimu untuk melalui satu hari itu dengan baik. Bahkan, mungkin juga akan membuka pintu keberuntunganmu hari itu.

Untuk penutup, saya ingin memberikan lagu spesial untukmu, Dek. Lagu yang liriknya sangat bagus untuk dibaca tak hanya dengan mata, tapi juga dengan hati. Tak hanya dilafalkan dengan bibir, tapi juga dengan sanubari. Lagu yang harus Naya, Raja, Patih, Pais, Bang Jago, Aura, Sultan, Ajeng, Perkasa, dan Pak Dhimas dengar.  Karena aku, kamu, mereka terlalu berharga untuk luka.

“Semua akan baik-baik saja, Dek....”

Salam hangat,
Nara


SWEET MEMORIES

Catatan Penulis satu tahun silam (2021) :

Halo semua #BalaRaja pembaca Factory Reset.

Eh, kalian pernah nulis naskah via handphone nggak sih?

Kalau pernah dan udah biasa, kamu keren banget. Karena nggak semua orang bisa lho, nulis naskah lewat HP. Susah banget, euy! Tapi, tetap bisa dibiasakan kok.

Nah, jadi tulisan ini juga saya ketik via ponsel. Karena posisi saya sedang opname di Rumah Sakit. Sudah biasa juga sih, saya opname atau wira-wiri ke rumah sakit, karena saya memang harus cuci darah dua kali seminggu. Jadi, rumah sakit udah kayak rumah kedua.

Namun, kali ini spesial.

Karena saya mondok di RS bukan buat cuci darah, tapi sedang diuji dengan positif COVID.

Surprising-nya lagi, hasil tes swab saya keluar barengan dengan pengumuman lima besar BWM4 ini.

Ah, waktu itu perasaan saya campur aduk. Ingin mundur, tapi sayang sudah sampai titik ini. Pengin maju, tapi takut kondisi tiba-tiba drop dan nggak memungkinkan untuk menulis.

Dan akhirnya....

Yas! Seperti yang sudah teman-teman baca, saya memutuskan untuk berjuang. Seperti yang dikatakan Raja kepada #BalaRaja, rasa sakit ini tidak akan lama. Saya hanya perlu bersabar dan bertahan.
Jadi jangan lagi berpikir saya akan nyerah, karena saya selalu : SEMANGKOK! Semangat, kok! Hehehe *malah curhat.

Intinya, terima kasih banyak ya, udah sempetin waktu buat baca bab perdana FR. Thank you juga buat yang udah vote dan komen. Saya terharu banget. Dengan dukungan vote dan komentar teman-teman, semoga saya bisa menyelesaikan Factory Reset ini sampai akhir. Aamiiin.

SEMANGKOK!

Salam hangat,

Nara Lahmusi

IG : @naralahmusi
Wattpad : @naralahmusi
Publisis : @dilisabook
@factoryreset__

Supported by:

@wattpad_storyyyy @catatanwattpad_id @wattpad.diary @wattpadandmovie @wattpadquotes_id

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro